Senin, 11 Agustus 2014

Dra. Tengku Sitta Syaritsa


Lahir di Perbaungan, 12 Februari 1938. Sejak kecil sudah terbiasa mendengarkan lagu-lagu Melayu dan melihat tari-tarian yang diiringi musik tradisional Melayu dalam upacara perkawinan dan keramaian lainnya di Istana Melayu Kesultanan Serdang di Kota Galuh - Perbaungan. Saat itu, untuk pertama kalinya ia melihat alat musik serunai, rebab, gedombak, gendang penginduk/penganak, dan sebagainya. Meskipun belum mengenal betul nama alat-alat musik tersebut, tetapi ia sering melihat dan ingat betul bahwa alat-alat musik tersebut selalu digunakan untuk mengiringi drama tari Melayu Makyong yang sangat populer di Istana Serdang. Kadang-kadang pertunjukan diselingi musik biola, gendang, dan tawak-tawak (tetawak). Musik ini digunakan untuk mengiringi ronggeng yang menari sambil menyanyikan lagu-lagu berirama lambat maupun cepat. Lagu berirama lambat yang dinyanyikan antara lain Mak Inang Pulau KampaiLagu Dua, dan Hitam Manis.

Kepandaiannya dalam menari Melayu sendiri diwarisinya dari orang tuanya Tengku Putera Mahkota Rajih Anwar dan dari Guru Sauti. Selain itu ia pernah pula belajar tari daerah Simalungun kepada Taralamsyah Saragih. Wanita yang pernah menjadi Karyawati RRI Nusantara I Medan ini menempuh pendidikan di Sindoro School Medan (1952), SMPN I Medan (1955), SMA Prayatna Medan (1958), Sastra lnggris di Medan (1979), dan mengikuti kuliah Dance Ethnology di UCLA , Amerika Serikat, selama 1,5 tahun.

Pertama kali melawat ke luar negeri tahun 1955 bersama grup tari milik abangnya, Tengku Nazly, selanjutnya telah berkali-kali mengikuti rombongan kesenian ke Malaysia (1960, 1963, 1967). Tahun 1968, ia menghidupkan lagi kumpulan kesenian milik Istana Serdang, yaitu Himpunan Seni Budaya Melayu ‘Seri Indera Ratu’ yang di pimpinnya sampai akhir hayatnya. Bersama grup tari itu, Ia aktif mengadakan pertunjukan di daerahnya, antara lain tampil dalam pembukaan Medan Fair (1973) dan pembukaan Marah Halim Cup (1974). Serta beberapa kali memimpin rombongan kesenian Sumatera Utara ke luar daerahnya, yakni tampil pada Pekan Raya Jakarta (1970), Pekanbaru (1972), Spanyol (1979) dan HUT Proklamasi RI di Jakarta (1977).

Bersama Orkes Tropikana, Pada 1959, merekam lagu-lagu Melayu asal Medan di Studio Lokananta Solo dalam piringan hitam. Tengku Sitta Syaritsa melantunkan lagu Tudung Saji, Seri Mersing dan Seri Banang.

Di masa hidupnya, almarhumah Tengku Sitta Syaritsa pernah menjadi dosen tidak tetap di Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, Pengurus dan anggota Himpunan Wanita Melayu Indonesia, serta anggota dan pengurus Himpunan Ratna Busana Medan. Tercatat telah menciptakan sejumlah tarian, diantaranya ‘Lenggang Jenaka’‘Lancang Kuning’ dan ‘Sendratari Tun Teja’. Selain itu, ia juga pernah menyusun dramatari Melayu Ramayana (1971), dan Zapin Mak InangInang Kecak PinggangLenggang Baru, dan Pok Anai-anai (1976).

Hasil karya tulisnyaa adalah ‘Masalah Tari Melayu di Sumatera Utara’, makalah dalam seminar yang diadakan oleh Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Utara; ‘Kreasi Tari Berkesinambungan’, makalah dalam seminar yang diadakan oleh BKKNI Sumatera Utara; ‘Merangsang Kreativitas Tari’, makalah dalam seminar yang diadakan oleh Dewan Kesenian; dan ‘Perkembangan Musik Melayu di Sumatera Utara’, makalah dalam seminar yang diadakan oleh Depdikbud.


Beberapakali mendapat penghargaan yang ia terima antara lain dari Universitas Trisakti, Pemerintah Daerah, TVRI Medan, USU, Medan Fair, Kanwil P dan K Medan, Menteri Muda Urusan Pemuda dan Menteri Penerangan RI. Tengku Sitta Syaritsa lah yang pertama kali mengkreasikan tari zapin, dengan menyertakan penari perempuan menarikan zapin.* (M Muhar Omtatok - dari berbagai sumber)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar