Oleh: M. Muhar Omtatok
"Usul menunjukkan asal" merupakan
ungkapan Melayu yang berarti "asal-usul menunjukkan sifat" atau
"tingkah laku seseorang menunjukkan asalnya". Ungkapan ini
mengandung makna bahwa sifat, perilaku, atau kebiasaan seseorang dapat menjadi
indikasi dari latar belakang atau asal-usulnya. Dengan kata lain, kualitas
manusia dilihat sebagai kombinasi antara siapa dia sebagai pribadi dan
bagaimana dia berperilaku terhadap dirinya dan orang lain.
Usul dalam kontek ini, makna dalam bahasa Melayu merujuk
pada asal-usul, keturunan, dasar dari
seseorang atau sesuatu, serta kualitas manusia. Menunjukkan mengindikasikan,
memperlihatkan, atau menjadi tanda. Sedangkan Asal dalam hal ini, merujuk pada
tempat, keluarga, lingkungan dari mana seseorang berasal, serta wawasan dan
pengetahuan yang ditanamkan. Jadi, ungkapan ini menyiratkan bahwa meskipun
seseorang mungkin tidak secara eksplisit menyatakan asal-usulnya, tingkah
lakunya, cara bicaranya, atau kebiasaannya dapat memberikan petunjuk tentang
dari mana dia berasal.
“Letaklah
intan pulas dilayang,
Manalah
sama dengan tembaga;
Tampaklah
beda emas dan loyang,
Mana
mulia mana tiada”.
“Apa tanda orang bertuah,
Sopan sungguh elok turai,
Apa tanda tinggi maruah,
Santun berkata elok perangai”.
Ungkapan ini digunakan
untuk menilai kualitas seseorang. Misalnya, seseorang yang beradab, sopan
dan santun, mungkin dianggap memiliki "usul menunjukkan asal" yang
baik. Sebaliknya, seseorang yang ‘buruk turai dan tidak bernas’, mungkin
dianggap memiliki "usul menunjukkan asal" yang kurang baik dan rendah
tunjuk ajar serta pengalaman.
“Kupas kulit ikan siakap
Sembam seekor usah terbakar
Keras hati buruk cakap
Kerana hidup tiada terajar”
“Mahulah ramban batang putat
Bila ramban letak di kati
Malulah pada gelaran adat
Bila becakap menyucuk hati”
“Kalau sudah tangkap barai
Sembam barai atas arang
Kalau sudah buruk turai
Seumur hidup dikenang orang”.
Kualitas
manusia dilihat sebagai kombinasi antara siapa dia sebagai pribadi dan
bagaimana dia berperilaku terhadap dirinya dan orang lain.
Secara umum, ada beberapa dimensi penentu:
a.
Karakter
& Akhlak
Karakter dan akhlah (moral)
adalah dua kualitas manusia yang saling berkaitan, namun memiliki makna
yang berbeda. Karakter merujuk pada serangkaian sifat dan kualitas bawaan
atau yang terbentuk melalui pengalaman, yang memengaruhi bagaimana seseorang
berpikir, merasa, dan berperilaku. Sementara akhlak atau moral lebih fokus
pada prinsip-prinsip tentang benar dan salah, baik dan buruk, yang menjadi
panduan dalam bertindak.
Sebagaimana petuah tunjuk ajar Melayu:
"Lurus
jalan, baik tapak" artinya adalah karakter dan akhlah
yang lurus akan membawa pada langkah yang baik.
“Apalah
tanda Melayu jati,
Berbuat
baik di pada pada,
Berbuat
jahat jangan sekali”
b.
Kecerdasan
& Kemampuan Berpikir
Kecerdasan dan
kemampuan berpikir adalah dua hal yang saling berkaitan. Kecerdasan
merujuk pada kemampuan umum seseorang untuk memahami, belajar, dan beradaptasi
dengan situasi. Kemampuan berpikir, di sisi lain, adalah keterampilan
kognitif yang memungkinkan seseorang untuk memproses informasi, memecahkan
masalah, membuat keputusan dan apa yang
harus dicakapkan.
• Kecerdasan intelektual (IQ) → kemampuan
analisis, pemecahan masalah, dan belajar.
• Kecerdasan emosional (EQ) → kemampuan
mengelola emosi, empati, komunikasi.
• Kecerdasan spiritual (SQ) → kesadaran
akan makna hidup, nilai, dan tujuan.
“Adat
hidup Orang Melayu,
Tuah hidup sempurna hidup,
Hidup berakal mati beriman.
Adat
hidup Orang Melayu,
Salah jalan berbalik ke pangkal,
Sumbing dititik patah ditupang.
Adat hidup Orang Melayu,
Adil arif bijak bersusun,
Pandai meniti zaman beralun”.
c.
Kepribadian
& Sikap
Kepribadian dan sikap
adalah dua aspek penting yang membentuk kualitas manusia secara
keseluruhan. Kepribadian mengacu pada pola pikir, perasaan, dan perilaku
yang relatif stabil dan khas pada seseorang, Sementara sikap merupakan
kecenderungan seseorang untuk merespons secara positif atau negatif terhadap
suatu objek, orang, atau situasi. Keduanya saling terkait dan mempengaruhi
bagaimana seseorang berinteraksi dengan dunia di sekitarnya.
“Adat
hidup Orang Melayu,
Malang hidup celaka hidup,
Bila tak tahu halal haram”.
“Adat hidup Orang Melayu,
Biar pecah di perut,
Usah pecah di mulut”.
“Adat hidup Orang Melayu,
Salah makan dimuntahkan,
Salah patut dikeletaikan”.
d.
Perilaku
Sosial
Perilaku sosial adalah
kualitas manusia yang berkaitan dengan bagaimana individu berinteraksi dan
berperilaku dalam lingkungan sosial. Ini mencakup tindakan, sikap, dan
respons terhadap orang lain, serta bagaimana individu menyesuaikan diri dengan
norma dan nilai-nilai sosial. Perilaku sosial yang positif dapat dilihat
dari kerjasama, empati, dan rasa hormat terhadap orang lain.
Meninggikan
orang lain, bukan berarti kita rendah.
Tahu
bertutur, berarti tahu tunjuk ajar
‘Terlajak
perahu boleh diundur,
Terlajak
kata buruk padahnya’.
e.
Karya
& Kontribusi
Karya dan kontribusi
merupakan dua sisi mata uang yang mencerminkan kualitas manusia. Individu
yang berkualitas tidak hanya mampu menghasilkan karya yang baik, tetapi juga
memberikan kontribusi positif yang berdampak bagi orang lain dan
masyarakat. Pendidikan dan pengembangan diri yang berkelanjutan menjadi
kunci untuk meningkatkan kualitas karya dan kontribusi seseorang, serta pada
akhirnya meningkatkan kualitas hidup manusia secara keseluruhan.
“Harimau
mati meninggalkan belang,
Gajah
mati meninggalkan gading”.
f.
Nilai
& Prinsip Hidup
Nilai dan prinsip hidup
saling terkait. Nilai menjadi dasar bagi prinsip yang akan diterapkan
dalam kehidupan. Misalnya, jika seseorang menghargai kejujuran (nilai),
maka ia akan menerapkan prinsip untuk selalu berkata jujur dalam segala
situasi. Dengan memahami dan menerapkan nilai serta prinsip hidup,
seseorang dapat menjadi pribadi yang lebih berkualitas, bahagia, dan
berkontribusi positif bagi diri sendiri dan orang lain.
“Apa
tanda si anak melayu
matinya ditengah gelanggang
tidurnya di puncak gelombang
makannya di tebing panjang
langkahnya menghentam bumi
lenggangnya menghempas semak
tangisnya terbang kelangit
esaknya ditelan bumi
yang tak kenalkan airmata
yang tak kenalkan tunduk kulai”.
Tiada maksud mengajari itik
berenang
Tiada maksud pula mengajari
limau berduri

Komentar