Kamis, 07 Oktober 2010
TENGOK - TENGOKLAH (2)
M MUHAR OMTATOK dalam sebuah pertunjukan budaya tutur Melayu
ADE DARMA BERMAIN GAMBUS. Saat mengiringi M MUHAR OMTATOK dalam sebuah pertunjukan budaya tutur Melayu
FIRMAN BERMAIN VIOL & ARIF MEMUKUL GENDANG. Saat mengiringi M MUHAR OMTATOK dalam sebuah pertunjukan budaya tutur Melayu
SYAFRIZAL & YUDI. Dua Penari Melayu di Medan. Tampak gagah saat bertandak
PENABALAN DATUK SERI DIRAJA BATANG KUIS. OK Khaidar Aswan ditabalkan gelar adat Wazir Negeri Serdang Kedatukan Batangkuis di Batang Kuis Kab Deli Serdang, OK Khaidar Aswan akhirnya berubah gelar menjadi Datuk Seri Di Raja yang ditabalkan Pemangku Adat Sultan Negeri Serdang Tuanku Luckman Sinar Basarshah II, Minggu (3/10/2010)
TENGKU RYO & SULTAN SERDANG. Tengku Ryo Riezqan gelar Tengku Merdangga Diraja bersama Pemangku Adat Sultan Negeri Serdang Tuanku Luckman Sinar Basarshah II, usai Penabalan Datuk Seri Diraja Batang Kuis.
SENIMAN KAMPONG. Usai menghibur dan menghidupkan budaya Melayu, Seniman Melayu ini berehat dan ada pula duduk di tikar sambil bersantap apa yang disuguhkan.
ATOK BERSYAIR. Atok Jabal ini sedang bersyair Melayu. Mengenang budaya dulu, biar tak hilang digerus zaman
AHMAD BAQI. Seorang seniman yang pernah dimiliki Melayu
LILY SUHAIRY. Lili Suhairy, sampai akhir hayatnya pada 2 oktober 1979, selama 25 tahun memegang pimpinan Orkes Studio RRI Nusantara I Medan. Tahun 1970, misalnya, sebuah perusahaan rekaman piringan hitam mengeluarkan satu album band The Rollies. Disertakan juga lagu Selayang Pandang, yang penciptanya disebut sebagai anonim. Padahal itulah salah satu lagu Lili yang berhasil dan sempat populer di tahun 50-an di seantero tanah air. Waktu itu Lili sempat protes. Tapi karena pihak perusahaan mengaku memang tak tahu betul, dan undang-undang yang ada pun tak mendukung protes seniman jenis itu, komponis itu akhirnya diam. Setasiun KA Aras Kabu Begitulah Lili. Perjalanan hidupnya membuatnya lebih percaya kepada musik. Lili memperkaya perbendaharaan musik kita dengan 182 lagu dengan warna langgam Melayu yang khas. Sebut saja lagu Bunga Tanjong yang dibawakan Rubiah, diciptakan Lily Suhairy bersama Ahmad Ja'far yang direkam di Singapura. Lahir di Bogor, 23 Desember 1915, besar di Sumatera Utara. Sempat menyelesaikan Mulo -- setingkat SMP. Pengetahuan musiknya diperoleh dari seorang Jerman di Medan. Dan minatnya itu diam-diam terus terpupuk ketika 1934 ia bekerja di perusahaan rekaman 'His Master's Voice' di Singapura. Lagu pertamanya tercipta ketika dia dikecewakan seorang gadis: Hatiku Patah. Tiga tahun di rantau orang, kembali ke Medan karya-karyanya mulai lahir. Salah satunya berjudul Pemuda Indonesia. Lagu bertema perjuangan itu sempat memasyarakat dalam Perang Kemerdekaan. Karena itulah antara lain dia ditangkap Belanda -- dan disiksa. Pada mata kakinya sebelah kanan, juga ketika jenazahnya dimandikan, ada bekas luka bakar itu. Justru masa-masa pahit itulah --zaman Jepang, dan kemudian Perang Kemerdekaan -- masa subur Lili. Bunga Tanjong, Bunga Teratai, Selendang Pelangi, Rayuan Kencana, Aras Kabu, -menurut BJ Soepardi (pianis yang pernah bekerja sama dengan Lili) dalam acara RRI Jakarta mengenang almarhum, disebutnya sebagai lagu-lagu besar yang lahir di zaman itu. Aras Kabu misalnya menggambarkan sebuah pesawat Sekutu yang menukik dan memberondong Setasiun Kereta Api Aras Kabu. Orang-orang bergelimpangan, mati di depan Lili yang sedang berada di setasiun itu dan kebetulan selamat. Lagu instrumentalia itu sampai sekarang mungkin masih tersimpan di RRI Medan. Nasib Lili memang tak gemilang. Sampai akhir hayatnya, meski menjadi pimpinan Orkes Studio Medan (OSM) selama 25 tahun, ia belum tercatat sebagai pegawai tetap RRI sana--hanya honorer. Honor terakhir yang diterimanya berjumlah Rp 45 ribu sebulan. Dan dia sendiri memang tak pernah berusaha mengurusnya. Lili sempat mempunyai tiga isteri dalam hidupnya. Yang dua sripanggung Medan di tahun 40-an, yang ketiga seorang penyanyi. Hanya ada dua anak-dari isteri kedua saja: Bakti dan Dewi Jinggawaty. Tapi Lili dan Dewi Tum, isteri keduanya, rupanya harus bercerai ketika Jinggawaty baru berusia beberapa bulan. Pernah Jinggawaty yang ikut ibunya, ketika usia 11 tahun selama satu tahun ikut ayahnya. Cerita Ida Surya, isteri ketiga Lili yang dinikahinya dua tahun sebelum ajal lili, yang menyanyikan Figurku,saat menjaga Lili di rumah sakit, meski waktu dilamar Ida mengajukan syarat Lili berhenti minum, "tapi berhentinya cuma sebulan." tutur Ida. "Mungkin karena frustrasi ayah lari ke minuman keras," kata Dewi Jinggawaty. Haji Dahlan, wartawan senior, pun mengira begitu. "Dia itu pejuang yang jujur. Tapi apa penghargaan yang diterimanya" kata Dahlan. Tapi penghargaan memang pernah diterimanya, paling tidak dua kali. 1975, oleh PWI Cabang Medan--sebagai salah seorang dari 4 seniman setempat yang layak dihormati. Penghargaan kedua diterimanya dari Departemen P & K bersama beberapa seniman tua dari daerah, Maret 1979, lalu, di Jakarta. Penghargaan terakhir itu sangat berkesan di hatinya, karena diserahkan Menteri Daoed Joesoef- teman sejak kecilnya. Tapi Figurku yang ingin didengarnya kembali pada saat-saat terakhirnya, mungkin bisa menjelaskan frustrasi Lili. Menurut Haji Dahlan, lagu itu diciptakan Lili seusai Perang Kemerdekaan. Tapi Figurku memang bernada sendu dan syairnya pun menyuarakan satu penyesalan.
ahmad baqi.....saya salut atas karya2 lagu gambusnya..semoga dakwahnya senantiasa memacak di qalbu kita....aminceshne
BalasHapuslili suhairy .. pasti ada cara ntuk membantunya bahwa lagu2 tu adalah ciptaan lili suhairy ?
BalasHapusSaye suke tulisan ini. Bolehkah saya kutip dan sebar luaskan lagi media tempat saya bekerja RIAU POS? Sebab halaman budaya yg saya asuh memiliki salah satu kolom bernama JEJAK dan membuat biografi singkat tentang tokoh-tokoh budaya Melayu... Fedli Azis asal Riau. Terima Kasih...
BalasHapusTahniah, terima kasih untuk informasi yang sangat bermanfaat bagi kelestarian Melayu, tahniah.
BalasHapusTahniah, terima kasih untuk informasi yang sangat bermanfaat bagi kelestarian Melayu, tahniah.
BalasHapus