Senin, 08 Juli 2019

Cerita (Dongeng) Melayu: Puteri Merak Jingga


“Bismillah itu permulaan kalam,

Dengan nama Allah Khaliqul Alam,

Duduk menyembah terlalu dalam,

Hamba menulis mengirim salam.

 

Kisah terkhabar dahulu kala,

Ceritera Melayu sudah pun lama,

Disampaikan Atok Moyang kepada hamba,

Tuan Puteri Merak Jingga kisah bernama”.

 

dituliskan oleh: 

Muhammad Muhar - Omtatok

 

Dahulu kala Sungai Deli disebut Sungai Petani, jernih airnya. Di tepi Sungai Petani ini, ada sebuah kerajaan Melayu, konon istananya bernama Kota Teluk Belanga. 

 

Kerajaan Melayu ini dipimpin Raja Tuah Sakti Nan Perkasa. Sang Raja mempunyai putra & putri yang terkenal sangat rupawan, baik tutur kata & elok perangainya. Mereka adalah Tuan Putera Bandar Sakti & adik perempuannya bernama Tuan Puteri Merak Jingga.

 

“Tuan Putera Bandar Sakti,

Ramah turai, mendai perangai,

Segak gayanya berendah hati,

Putra Raja Tuah Sakti dianjung balai”.

 

“Adalah Tuan Puteri Merak Jingga,

Adab mendai perangai terjaga,

Rupanya molek seri diraja,

Tunduk teja raja teruja”.

 

Tuan Putera Bandar Sakti yang sangat merakyat itu, memiliki seorang sahabat bernama Alang Jermal, Anak Pawang Laut Diraja. 

Alang Jermal adalah laki-laki perkasa, memiliki jermal - jermal yaitu tempat penangkapan & penampungan ikan di tengah laut di Selat Malaka. Ia piawai berpencak silat Melayu asli, lanun di laut pun gentar kepadanya. Apatah lagi, Ayahnya adalah Pawang Laut, pemimpin upacara jamu laut dalam adat suku Melayu, yang mampu berkawan dengan Mambang Laut di lapan penjuru mata angin.

 

Suatu kali, Alang Jermal mengajak Putera Bandar Sakti untuk bermain & menengok jermal milik Alang Jermal di tengah laut. 

Berkatalah Putera Bandar Sakti kepada sahabatnya Alang Jermal, “Daku kempunan teringin memakan ikan paling enak di dunia tetapi yang belum pernah diketahui orang”.

 

Mendengar permintaan sahabatnya itu Alang Jermal pun berkata, “Akan patik cari sekarang juga. Patik akan menyelam mencari ikan paling enak di dunia itu”,  lalu terjunlah ia  ke dalam laut. 

 

Tatkala  Alang  sedang asyik mencari ikan tersebut tanpa disadari ia telah memasuki Tasik Tali Arus Pauh Sijenggi, ini adalah tempat bersemayam Mambang Laut - Penghuni Ghaib di lautan menurut kepercayaan Melayu dahulu.

 

Kehadiran Alang Jermal diketahui jin laut itu, Mambang murka karena kelancangan anak manusia memasuki daerahnya.

Pengawal Mambang Laut yang juga dari golongan jin laut pun mengejar, Alang ingin dibunuh.

Seketika Alang Jermal teringat petuah ayahnya yang seorang pawang laut itu, ada jampi yang dibacakan untuk 8 penjuru mata angin & 7 petala langit,  setelah itu peganglah bulu tengkuk mambang laut, maka ia akan lemah. 

 

Sewaktu Alang Jermal memegang bulu tengkuknya, tiba-tiba Mambang Laut berubah menjadi orang tua yang sudah uzur. Orang tua itupun terkesan bersahabat, bahkan Alang Jermal menyempatkan menuntut ilmu kepada Mambang Laut itu. 

Alang menuntut dua ilmu, yaitu ilmu agar dapat bernafas di dalam air, serta menuntut ilmu kekebalan & kekuatan.

 

Mambang Laut juga membagi tahu, dimana keberadaan ikan yang paling lezat di dunia, ikan kahyangan namanya, namun berada di sebuah gua di dasar laut.

Cuma gua itu dijaga oleh seorang Ratu Bidadari Laut.  

Pergilah Alang Jermal bersama Mambang Laut ke gua itu. 

Mambang Laut menjelaskan maksud kedatangan mereka kepada Ratu Bidadari Laut. Ratu Bidadari Laut memenuhi permintaan mereka tetapi dengan syarat Alang Jermal harus tinggal di gua itu selama dua kali musim ikan termenung (ikan gembung).  

Sementara itu, Putera Bandar Sakti yang menanti di jermal, karena terlalu lama menunggu, maka baliklah ia ke Istana Kota Teluk Belanga di tepi Sungai Petani.

Putera Bandar Sakti melaporkan kepada Ayahandanya, bahwa Alang Jermal hingga tengah malam tiada kunjung balik dari dasar laut. Kabar ini sampai juga kepada Tuan Puteri Merak Jingga.

 

Rungsing lah hati Tuan ku Puteri,

Sebab telah menaruh hati,

Alang Jermal pergi belum kembali,

Tuan Puteri Merak Jingga ternanti-nanti”.

 

“Airmata menitik tiada tertahan,

Meratap cinta aduhai tuan,

Dada terdengik macam ditekan,

Rasa ingin tenggelam dalam lautan”.

 

Pencarian terhadap Alang Jermal pun dihentikan. Maka Alang Jermal dinyatakan hilang tak dapat dicari. Tuan Puteri Merak Jingga jatuh gering, ia sakit memikirkan pujaan hati.

 

Sakitnya Puteri Merak Jingga membuat resah hati Raja Tuah Sakti.

Tak sedikit Tabib, Dukun, & Orang Pintar sudah mengobati, namun belum juga sembuh sediakala.

Dengan rasa sedih sebab putri sitampuk hati belum kunjung sembuh, Raja Tuah Sakti mengumumkan di muka Sidang Kerajaan bahwa barang siapa yang berhasil mengobati penyakit Tuan Puteri Merak Jingga  hingga sembuh, akan dikawinkan dengan Tuan Puteri.  

Datuk Tapa pun bersiasat bahwa ia mampu mengobati bersama seseorang bernama Wan Tanjong. 

“Ampun patik beribu ampun Tuanku,

Sembah patik harap diampun.

Patik sanggup & mampu mengubati Tuan Puteri Merak Jingga dari gering yang teruk ini. 

Tuan Puteri terserang beberapa penyakit yaitu Pukau Jembalang, Sapu Ta’un, Sapu Hawa, Lesap Nyawa, dan beberapa lainnya.

Hanya patik yang boleh menyembuhkannya.

Namun patik tak kuasa seorang diri, patik harus bersama seorang bernama Wan Tanjong.

Tetapi Ampun Tuanku, patik pun memohon meminta imbalan”, kata Datuk Tapa kepada Raja Tuah Sakti.

 

“Apa imbalan yang engkau mau, Datuk?”, sahut Raja. 

“Ampun Patik, Tuanku. 

Apabila Tuan Puteri sembuh dari gering yang teruk ini, maka Wan Tanjong dinikahkan kepada Tuan Puteri, 

tentu patik tiada mendapat bahagian.

Karenanya, patik meminta imbalan berupa kedudukan sebagai raja di kerajaan ini”, ujar Datuk Tapa tanpa memikirkan adabnya. 

Dengan arif lagi bijaksana, Raja pun menjawab,

“Baiklah Datuk Tapa, jika Puteri beta sanggup engkau sembuhkan, maka beta akan menyerahkan kedudukan beta sebagai raja kepada engkau”.

Maka masuklah Datuk Tapa & Wan Tanjong ke bilik peraduan Tuan Puteri Merak Jingga untuk membuat prosesi pengobatan dengan membawa berbagai bahan pengobatan dari berbagai anasir yang konon akan berlangsung satu purnama lamanya.

 

Bersamaan itu pula, Alang Jermal telah habis waktu perjanjiannya di gua dasar laut itu. Ia segera menuju Istana Kota Teluk Belanga untuk mempersembahkan ikan kahyangan yang terlezat kepada sahabatnya. 

 

Namun ia mendapat kabar dari orang kampung, bahwa Tuan Puteri Merak Jingga dalam keadaan sakit. Sejujurnya, ia juga sangat menaruh hati nan dalam kepada Puteri Merak Jingga, cuma ia harus sadar diri.

 

Yang paling membuat ia marah, ia mendengar persyaratan Datuk Tapa yang tidak tahu diri dan melanggar adat nan kanun.

 

Sesampai di istana, Alang Jermal disambut seisi istana. Putera Bandar Sakti pun memeluk kawannya itu. 

 

Mak Inang Pengasuh pun bergegas ke bilik peraduan puteri, membisikkan ke telinga Tuan Puteri Merak Jingga bahwa Alang Jermal sudah kembali, dan saat ini berada di istana.

 

Aduhai Datuk Keramat, tiba-tiba Tuan Puteri Merak Jingga tersadar dan bangun dari peraduan. Ia tampak tidak pernah sakit. Dengan senyum bahagia, ia berlari keluar menemui Alang Jermal.

 

Datuk Tapa dan Wan Tanjong yang masih mempersiapkan bahan perobatan, merasa ketakutan. Apa lagi ia sudah berkata, hanya dia yang bisa mengobati penyakit Tuan Puteri. 

 

Datuk Tapa & Wan Tanjong akhirnya lari dari istana, keluar dari ibu kota itu, bersembunyi di Rimba Pukau. Rimba itu terletak di Pulau Berhala di selat malaka.

 

Akhirnya rasa saling cinta antara Tuan Puteri Merak Jingga & Alang Jermal pun tersampaikan. Setidaknya mereka sudah sama tahu, bahwa mereka saling bertaut kasih yang dalam.

 

Di satu sisi, semangat mencari ilmu Alang Jermal rasanya tak sudah-sudah, ia pun ingin menuntut ilmu kepada Ratu Bidadari Laut.

Ia pun ‘mengurak sila’ untuk pergi ke dasar laut, menuntut ilmu disana.

 

.........

 

Kecantikan Puteri Merak Jingga memang bukan cuma pada parasnya, kelembutan hati, rendah hati, hingga terkabar sampai kemana-mana. Terpancar bak namanya merak mengembang berona jingga.

 

Hingga Negeri Cina namanya pun disebut. Terbukti Maharaja Cina teringin mempersunting Puteri Merak Jingga.

 

“Cahaya terpancar hingga ke Negeri Cina,

Tuan Puteri masyur elok namanya,

Membawa buah tangan emas dalam cerana,

Ramai bangsawan ingin mempersuntingnya”.

 

Memang konon cahaya Tuan Puteri Merak Jingga memancarkan ke negeri Tiongkok. Maharaja Cina tercengang dan hatinya tergugah ketika melihat cahaya yang bersinar mersing itu. 

 

Ia pun mengerahkan semua tentara kerajaan untuk mencari dari mana asalnya cahaya tersebut. Beberapa hari kemudian perwiranya melaporkan bahwa cahaya itu berasal dari negeri Melayu, dari wajah seorang putri yang sangat cantik. 

 

Mendengar itu timbul hasrat dihatinya untuk melamar putri yang cantik itu. lalu bertolaklah mereka ke arah selatan. Sewaktu mereka berada di Selat Karimata, cahaya itu kelihatan menyinari dari arah barat sehingga armada itu segera menukar arah haluannya ke tempat asal cahaya itu. 

 

Tetapi tiba-tiba awan tebal menutupi laut. Untuk menghindari bahaya taufan armada Cina berlabuh di Pulau Berhala. Di pulau inilah  Datuk Tapa dan Wan Tanjong bersembunyi. 

 

Pucuk dicinta ulam pun tiba, bagi Datuk Tapa & Wan Tanjong. 

Mereka pun menjilat pada rombongan Cina itu.

Datuk Tapa mengatakan kepada rombongan Maharaja Cina itu, bahwa ia sanggup menyerahkan Tuan Puteri Merak Jingga. Karena ia banyak mengetahui seluk beluk Istana Kota Teluk Belanga di tepi Sungai Deli yang dahulu disebut Sungai Petani tersebut.

 

Datuk Tapa membuat syarat, agar Maharaja Cina mengangkatnya menjadi raja yang sah menggantikan Raja Tuah Sakti. 

 

Dengan sukacita Rombongan Cina  menyutujui usulnya tersebut, dengan terlebih dahulu Datuk Tapa dan Wan Tanjong keluar dari resam Melayu, dan menjadi Cina. Caranya, keduanya dilantik sebagai bangsawan Cina setingkat Panglima. Mau lah keduanya.

 

Datuk Tapa & Wan Tanjong yang sudah menjadi panglima cina tersebut, akhirnya mempimpin rombongan Cina untuk menculik Tuan Puteri Merak Jingga yang akan diserahkan pada Maharaja.

 

Raja Tuah Sakti mendapat laporan bahwa Datuk Tapa & Wan Tanjong sudah berkhianat pada puaknya.

Seluruh Rakyat ibu kota kerajaan diungsikan ke tempat tersembunyi, seluruh harta benda & sebagainya diungsikan pula, lalu Raja Tuah Sakti memerintahkan agar istana & ibu kota dibakar.

 

Maharaja Cina mendapat laporan bahwa    istana kota teluk belanga dan ibu kota kerajaan di tepi sungai petani itu telah dibakar. 

Ia sudah memastikan, bahwa ini adalah ulah Datuk Tapa. Maharaja berfikir, untuk  mendapatkan keinginannya, Datuk Tapa menghalalkan segala cara dengan membakar kerajaan itu.

 

Akhirnya Maharaja Cina memerintahkan rombongan, agar membunuh Datuk Tapa dan Wan Tanjong.

 

Setelah itu, Ibu kota kerajaan pun dibenahi kembali. Raja & Putera Puterinya kembali berada di istana yang baru.

 

Hasrat Maharaja Cina, untuk mempersunting Puteri Merak Jingga rupanya belum sirna.

 

Maka Maharaja mengupah seorang penduduk tempatan menghadap Raja Tuah Sakti  untuk melamar Putri Merak Jinga.

Penduduk ini pun memakai tata cara adat Melayu, agar Raja Tuah Sakti menerima. Karena dengan pertimbangan, jika satu adat resam Melayu, raja pasti akan mau menerimanya.

 

Tapi rupanya, raja sudah mengetahui siasat ini, Raja Tuah Sakti Nan Perkasa ini pun menolak lamaran itu.

 

Mendengar bahwa lamarannya ditolak, maka Maharaja menjadi marah. 

Segera ia langsung memimpin penyerangan bersama  bala tentaranya. 

 

Bandar Sakti menghambat musuh yang berusaha memasuki tempat persembunyian Tuan Puteri Merak Jingga, tetapi akhirnya Tuan Putera Bandar Sakti gugur dalam pertempuran itu. 

 

Dalam penyerangan itu, akhirnya Raja Tuah Sakti mampu ditawan. 

Dengan mudah Puteri Merak Jingga ditemukan. 

Pasukan Maharaja Cina pun memasukkan dalam keranda kaca & akan membawa puteri itu ke Negeri Cina. Rombongan Maharaja pun berhasil sampai ke bibir pantai. 

Keranda kaca yang berisi Puteri Merak Jingga dinaikkan ke kapal.

 

Pada waktu yang bersamaan Alang Jermal sedang dalam perjalanan pulang dengan membawa buah tangan berupa ikan kahyangan untuk Tuan Puteri Merak Jingga. 

 

Ia  sangat terkejut manakala melihat istana telah berubah, penduduk lengang macam disambar garuda.

Ia mencari tahu, dimana Tuan Puteri. 

 

Akhirnya Alang Jermal menuju laut menyusul rombongan Maharaja Cina yang membawa Tuan Puteri.

Saat itu, tiba-tiba muncul Maharaja Cina dengan pedang terhunus. Alang Jermal dengan tenaga yang kuat luar biasa berhasil melempar Maharaja  dabuh tibun luruh ke laut. 

 

Ilmu Alang Jermal yang banyak belajar di laut, membuatnya lebih sanggup menghindar dari serangan seluruh bala tentara Maharaja Cina yang juga kuat.

 

Tuan Puteri yang masih di dalam keranda kaca pun dibawanya ke dasar laut, ke Tasik Tali Arus Pauh Sijenggi.

Sesampainya disana, Alang Jermal meminta kepada Mambang Laut, untuk bantunya memusnahkan musuhnya itu. 

 

Seketika itu juga, turunlah badai diiringi petir dan gelombang laut yang besar. Melihat kejadian itu Maharaja  sangat marah dan berseru dengan hebatnya “Wahai Dewa Dewa Di Langit, jadikanlah aku seekor naga yang paling ganas”. 

 

Mendengar suara yang menggelegar itu tiba-tiba Tuan Puteri Merak Jingga teringat kepada Ayahandanya. 

Ia meminta agar Ayahandanya ditemukan sampai dapat. 

 

Alang Jermal berhasil menjumpai Ayahanda Tuan Puteri Merak Jingga, dan melapaskannya dari tawanan.

 

Sekembalinya ia ke laut,  ternyata Puteri Merak Jingga sudah ditelan naga jelmaan Maharaja Cina. 

 

Dengan keilmuannya, Ia mampu melepaskan Tuan Puteri dari dalam keranda kaca yang berada di  dalam perut naga itu, tanpa sepengetahuan naga itu.

 

Beberapa pekan kemudian sampailah Naga Jelmaan Maharaja ke negerinya lalu dimuntahkannya keranca kaca itu.

Tapi betapa murkanya ia, keranda kaca itu kosong tanpa Tuan Puteri Merak Jingga.

 

Maharaja yang menjelma berupa naga itu merasa sangat kesal. Dihempas-hempaskannya dirinya, bahkan keranda kaca itu dikunyahnya hingga hancur berkecai.

 

.....

 

Pendek cerita, Akhirnya Alang Jermal menyelamatkan Tuan Puteri dari laut dengan berbagai rintangan.

Guru-Guru Alang Jermal berupa Mambang Laut & Ratu Bidadari Laut pun turut membantu.

 

Baliklah mereka ke ibu kota kerajaan.

Rakyat menyambut mereka dengan suka cita. Tetabuhan dibunyikan, bunga rampai dan bertih ditabur tanda kebesaran.

 

Tapi ternyata Ayahanda Tuan Puteri telah mangkat. Terkabar, saat Maharaja Cina menjelma menjadi naga, dan Alang Jermal melepaskan Ayahanda Tuan Puteri dari tawanan, Raja Tuah Sakti menyusul ke laut. Ia ingin menyelamatkan putrinya dan turut menyerang naga jelmaan. Tapi takdir berkata lain, Raja Tuah Sakti gugur dalam pertarungan itu.

 

.....

 

Selanjutnya  Alang Jermal  menikah dengan Tuan Puteri Merak Jingga, dengan upacara adat Melayu berhari-hari lamanya.

 

Karena ahli waris raja cuma Puteri Merak Jingga, maka dinobatkanlah Tuan Puteri Merak Jingga sebagai Ratu, dan Alang Jermal mendampingi dengan gelar Pangeran.

 

Suatu hari berziarahlah mereka ke kubur Almarhum Raja Tuah Sakti. 

Masa itu, Makam Diraja Melayu diberi hiasan wewangian seperti dupa dan setanggi, bunga taburan, tempat meletakkan rangkaian bunga, serta tempat berisi air.

 

Ketiga Tuan Puteri Merak Jingga ingin mengambil air untuk disiramkan ke pusara Ayahandanya, terlihat olehnya seeokor ikan sejenis ikan kahyangan di dalam tempat air itu. Yang membuat ia terkejut, ikan itu berkepala mirip Pangeran Alang Jermal.

Sekembali dari kubur, Tuan Puteri pun demam. 

 

Ternyata itu petanda yang diberikan dari Sang Empunya Maha. Tuan Puteri pun hamil.

 

Rianglah hati seisi negeri. Apalagi Tuan Puteri melahirkan Puteri Kembar Tujuh, yang cantik moleknya juga tiada tara.* (m muhar - omtatok)