“Bismillah itu permulaan
kalam,
Dengan nama Allah Khaliqul
Alam,
Duduk menyembah terlalu
dalam,
Hamba menulis mengirim
salam.
Kisah terkhabar dahulu
kala,
Ceritera Melayu sudah pun
lama,
Disampaikan Atok Moyang
kepada hamba,
Tuan Puteri Merak Jingga
kisah bernama”.
dituliskan oleh:
Muhammad Muhar - Omtatok
Dahulu kala Sungai Deli disebut Sungai Petani, jernih airnya. Di
tepi Sungai Petani ini, ada sebuah kerajaan Melayu, konon istananya bernama
Kota Teluk Belanga.
Kerajaan Melayu ini dipimpin Raja Tuah Sakti Nan Perkasa. Sang
Raja mempunyai putra & putri yang terkenal sangat rupawan, baik tutur kata
& elok perangainya. Mereka adalah Tuan Putera Bandar Sakti & adik
perempuannya bernama Tuan Puteri Merak Jingga.
“Tuan Putera Bandar Sakti,
Ramah turai, mendai perangai,
Segak gayanya berendah hati,
Putra Raja Tuah Sakti dianjung balai”.
“Adalah Tuan Puteri Merak Jingga,
Adab mendai perangai terjaga,
Rupanya molek seri diraja,
Tunduk teja raja teruja”.
Tuan Putera Bandar Sakti yang sangat merakyat itu, memiliki
seorang sahabat bernama Alang Jermal, Anak Pawang Laut Diraja.
Alang Jermal adalah laki-laki perkasa, memiliki jermal - jermal
yaitu tempat penangkapan & penampungan ikan di tengah laut di Selat Malaka.
Ia piawai berpencak silat Melayu asli, lanun di laut pun gentar kepadanya.
Apatah lagi, Ayahnya adalah Pawang Laut, pemimpin upacara jamu laut dalam adat
suku Melayu, yang mampu berkawan dengan Mambang Laut di lapan penjuru mata
angin.
Suatu kali, Alang Jermal mengajak Putera Bandar Sakti untuk
bermain & menengok jermal milik Alang Jermal di tengah laut.
Berkatalah Putera Bandar Sakti kepada sahabatnya Alang Jermal,
“Daku kempunan teringin memakan ikan paling enak di dunia tetapi yang belum
pernah diketahui orang”.
Mendengar permintaan sahabatnya itu Alang Jermal pun berkata,
“Akan patik cari sekarang juga. Patik akan menyelam mencari ikan paling enak di
dunia itu”, lalu terjunlah ia ke dalam laut.
Tatkala Alang sedang asyik mencari ikan tersebut
tanpa disadari ia telah memasuki Tasik Tali Arus Pauh Sijenggi, ini adalah
tempat bersemayam Mambang Laut - Penghuni Ghaib di lautan menurut kepercayaan
Melayu dahulu.
Kehadiran Alang Jermal diketahui jin laut itu, Mambang murka
karena kelancangan anak manusia memasuki daerahnya.
Pengawal Mambang Laut yang juga dari golongan jin laut pun mengejar,
Alang ingin dibunuh.
Seketika Alang Jermal teringat petuah ayahnya yang seorang
pawang laut itu, ada jampi yang dibacakan untuk 8 penjuru mata angin & 7
petala langit, setelah itu peganglah bulu tengkuk mambang laut, maka ia
akan lemah.
Sewaktu Alang Jermal memegang bulu tengkuknya, tiba-tiba Mambang
Laut berubah menjadi orang tua yang sudah uzur. Orang tua itupun terkesan
bersahabat, bahkan Alang Jermal menyempatkan menuntut ilmu kepada Mambang Laut
itu.
Alang menuntut dua ilmu, yaitu ilmu agar dapat bernafas di dalam
air, serta menuntut ilmu kekebalan & kekuatan.
Mambang Laut juga membagi tahu, dimana keberadaan ikan yang
paling lezat di dunia, ikan kahyangan namanya, namun berada di sebuah gua di
dasar laut.
Cuma gua itu dijaga oleh seorang Ratu Bidadari Laut.
Pergilah Alang Jermal bersama Mambang Laut ke gua itu.
Mambang Laut menjelaskan maksud kedatangan mereka kepada Ratu Bidadari Laut. Ratu Bidadari Laut memenuhi permintaan mereka tetapi dengan syarat Alang Jermal harus tinggal di gua itu selama dua kali musim ikan termenung (ikan gembung).
Sementara itu, Putera Bandar Sakti yang menanti di jermal, karena terlalu lama menunggu, maka baliklah ia ke Istana Kota Teluk Belanga di tepi Sungai Petani.
Putera Bandar Sakti melaporkan kepada Ayahandanya, bahwa Alang
Jermal hingga tengah malam tiada kunjung balik dari dasar laut. Kabar ini
sampai juga kepada Tuan Puteri Merak Jingga.
“Rungsing lah hati Tuan ku Puteri,
Sebab telah menaruh hati,
Alang Jermal pergi belum kembali,
Tuan Puteri Merak Jingga ternanti-nanti”.
“Airmata menitik tiada tertahan,
Meratap cinta aduhai tuan,
Dada terdengik macam ditekan,
Rasa ingin tenggelam dalam lautan”.
Pencarian terhadap Alang Jermal pun dihentikan. Maka Alang
Jermal dinyatakan hilang tak dapat dicari. Tuan Puteri Merak Jingga jatuh
gering, ia sakit memikirkan pujaan hati.
Sakitnya Puteri Merak Jingga membuat resah hati Raja Tuah Sakti.
Tak sedikit Tabib, Dukun, & Orang Pintar sudah mengobati, namun belum juga sembuh sediakala.
Dengan rasa sedih sebab putri sitampuk hati belum kunjung sembuh, Raja Tuah Sakti mengumumkan di muka Sidang Kerajaan bahwa barang siapa yang berhasil mengobati penyakit Tuan Puteri Merak Jingga hingga sembuh, akan dikawinkan dengan Tuan Puteri.
Datuk Tapa pun bersiasat bahwa ia mampu mengobati bersama seseorang bernama Wan Tanjong.
“Ampun patik beribu ampun Tuanku,
Sembah patik harap diampun.
Patik sanggup & mampu mengubati Tuan Puteri Merak Jingga
dari gering yang teruk ini.
Tuan Puteri terserang beberapa penyakit yaitu Pukau Jembalang,
Sapu Ta’un, Sapu Hawa, Lesap Nyawa, dan beberapa lainnya.
Hanya patik yang boleh menyembuhkannya.
Namun patik tak kuasa seorang diri, patik harus bersama seorang
bernama Wan Tanjong.
Tetapi Ampun Tuanku, patik pun memohon meminta imbalan”, kata
Datuk Tapa kepada Raja Tuah Sakti.
“Apa imbalan yang engkau mau, Datuk?”, sahut Raja.
“Ampun Patik, Tuanku.
Apabila Tuan Puteri sembuh dari gering yang teruk ini, maka Wan
Tanjong dinikahkan kepada Tuan Puteri,
tentu patik tiada mendapat bahagian.
Karenanya, patik meminta imbalan berupa kedudukan sebagai raja di kerajaan ini”, ujar Datuk Tapa tanpa memikirkan adabnya.
Dengan arif lagi bijaksana, Raja pun menjawab,
“Baiklah Datuk Tapa, jika Puteri beta sanggup engkau sembuhkan, maka beta akan menyerahkan kedudukan beta sebagai raja kepada engkau”.
Maka masuklah Datuk Tapa & Wan Tanjong ke bilik peraduan
Tuan Puteri Merak Jingga untuk membuat prosesi pengobatan dengan membawa
berbagai bahan pengobatan dari berbagai anasir yang konon akan berlangsung satu
purnama lamanya.
Bersamaan itu pula, Alang Jermal telah habis waktu perjanjiannya
di gua dasar laut itu. Ia segera menuju Istana Kota Teluk Belanga untuk
mempersembahkan ikan kahyangan yang terlezat kepada sahabatnya.
Namun ia mendapat kabar dari orang kampung, bahwa Tuan Puteri
Merak Jingga dalam keadaan sakit. Sejujurnya, ia juga sangat menaruh hati nan
dalam kepada Puteri Merak Jingga, cuma ia harus sadar diri.
Yang paling membuat ia marah, ia mendengar persyaratan Datuk
Tapa yang tidak tahu diri dan melanggar adat nan kanun.
Sesampai di istana, Alang Jermal disambut seisi istana. Putera
Bandar Sakti pun memeluk kawannya itu.
Mak Inang Pengasuh pun bergegas ke bilik peraduan puteri,
membisikkan ke telinga Tuan Puteri Merak Jingga bahwa Alang Jermal sudah
kembali, dan saat ini berada di istana.
Aduhai Datuk Keramat, tiba-tiba Tuan Puteri Merak Jingga
tersadar dan bangun dari peraduan. Ia tampak tidak pernah sakit. Dengan senyum
bahagia, ia berlari keluar menemui Alang Jermal.
Datuk Tapa dan Wan Tanjong yang masih mempersiapkan bahan
perobatan, merasa ketakutan. Apa lagi ia sudah berkata, hanya dia yang bisa
mengobati penyakit Tuan Puteri.
Datuk Tapa & Wan Tanjong akhirnya lari dari istana, keluar
dari ibu kota itu, bersembunyi di Rimba Pukau. Rimba itu terletak di Pulau
Berhala di selat malaka.
Akhirnya rasa saling cinta antara Tuan Puteri Merak Jingga &
Alang Jermal pun tersampaikan. Setidaknya mereka sudah sama tahu, bahwa mereka
saling bertaut kasih yang dalam.
Di satu sisi, semangat mencari ilmu Alang Jermal rasanya tak
sudah-sudah, ia pun ingin menuntut ilmu kepada Ratu Bidadari Laut.
Ia pun ‘mengurak sila’ untuk pergi ke dasar laut, menuntut ilmu
disana.
.........
Kecantikan Puteri Merak Jingga memang bukan cuma pada parasnya,
kelembutan hati, rendah hati, hingga terkabar sampai kemana-mana. Terpancar bak
namanya merak mengembang berona jingga.
Hingga Negeri Cina namanya pun disebut. Terbukti Maharaja Cina
teringin mempersunting Puteri Merak Jingga.
“Cahaya terpancar hingga ke Negeri Cina,
Tuan Puteri masyur elok namanya,
Membawa buah tangan emas dalam cerana,
Ramai bangsawan ingin mempersuntingnya”.
Memang konon cahaya Tuan Puteri Merak Jingga memancarkan ke
negeri Tiongkok. Maharaja Cina tercengang dan hatinya tergugah ketika melihat
cahaya yang bersinar mersing itu.
Ia pun mengerahkan semua tentara kerajaan untuk mencari dari
mana asalnya cahaya tersebut. Beberapa hari kemudian perwiranya melaporkan
bahwa cahaya itu berasal dari negeri Melayu, dari wajah seorang putri yang
sangat cantik.
Mendengar itu timbul hasrat dihatinya untuk melamar putri yang
cantik itu. lalu bertolaklah mereka ke arah selatan. Sewaktu mereka berada di
Selat Karimata, cahaya itu kelihatan menyinari dari arah barat sehingga armada
itu segera menukar arah haluannya ke tempat asal cahaya itu.
Tetapi tiba-tiba awan tebal menutupi laut. Untuk menghindari
bahaya taufan armada Cina berlabuh di Pulau Berhala. Di pulau inilah
Datuk Tapa dan Wan Tanjong bersembunyi.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, bagi Datuk Tapa & Wan
Tanjong.
Mereka pun menjilat pada rombongan Cina itu.
Datuk Tapa mengatakan kepada rombongan Maharaja Cina itu, bahwa
ia sanggup menyerahkan Tuan Puteri Merak Jingga. Karena ia banyak mengetahui
seluk beluk Istana Kota Teluk Belanga di tepi Sungai Deli yang dahulu disebut
Sungai Petani tersebut.
Datuk Tapa membuat syarat, agar Maharaja Cina mengangkatnya
menjadi raja yang sah menggantikan Raja Tuah Sakti.
Dengan sukacita Rombongan Cina menyutujui usulnya
tersebut, dengan terlebih dahulu Datuk Tapa dan Wan Tanjong keluar dari resam
Melayu, dan menjadi Cina. Caranya, keduanya dilantik sebagai bangsawan Cina
setingkat Panglima. Mau lah keduanya.
Datuk Tapa & Wan Tanjong yang sudah menjadi panglima cina
tersebut, akhirnya mempimpin rombongan Cina untuk menculik Tuan Puteri Merak
Jingga yang akan diserahkan pada Maharaja.
Raja Tuah Sakti mendapat laporan bahwa Datuk Tapa & Wan
Tanjong sudah berkhianat pada puaknya.
Seluruh Rakyat ibu kota kerajaan diungsikan ke tempat
tersembunyi, seluruh harta benda & sebagainya diungsikan pula, lalu Raja
Tuah Sakti memerintahkan agar istana & ibu kota dibakar.
Maharaja Cina mendapat laporan bahwa istana kota
teluk belanga dan ibu kota kerajaan di tepi sungai petani itu telah
dibakar.
Ia sudah memastikan, bahwa ini adalah ulah Datuk Tapa. Maharaja
berfikir, untuk mendapatkan keinginannya, Datuk Tapa menghalalkan segala
cara dengan membakar kerajaan itu.
Akhirnya Maharaja Cina memerintahkan rombongan, agar membunuh
Datuk Tapa dan Wan Tanjong.
Setelah itu, Ibu kota kerajaan pun dibenahi kembali. Raja &
Putera Puterinya kembali berada di istana yang baru.
Hasrat Maharaja Cina, untuk mempersunting Puteri Merak Jingga
rupanya belum sirna.
Maka Maharaja mengupah seorang penduduk tempatan menghadap Raja
Tuah Sakti untuk melamar Putri Merak Jinga.
Penduduk ini pun memakai tata cara adat Melayu, agar Raja Tuah
Sakti menerima. Karena dengan pertimbangan, jika satu adat resam Melayu, raja
pasti akan mau menerimanya.
Tapi rupanya, raja sudah mengetahui siasat ini, Raja Tuah Sakti
Nan Perkasa ini pun menolak lamaran itu.
Mendengar bahwa lamarannya ditolak, maka Maharaja menjadi
marah.
Segera ia langsung memimpin penyerangan bersama bala tentaranya.
Bandar Sakti menghambat musuh yang berusaha memasuki tempat
persembunyian Tuan Puteri Merak Jingga, tetapi akhirnya Tuan Putera Bandar
Sakti gugur dalam pertempuran itu.
Dalam penyerangan itu, akhirnya Raja Tuah Sakti mampu
ditawan.
Dengan mudah Puteri Merak Jingga ditemukan.
Pasukan Maharaja Cina pun memasukkan dalam keranda kaca &
akan membawa puteri itu ke Negeri Cina. Rombongan Maharaja pun berhasil sampai
ke bibir pantai.
Keranda kaca yang berisi Puteri Merak Jingga dinaikkan ke kapal.
Pada waktu yang bersamaan Alang Jermal sedang dalam perjalanan
pulang dengan membawa buah tangan berupa ikan kahyangan untuk Tuan Puteri Merak
Jingga.
Ia sangat terkejut manakala melihat istana telah berubah,
penduduk lengang macam disambar garuda.
Ia mencari tahu, dimana Tuan Puteri.
Akhirnya Alang Jermal menuju laut menyusul rombongan Maharaja
Cina yang membawa Tuan Puteri.
Saat itu, tiba-tiba muncul Maharaja Cina dengan pedang terhunus.
Alang Jermal dengan tenaga yang kuat luar biasa berhasil melempar
Maharaja dabuh tibun luruh ke laut.
Ilmu Alang Jermal yang banyak belajar di laut, membuatnya lebih
sanggup menghindar dari serangan seluruh bala tentara Maharaja Cina yang juga
kuat.
Tuan Puteri yang masih di dalam keranda kaca pun dibawanya ke
dasar laut, ke Tasik Tali Arus Pauh Sijenggi.
Sesampainya disana, Alang Jermal meminta kepada Mambang Laut,
untuk bantunya memusnahkan musuhnya itu.
Seketika itu juga, turunlah badai diiringi petir dan gelombang
laut yang besar. Melihat kejadian itu Maharaja sangat marah dan berseru
dengan hebatnya “Wahai Dewa Dewa Di Langit, jadikanlah aku seekor naga yang
paling ganas”.
Mendengar suara yang menggelegar itu tiba-tiba Tuan Puteri Merak
Jingga teringat kepada Ayahandanya.
Ia meminta agar Ayahandanya ditemukan sampai dapat.
Alang Jermal berhasil menjumpai Ayahanda Tuan Puteri Merak
Jingga, dan melapaskannya dari tawanan.
Sekembalinya ia ke laut, ternyata Puteri Merak Jingga
sudah ditelan naga jelmaan Maharaja Cina.
Dengan keilmuannya, Ia mampu melepaskan Tuan Puteri dari dalam
keranda kaca yang berada di dalam perut naga itu, tanpa sepengetahuan
naga itu.
Beberapa pekan kemudian sampailah Naga Jelmaan Maharaja ke
negerinya lalu dimuntahkannya keranca kaca itu.
Tapi betapa murkanya ia, keranda kaca itu kosong tanpa Tuan
Puteri Merak Jingga.
Maharaja yang menjelma berupa naga itu merasa sangat kesal.
Dihempas-hempaskannya dirinya, bahkan keranda kaca itu dikunyahnya hingga
hancur berkecai.
.....
Pendek cerita, Akhirnya Alang Jermal menyelamatkan Tuan Puteri
dari laut dengan berbagai rintangan.
Guru-Guru Alang Jermal berupa Mambang Laut & Ratu Bidadari
Laut pun turut membantu.
Baliklah mereka ke ibu kota kerajaan.
Rakyat menyambut mereka dengan suka cita. Tetabuhan dibunyikan,
bunga rampai dan bertih ditabur tanda kebesaran.
Tapi ternyata Ayahanda Tuan Puteri telah mangkat. Terkabar, saat
Maharaja Cina menjelma menjadi naga, dan Alang Jermal melepaskan Ayahanda Tuan
Puteri dari tawanan, Raja Tuah Sakti menyusul ke laut. Ia ingin menyelamatkan
putrinya dan turut menyerang naga jelmaan. Tapi takdir berkata lain, Raja Tuah
Sakti gugur dalam pertarungan itu.
.....
Selanjutnya Alang Jermal menikah dengan Tuan Puteri
Merak Jingga, dengan upacara adat Melayu berhari-hari lamanya.
Karena ahli waris raja cuma Puteri Merak Jingga, maka
dinobatkanlah Tuan Puteri Merak Jingga sebagai Ratu, dan Alang Jermal
mendampingi dengan gelar Pangeran.
Suatu hari berziarahlah mereka ke kubur Almarhum Raja Tuah
Sakti.
Masa itu, Makam Diraja Melayu diberi hiasan wewangian seperti
dupa dan setanggi, bunga taburan, tempat meletakkan rangkaian bunga, serta
tempat berisi air.
Ketiga Tuan Puteri Merak Jingga ingin mengambil air untuk
disiramkan ke pusara Ayahandanya, terlihat olehnya seeokor ikan sejenis ikan
kahyangan di dalam tempat air itu. Yang membuat ia terkejut, ikan itu berkepala
mirip Pangeran Alang Jermal.
Sekembali dari kubur, Tuan Puteri pun demam.
Ternyata itu petanda yang diberikan dari Sang Empunya Maha. Tuan
Puteri pun hamil.
Rianglah hati seisi negeri. Apalagi Tuan Puteri melahirkan Puteri Kembar Tujuh, yang cantik moleknya juga tiada tara.* (m muhar - omtatok)
4 komentar:
Duhaaii Tuanku penulis cerita, saya sangat terkesan membaca kesah ini. Terimakaseh, semoga kisah ini menambah kearofan lokal hikayat melayu Yang bisa diwariskan kepada ansk cuvu generasi penerus bangsa. Terima kaseh banyak ya boto. Ganteng Kali kutengok foto penulisnya😆
Dah lama tak baca kisah ini. Saluuut
Rawatan pengasih ilmu putih jarak jauh/jarak dekat
-tunang/kekasih berpaling hati
-minyak pengasih
-pelaris niaga
-pelet
-pemikat
-buka aura
-santau sum power
-pelaris dalam galian
-santau angin
-santau tepuk bantal
-santau patung
-santau Siam
-santau di Kedah
-ilmu pengasih
-ilmu penunduk
-buka aura
Insha allah semua masalah bole selesai berkat ridho dan izin maha kuasa amin...
WhatsApp +62 887 4351 35870
Kisah ini mengingatkan aku kembali ke tahun 60an dulu.
Aku ingat sekali,dulu aku sudah pernah baca kisah ini lewat buku cergam karya Zam Nuldyn.
Terima kasih kepada sdr yang kembali telah mempublikasikan kisah masyarakat Melayu yang tak lapuk di hujan tak lekang di panas ini.....
Posting Komentar