Bahasa Melayu Deli

Oleh: M Muhar Omtatok

Bahasa Melayu Deli adalah dialek Melayu yang dituturkan di wilayah sekitar Medan dan Deli Serdang, Sumatera Utara, dengan ciri khasnya memiliki pengucapan kosakata yang sering berakhiran huruf "e" pepet. Bahasa ini punya kemiripan dengan Bahasa Melayu Langkat dan Tamiang. Bahasa Melayu Deli juga dikenal sebagai dialek Melayu Medan ini, ada beberapa kekhususan dalam pelafalan ‘R’.

Secara umum pelafalan 'R' di awal dan tengah kata: seolah tersembunyi dan berbunyi ‘Gh’, seperti dalam kata 'raya' atau 'merah' seolah berbunyi ‘ghaya’ atau ‘meghah’. Di akhir kata huruf 'r' cenderung digugurkan atau tidak dilafalkan dengan sempurna, mengubah vokal sebelumnya menjadi vokal panjang, seperti ‘Besar’ atau ‘Gegar’ menjadi seolah terdengar ‘Besa’ atau ‘Gega’.

Dalam Bahasa Melayu Deli, vokal /u/ pada suku kata terakhir yang tertutup (diapit konsonan) tidak selalu terucap 'u' tetapi sering berubah menjadi 'o' dalam pelafalan dan ejaan, seperti pada kata "datuk" terucap "datok" , "burung" terucap"bughong" ,  “suluh” terucap “suloh” atau “telur” terucap “telo”. Perubahan ini merupakan kaidah pelafalan yang khas pada Bahasa Melayu Deli serta di beberapa Suku Melayu lainnya.

Sesungguhnya  bahasa Melayu sebagai bahasa suku di semua wilayah, memiliki kemiripan, termasuk Bahasa Melayu Deli. Namun nyatanya, bukan cuma dialek, ada juga kosa kata yang khas setiap bahasa Melayu. Sayangnya, penutur Bahasa Melayu Deli di pusat Kota Medan sudah teramat jarang. Penutur yang masih menggunakan secara harian sebagai bahasa ibu, masih ditemukan di sekitar utara Kota Medan, serta wilayah Deli Serdang yang dekat dengan Kota Medan, seperti Hamparan Perak, Kelumpang, Percut, Dalu 10 Tanjung Merawa dan sebagainya.

Tentang bahasa Melayu Deli, penelitian awalnya banyak dilakukan oleh sarjana Belanda. Misalnya C. Hooykaas danProf. Dr. Roolvink.

C. Hooykaas (1951), meneliti bahasa Melayu dialek Deli di Sumatera Utara, ia mengamati keistimewaan fonologi, morfologi, dan kosakata Melayu Deli yang berbeda dari bahasa Melayu baku Riau. Ciri yang ia soroti antara lain, penggunaan bunyi vokal yang lebih bervariasi. perbedaan dalam penggunaan kata ganti orang, serta adanya pengaruh pertemuan budaya di Deli.

Prof. Dr. Roolvink adalah seorang akademisi yang pernah melakukan penelitian dan diskusi tentang keunikan bahasa Melayu Deli pada tahun 1953. Ia juga dikenal karena karyanya, "Roman Picisan Bahasa Indonesia". 

Sebagai seorang ahli bahasa,  ia membicarakan keunikan Melayu Deli dalam konteks bahasa Melayu daerah di Sumatera. Roolvink menggolongkan Melayu Deli sebagai salah satu dialek Melayu lokal yang penting, karena menjadi bahasa lingua franca perkebunan tembakau Deli, memiliki kosakata khas yang berbeda dengan bahasa Melayu Johor-Riau, serta tumbuh dalam lingkungan masyarakat multi-etnis (Melayu, Batak, Jawa, Tionghoa, India, Belanda).

Selain Hooykaas & Roolvink, ada beberapa penelitian lanjutan, sebut saja Asmah Haji Omar (1980-an, ahli bahasa Malaysia), ia  mengkaji variasi dialek Melayu termasuk di Sumatera Utara, menunjukkan Melayu Deli dekat tetapi berbeda dengan Melayu Semenanjung.

Kemudian Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dan Pusat Bahasa Indonesia, mengaitkan Melayu Deli sebagai bagian dari peta besar dialek Melayu Nusantara.

Sebagai contoh penggunaan Bahasa Melayu Deli, berikut kisah “Si Kulok Pandir”:

Adelah kunun suatu khabaran mengena-i seorang pemude, name iye Kulok Pandir. Pekerjaannye si Kolok tenan, saban (h)ari ngambil upahan naiki pokok kelabir. Begianlah setiap (h)ari iye lakuke(n) gune menutupi keperluannye se(h)ari-(h)ari.
Pade suatu hari iye diminte untuk  upahan memanjat pokok kelambir pade suatu keluarge.

Disengsengke ie lengan baju, dikebatke jembolang atas ulu, minte diri lah ie kehadapan Embai.

Lepas iyan, ie pe bergegas lalu. Pade waktu ie menaiki satu pokok ie duduk pade pelepah iyan. Sudahan ie duduk pade pelepah kelabir tein, berjalanlah pule angan-angannye.

Fikirannye dalam hati, “Kela dapatlah ambe upah naik kelambir nin. Upah te ambe belike telur ayam dan sudahen indung ayam pe bertelurlah, dan mengeramlah ie, tang sangkak, lepas iyan beranakpinaklah, dan ayamku peh banyaklah lame-lame tang reban”.

“Isok-isok, mengkale ayam ambe tenan sudah  banyak, ambe jual ayam  dan duitnye ambe belike kambing. Sudahen, kambingku pe jadi banyak, kerane beranak pinak. Kalau so banyak kambing te ambe jual semuenye, lepas iyan duitnye ambe belike lembu”.


“Lame-lame lembuku nu setelah beranak-pinak bulih jadi banyak lenjar ambe jual lembu tenan same saudagar kaye dek harage nan mahal. Duit dari jual lembu tenan ambe belike kerebau dan tide berape lame kerebauku  jadi banyak, setelah ambe peranakan kerebau yen. Sudahlah kerebau nang banyak tenan ambe jual lagi duitnye ambe belike rumah sewe. Rumah tenan ambe seweke same orang yang (h)endak. Dan hasil sewenye ambe belike rumah kalau ade yang menjual”.

“Semue rumahku tenan ambe seweke, hasil sewe-sewe nin ambe belike lagi rumah-rumah yang dijualnye. Kalau bulih semue rumah nan ade di negeri ini akan ambe beli. Oleh sebab yen bulih dikate rumah sewe yang ade di negeri nin ambe yang punye, make ambe peh jadi kaye raye”.

“Pegari ambe pinang anak dare raje. Sudahen kami berdue kahwin lah, make tiap hari kami berdue bergurau sende sambil berdendang saying”.

Mengkala angin berhembus kencang, daun nyiur peh melambai, tecucoklah  perut si Kulok tang pucok pokok nu, make bercakaplah ie tengah bekhayal:

“Usah begian Tuan Puteri, usah Tuan Puteri gelitik patik, te tahan patik”, Jinye, ie peh sambil ngelumpat-lumpat girang. Rupenye si Kulok tenan bemimpi, tide sedar ie pe tibas - laboh, bammm… pengsan lah Kulok yo.

Yenlah, sebabnye kalau beangan-angan usah boh same seperti si Kulok Panger, jinye orang-orang kampong berhikayat.

 

Berikut ini beberapa contoh kosa kata Bahasa Melayu Deli:

Aca: anca/rintangan dalam pertandingan

Ajang: kepunyaan

Awas: bumbu masakan

Begian/begion: begitu

Belon: lingkaran

Bena: sekali, banget

Benai: dapat kesusahan, hajap

Biri: cemburu

Buah Pelaga: Kapulaga

bulih: bisa, boleh

Buni: sembunyi

Cekur: kencur

Dabuh: jatuh (banyak bahasa melayu deli untuk kata jatuh, bergantung jenis jatuh, contohnya: Laboh, Tibas, Jatuh, Luruh dan lainnya)

Dasun: bawang putih

dek: karena, sebab

Embai: emak

Geling: pengetam padi

Hala: arah, tujuan

Halia: jahe

Isok Isok: besok (sangat tidak pasti besok)

Jelebau: sejenis kura kura air tawar lebih besar dari labi labi

Jembolang: semutar. Penutup kepala dengan mengikatkan kain dll bagi petani/nelayan dll

Jeruk: buah/sayur/telur/ikan yang diasamkan atau diasinkan

Ji: kata, cakap (jinye: katanya, jimu: katamu)

Kapok: tempat simpan padi sejenis lumbung

Karang: nanti (sudah pasti)

ke(n): diakhir kata berarti ‘kan’

Kebat: ikat, balut

kela: nanti (tidak berbatas waktu)

Kelang: antara, selisih (jarak, waktu)

Kelatan: kelihatan

Kelih: lihat, tengok

Kemih: kencing

Ketam: kepiting

Kinin: sekarang

Kuari: tempat mengambil pasir atau batu, jendela (bukan jendela utama)

Kubung: sejenis binatang seperti kucing tapi bersayap tinggal di pohon

Laboh: jatuh (banyak bahasa melayu deli untuk kata jatuh, bergantung jenis jatuh, contohnya: Tibun, Tibas, Dabuh, Luruh dan lainnya)

Lebuh: jalan (kata benda)

Lenjar: menjadi

Limau: buah dari spesies citrus dalam famili Rutaceae, jeruk

Luruh: jatuh menggelincir, gugur karena sudah matang (buah dll)

Maya: apa

Mempelam: mangga

Mendai: baik, bagus

Mendikai: semangka

Mengkala: apa bila

Meninjan: buah tomat lokal yang ukurannya kecil dan lebih masam dari tomat

Mpelai: suami, pengantin laki laki

Mpuan: wanita , istri

Muh: ayuk kita pergi, jom

Mumang: oyong, gamang berdiri

Nalar: sering

Nang: yang

Ndak: akan

Ni (n): ini, dekat

Nu (n): itu, jauh

Nuluk: kata sifat yang ditujukan pada seseorang yang bercerita berlebihan dan berulang-ulang tidak menarik

Pacal:

pe: pun

Pegari: besok

Pekasam: makanan yang difermentasi (misalnya pekasam maman, pekasam durian/tempoyak)

Petula: tanaman buah gambas

Pusir: lingkaran tumbuh rambut di kepala

Reban/kepoh: kandang ayam

Reti: mengerti

Santuk: prilaku orang dewasa seperti tantrum karena kondisi yang tidak nyaman

Selang: lantai dapur yang papannya dijarang-jarangkan

Senget: miring, tidak lurus proporsional

Sengseng: menyingsingkan, menarik ke atas

So: sudah

Sundek: tantrum pada anak

Tang: di

Te: jika di depan kata kerja sebagai negasi yang berarti tidak, jika di akhir kalimat berarti tadi

Telempap: tapak tangan beserta jari jemari

tenan /te/ tein: tadi

Tibas: jatuh (banyak bahasa melayu deli untuk kata jatuh, bergantung jenis jatuh, contohnya: Laboh, Jatuh, Dabuh, Luruh dan lainnya)

Tibun: jatuh (banyak bahasa melayu deli untuk kata jatuh, bergantung jenis jatuh, contohnya: Laboh, Tibas, Dabuh, Luruh dan lainnya)

Tide: tidak

Tingkap: jendela

Tingkip: habis, punah

Togan: menakar dengan cermat, diagak-agak

Tuha: tua

Tuju: pergi, ke, arah

Tungkus: terbenam, tenggelam

Tunu: bakar

Yu (n): itu, agak jauh*

 


Komentar

Unknown mengatakan…
assalamualaikum....
nama saya mohamad khairi manasor..
disini saya memerlukan bantuan bapak..
untuk mencari salasialah keluarga saya,yang mana saya tahu berasal dari sumatera..daripada cerita yang arwah nenek saya bagitahu arwah bapanya berasal dari keluarga diraja disana, yang merantau ke malaysia.Nama yang di sebagai TENGKU MUHAMAAD JAMIN BIN TENGKU MUDA.Dan dimaklumkan juga berasal dari PEKAN BARU.Diharap jika bapak memiliki maklumat yang diperlukan dapat email kepada saya.
Unknown mengatakan…
Terima kasih..banyak memberi pengetahuan
Unknown mengatakan…
Terima kasih..banyak memberi pengetahuan