KEINDAHAN SENI RAGAM HIAS MELAYU



Sepasang tajuk di ujung
Sepasang tajuk di pangkal
Tajuk pembangkit seri pelangi
Membangkit cahaya di bumi
Membangkit cahaya di langit
Membangkit cahaya di laut
Membangkit cahaya di dalam rumah

Nan peduli mendapat tuah.

oleh: M Muhar Omtatok


Saat memasuki sebuah bangunan arsitektur tradisional, di dalamnya kita akan mendapatkan adanya perlengkapan interior yang juga khas daerah setempat, termasuk pilarnya, ukiran daun pintu sebuah rumah, ornamen lubang angin di atas pintu kamar dan jendela, kursi dan meja serta detail arsitektur lain. Itulah Seni ragam hias atau ornamen yang merupakan warisan budaya tradisi, saat ini masih biasa di jumpai di seluruh pelosok tanah air, walau tidak terlestari seperti zamannya.

Ornamen ragam hias Melayu Sumatera Timur (Sumatera Utara di pesisir timur), selain sebagai nilai estetik pada sebuah bangunan arsitektur, juga kita temukan pada seni kriya bahkan pada makanan-makan tertentu yang di-tebuk (di-ukir); misalnya saja pada manisan tradisional yang disebut Halua. Dari Khazanah Melayu Sumatera, ada beberapa motif Ragam Hias yang digunakan dalam berbagai kepentingan. Pada sebuah kapal, lancang atau perahu dibuat ornamen khusus. Bahkan beberapa Ragam Hias juga mempunyai yang disejajarkan dengan Rajah Spiritual.

 

Ornamen ragam hias Melayu Sumatera Utara merupakan elemen dekoratif dan artistic tradisional yang kaya akan makna dan motif yang terinspirasi dari alam, tumbuhan, hewan khusus, dan bentuk geometris. Motif-motif ini seringkali dijumpai pada bangunan, kain tenun songket, ukiran kayu, makanan khusus adat seperti pada halua serta hidangan nasi hadap hadaan, juga berbagai kerajinan tangan lainnya, mencerminkan nilai-nilai budaya dan filosofi masyarakat Melayu. 

Motif-motif Utama:

Motif Tumbuhan:

Pucuk Rebung (tunas bambu), Keluk Paku (paku-pakuan atau pakis yang melengkung), Keluk Bajarenggi (pohon bajarenggi yang berkeluk), Bunga Cengkih (bunga cengkeh), Melur, Tanjung, Kenanga, Tampuk Manggis, Kuntum Mumbang, Selodang Buluh, Buku Bemban dan lain-lain, melambangkan pertumbuhan, kesuburan, dan keindahan alam serta pelambang khas tiap tiap ragam hias.

Motif Hewan:

Motif hewan pada Melayu di Sumatera Utara, tidak ada yang berwujud utuh layaknya hewan sebenarnya, iya lebih pada penamaan atau bentuk gambaran samar saja, jika pun ada berbentuk seolah utuh, ia merupakan hewan imajinatif yang wujud nyatanya tidak ada. Misalnya: Itik Pulang Petang, Semut Beriring, Lebah Bergantung (lebah bergayut), Naga Bejuang, Naga Bekaluk, Burung Kahyangan dan lain-lain, seringkali melambangkan keberlimpahan dan keuletan, serta pelambang khas masing-masing ragam hias.

Motif Benda Alam:

Awan Larat, Awan Boyan, Awan Jau, Awan Semayang, Tabir Ombak, Sayap Layang Layang, Selembayung, dan lain-lain, menggambarkan kekayaan alam dan siklus kehidupan. 

Motif Geometris:

Siku Keluang (sudut kelelawar), Tampuk Manggis (tangkai manggis), Nasi Manis, dan lain-lain, seringkali digunakan untuk memperkuat struktur dan estetika ornamen. 

Penggunaan Ornamen:

Bangunan:

Ornamen Melayu diterapkan pada dinding, kajang angkap - atap, risplang, kisi-kisi, senta, jerejak, bendul dan elemen arsitektur lainnya, baik pada rumah tradisional maupun bangunan modern yang ingin mengadopsi nuansa Melayu. Ada pulaTunjuk langit pada bangunan Melayu adalah hiasan kayu yang mencuat ke atas di puncak atap rumah adat Melayu. Ia melambangkan pengakuan terhadap Tuhan  dan biasanya dipasang dengan satu atau dua batang, dengan filosofi yang berbeda untuk masing-masing. 

Kain:

Ragam hias Melayu menghiasi kain songket yang juga disebut ragi, untuk menambah nilai seni dan keindahan serta makna pelambang. Kain songket memiliki tiga bagian utama: badan kain, kepala kain (tumpal kain), dan kaki kain (teja kain). Yang masing masing bagian memiliki ragam hias yang diletakkan sesuai kaidah dan penggabungannya. Jika motif penuh pada tumpal makai songket disebut kain betabur.

Kerajinan Tangan, Makanan Adat dan Benda Adat:

Ukiran kayu, perhiasan, dan berbagai kerajinan tangan, makanan adat dan benda adat juga sering menampilkan ornamen Melayu, memperkuat identitas budaya. Jenis tepak sirih, balai, serta berbagai benda adat selalu memiliki ragam hias khas Melayu. Halua atau Manisan tumbuhan khas Melayu selalu ditebuk, Upacara Nasi Hadap Hadapan untuk pengantin juga kaya ragam hias Melayu.

Makna Simbolis:

Selain nilai estetika, ornamen Melayu juga sarat dengan makna simbolis yang mencerminkan nilai-nilai budaya, supernatural serta pelambang membawa tuah, seperti:

Keharmonisan:

Susunan motif yang serasi dan saling melengkapi mencerminkan keinginan akan keharmonisan dalam kehidupan. 

Keselarasan:

Motif yang terinspirasi dari alam mengingatkan akan pentingnya menjaga keseimbangan dan keselarasan dengan lingkungan. 

Kesejahteraan:

Motif-motif yang melambangkan keberlimpahan dan kesuburan, seperti Lebah Bergayut dan Pucuk Rebung, mencerminkan harapan akan kesejahteraan. 

Perkembangan dan Pelestarian:

Meskipun terpengaruh oleh perkembangan zaman dan budaya luar, ornamen Melayu tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya Melayu. Upaya pelestarian terus dilakukan melalui berbagai kegiatan, seperti sosialisasi, pelatihan, dan penggunaan ornamen Melayu pada bangunan dan produk budaya lainnya. 


Buku Bemban merupakan motif Ragam Hias yang dianyam yang beragam. Ada yang sederhana seperti diatas hingga sarat hiasan. Mempunyai filsafat akan kebaikan dan kemakmuran.
Dalam Kuliner Melayu, mengenal manisan buah yang disebut Halua. Salah satu bahan adalah buah betik (papaya) yang dianyam menjadi motif buku bemban. Dahulu disajikan pada golongan bangsawan saja.


Motif Melayu ini disebut Sayap Layang-Layang. Dimaknai sebagai Simbol Kegagahan, Mampu Menghadapi Halangan & Rintangan, Penangkal Kejahatan dan Simbol Memperoleh Hasil Usaha yang maksimal. Karenanya Atap rumah (kajang angkap) orang Melayu serta haluan kapal, sering dipasang motif ini.


Motif Tapak Sulaiman adalah motif dasar di Melayu serta ada juga di etnis lain, yang bentuknya mengalami berbagai variasi, sebagai simbol kebaikan dan tuah tertentu.
.

Walau di Melayu, ornamen hewan secara utuh sangat jarang bisa kita temukan, namun motif Naga Bekaluk di atas tampak utuh. Ini merupakan simbol kejantanan, keperkasaan dan percayadiri.


Itik Pulang Petang. Simbol kesabaran, kedisiplinan dan taat hukum.

Lebah Begantung. Pelambang kesetiaan, punya faedah yang banyak, rajin, tawar penyakit, begagan, beturai, bersyahadat, namun apa bila musuh menjual pantang tak dibeli dan selalu mendatangkan kebaikan.

Semut Beriring. Sebagai lambing kerajinan, gotong royong, tetap pendirian dan tahu diri.

Badak Balek. Simbol pagar diri

Selembayung. Orang Melayu meletakkannya di puncak rumah, sebagai simbol tangkal gaib, kemakmuran dan ketentraman.


Motif pucuk rebung dalam budaya Melayu melambangkan pertumbuhan, kekuatan, harapan, dan kesantunan. Motif ini, yang menyerupai tunas bambu, juga dikaitkan dengan semangat persatuan dan tekad dalam mencapai tujuan, serta kebijaksanaan dan kemuliaan. 


Awan Larat. Motif ini bermakna Harmoni seia sekata

Motif kiambang melambangkan bersaudara dan bersemenda tetap bertaut, kasih sayang yang bertambah dan keberuntungan yang menyebar. Motif ini sering dikaitkan dengan keharmonisan, pertumbuhan, dan kemakmuran. 

Motif Awan Jau melambangkan berbagai makna filosofis, seperti ketenangan, kelembutan, kesabaran, kebijaksanaan, dan perlindungan. Motif ini juga sering dikaitkan dengan harapan akan turunnya tuah yang membawa kesuburan dan kesejahteraan. Selain itu, motif awan juga bisa melambangkan dunia yang luas, bebas, dan transendental. 

Awan Boyan melambangkan kedamaian namun berani,. Motif ini juga sering dikaitkan dengan nilai-nilai berani mengambil resiko. 

Awan Semayang melambangkan tahu adab dan adat Motif ini juga sering dikaitkan dengan nilai-nilai tahu menempatkan diri dan selalu hidup punya arti dan disayang. 























Komentar

Unknown mengatakan…
Terima Kasih pada poskan anda . Sangat berfaedah bagi saya . Jikalau saya ingin mencari information tentang ukiran traditional melayu yang mengandungi maksud , di mana saya boleh dapati ?

Sekian terima kasih.

Ms. Chua