TEPUNG TAWAR, PULUT BALAI & UPAH UPAH



oleh: M Muhar Omtatok

 

Assalamualaikum kata bermula

Kepada Tuan serta Saudara

Cara berpantun hamba berkata

Untuk menghidupkan budaya kita.


 Tepung Tawar 

Tepuk tepuk sibatang kayu

Sesat seekor siikan baung

Tepung tawar budaya Melayu

Datang semangat, elok diuntung


 Tepung Tawar adalah sebuah upacara adat Melayu yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan permohonan doa restu, terutama dalam acara penting seperti pernikahan, kelahiran, atau khitanan. Tradisi ini melibatkan penggunaan berbagai bahan dan simbol-simbol yang memiliki makna mendalam, serta dipercaya membawa keberkahan dan keselamatan
. Tepung tawar dilakukan untuk mengikhlaskan semua kegiatan, segalanya menjadi tawar, tak ada lagi yang tidak suka, tidak enak, apapunlah namanya.


Kalau di acara perkawinan maka semua yang menepung tawari secara tulus sudah mengikhlaskan segalanya untuk kedua mempelai. Tak ada lagi yang tak sesuai atau tak pantas.

Di Masyarakat Melayu di Sumatera Utara, dalam tepung tawar terdapat 3 bagian, yaitu:

·       Ramuan Penabur,

·       Ramuan Perincis (Rinjis), Dan

·       Pedupaan (Perasapan).

Ramuan Penabur
Bahan-bahan tepung tawar diletakkan di atas pahar (dulang tinggi) dan tempat terpisah-pisah, seperti:

·       Beras Putih lambung kesuburan,

·       Beras Kuning lambing kemuliaan dan kesungguhan,

·       Bertih lambang perkembangan,

·       Bunga Rampai lambang keharuman marwah, dan

·       Tepung Beras atau Bedak Sejuk lambang kesejukan dan kebersuhan hati.

Seluruh ramuan penabur sebagai tanda kebahagian.

Ramuan Perincis
Ramuan perincis untuk tepung tawar terdiri dari semangkuk air, segenggam beras putih dicampur limau purut (limau mungkur) diiris-iris. Juga satu ikat rinjis terdiri dari 7 macam bahan yakni:

·       Daun Sepenuh (proiphys amboinensis - syn. eurycles amboinensis) yang membungkus:

·       Daun Kalinjuhang (cordyline fruticosa),

·       Setangkai Pepulut (urena lobata pepulut),

·       Setangkai Jejurun / Jurun Jurun (starcytarpheta folia),

·       Daun Sidingin (kalanchoe pinnata), 

·    Ganda Rusa / Sitawar (justicia gendarussa vulgaris),

·       Rumput Sambau (eleusine indica).

Tujuh macam bahan diikat benang tiga warna, sebagai pelambang Kur Semangat.

Pedupaan
Dalam acara tepung tawar juga disediakan pedupaan (dupa) tempat kemenyan atau setanggi dibakar yang tujuannya untuk wewangian. Zaman dahulu ia berkaitan dengan restu puyang

Cara Menepung Tawar
Orang yang hendak ditepungtawar biasanya didudukkan pada tempat khusus semacam peteraana. Di atas kedua pahanya diletakkan kain panjang untuk menjaga kemungkinan tidak kotor atau basah oleh air tepung tawar. Lalu, si penepung tawar mengambil sedikit-sedikit bahan-bahan tepung tawar. Setelah itu diambil ikatan daun tepung tawar dan dicelupkan ke air tepung tawar dan disapukan di telapak tangan.

Setelah itu, orang lebih muda kedudukannya mengangkat kedua tangannya (menyembah) sebagai tanda penghormatan atau terimakasih. Jumlah orang yang menepung tawar berjumlah ganjil biasanya 7 atau 9 orang, atau kelipatan 2 x 7 orang, sewajarnya 7 orang. Dan jika tidak ada yang berpangkat didahulukan orang yang tertua untuk melakukan pertama kali.
Dipantang larangkan jika yang menepung tawari bertutur lebih muda, juga berpantang orang yang sedang hamil menepungtawari. Anak gampang dilarang menepung tawari dan ditepung tawari. 

Daun Sepenuh (proiphys amboinensis - syn. eurycles amboinensis), salah satu bahan perincis tepung tawar. Daun Sepenuh membungkus Daun Kalinjuhang, Pepulut, Gandarusa, Jejurun, Sedingin dan Rumput Sambau. lambang rezeki dan kemakmuran.

Daun Kalinjuhang (cordyline fruticosa), salah satu bahan perincis tepung tawar. lambang penangkal kekuatan gaib, kur semangat, panjang umur dan tenaga.

Pepulut (urena lobata pepulut), salah satu bahan perincis tepung tawar. lambang kekekalan.

Jejurun salah satu bahan perincis tepung tawar. lambang kelanjutan hidup dan kharisma.

Daun Sidingin (cocor bebek, kalanchoe pinnata), salah satu bahan perincis tepung tawar. lambang kesejukan, ketenangan, kesehatan.

Ganda Rusa / Sitawar (justicia gendarussa vulgaris), salah satu bahan perincis tepung tawar. lambang perisai, penangkal gangguan.

Rumput Sambau (eleusine indica), salah satu bahan perincis tepung tawar. lambang pertahanan, ketuguhan dan kekuatan hidup.



Pulut Balai

Salut barai sepit kayu,

Terebang merbah tuju rendah;

Pulut balai adat Melayu

Pelambang tuah tinggi marwah

 

Setiap upacara adat Melayu yang mengandung unsur kebahagiaan dan membawa kegembiraan, akan ada sebuah benda adat yang disebut Pulut Balai.

Pulut Balai adalah benda adat Melayu di Sumatera Utara. ia terdiri atas balai bersusun, kepala balai berupa bunga yang besar, bunga balai / bunga telur, merawal yaitu sejenis bendera adat. pada bagian dasar balai diisi pulut kuning, dan di tengan diletakkan ayam panggang jantan yang ditusuk kepala balai. balai ini berkali empat, lalu ditutup kain sebagai lambang penutup malu.

Pulut Balai ini dipergunakan pada banyak kesempatan adat Melayu di Sumatera Utara, seperti Pertabalan Raja, Perkawinan, serta berbagai istiadat. biasanya berwarna kuning emas. namun saat acara Katam Qur’an ia berwarna putih.

Pulut Balai bagi masyarakat Melayu sangat penting keberadaannya dalam setiap upacara adat tidak bisa ditinggalkan dan menjadi kehormatan dan kebanggaan bagi yang menerima atau memberi balai. Balai dibuat dari kayu berkaki empat dan tingkatnya ada yang 3 atau 7 dan setiap tingkat berisi pulut kuning sebagai lambang kesuburan dan kemuliaan. Pada tingkat paling atas dari balai  diletakkan panggang ayam jantan sebagai lambang pengorbanan. Panggang ayam dipacakkan Bunga Balai (Kepala Balai). Setiap tingkat dari balai tersebut diletakkan telur berbungkus yang sudah dihias dan bertangkai lidi yang disebut Bunga Telur, kemudian dipacakkan ke pulut balai, berselang seling dengan Merawal (Panji Bendera).

Setelah itu balai diletakkan di tengah-tengah majelis sehingga memperindah pemandangan. Biasanya jika acara seremonial seperti perkawinan, bunga telur dibagi-bagi kepada undang yang hadir.
Pulut Balai dibawa kedua keluarga mempelai saat upacara perkawinan. Di pelaminan balai diangkat dan disembangkan pada pengantin dan disuapkan pulut kuning beserta ayam panggang. Saat khatam Qur'an, bunga telur/bunga balai/merawal dibuat dengan kesuluruhannya berwarna putih. Lebai/Lobe (guru mengaji) menyuapkan pada anak yang berkhatam, usai itu pulut balai dihantar ke rumah Lebai/Lobe/Mualim (guru mengaji) tersebut. Demikianlah sekelumit adat istiadat tepung tawar Melayu Sumatera Utara yang masih tetap dilestarikan hingga sekarang.



Upah Upah

Pulut kuning Pulut pengupah

Letak tersusun atas cerana

Hilang sedih hilang susah

Upah-upahlah pula jadi ubatnya.

 

Upah-upah atau Jeput Semangat merupakan tradisi masyarakat Melayu yang bertujuan untuk mengembalikan semangat atau ‘Kur Semangat’ seseorang yang sedang dalam masa peralihan atau setelah mengalami suatu peristiwa tertentu. Tradisi ini melibatkan pemberian nasihat dan doa dari orang yang dituakan atau dihormati. Dahulu nasihat dan doa dalam Upah-upah atau Jeput Semangat dibacakan semacam doa khusus yang puitis ala Melayu, saat bahan upah upah dinaikan atas kepala dan diputar saat kata ‘Kur Semangat’ diucapkan.

Upah-upah dilakukan untuk mengembalikan semangat seseorang yang merasa lelah, kehilangan semangat, niat, atau sedang dalam masa pemulihan setelah sakit atau musibah. Tradisi ini juga dilakukan saat seseorang memasuki fase baru dalam hidupnya, seperti menikah, khitanan, atau wisuda.  Upah-upah juga merupakan bentuk ungkapan kasih sayang dan perhatian dari keluarga dan kerabat.  Upacara ini biasanya dilakukan oleh orang yang dituakan, seperti pucuk suku, alim ulama, guru, atau kerabat yang lebih tua. 

Perlengkapan yang digunakan dalam upah-upah bisa berupa pulut kuning, ayam kinantan panggang, telur ayam kampung, di beberapa tempat ada bunga raya, dan dian atau  lilin yang diletakan di sanggah dian. Dahulu, terdapat tingkatan bahan upah upah, tertinggi adalah kepala kerbau, di bawahnya kambing, setelah itu ayam jantan, kemudian telur ayam berjumlah ganjil.

Upah-Upah adalah upacara tradisional Melayu yang dikenal terbatas,  seperti di daerah Limo Luhak Rokan - Kabupaten Rokan Hulu Riau, serta di beberapa daerah Sumatera Utara seperti Asahan,  Kota Pinang,  Kualuh,  Panai, Bilah, Batubara,  Tebingtinggi, Serdang Bedagai,  serta sebagian kecil Deli.

Upah-Upah dilakukan untuk suatu menjemput semangat serta menaikkan tuah. Makanya ada banyak macam upah-upah diantaranya :
Upah-Upah saat perkawinan : agar yang menikah memiliki semangat untuk membina hidup baru.
Upah-Upah saat besunat : agar yang dikhitan memiliki semangat kembali.
Upah-Upah Songgot/Terkejut : dilakukan kepada orang yang baru mendapat musibah, kecelakaan, sakit dan sebagainya.
Upah-Upah memanggil semangat : dilakukan kepada orang yang sakit, agar dia memiliki semangat dan memiliki semangat untuk sembuh.

Upah-Upah biasanya dilakukan dengan menggunakan dulang atau talam berisi Pulut Kuning atau Nasi, kemudian diletakkan lauk khusus,  seperti Kepala Kerbau atau Kambing,  atau yang sering adalah Ayam,  atau  juga Ayam dan Telur Ayam Kampung,  atau hanya Telur Ayam saja berjumlah ganjil. Ada juga yang meletakkan di tempat lain seperti halia,  garam,  dan sebagainya.

Waktu mengupah-upah biasanya dulang atau talam tadi diangkat dan diputarkan di atas kepala orang yang diupah-upah. Menyampaikan kata-kata upah-upah yang dahulu semacam pantun bersinandung.


“Uuupah – upah satu duo tigo ompat limo onam tujuh…uuupah –upah ….kuuur semangat….”




Komentar