Oleh: M Muhar Omtatok
Dalam kata popular,
Pantang Larang sering disebut tabu atau dalam bahasa Sunda disebut pamali, yang
hamper mirip fungsinya sebagai aturan sosial dan moral yang mengendalikan
perilaku, disampaikan secara lisan, diwariskan turun-temurun, dan memiliki
unsur sakral, mistis, atau simbolik.
Koentjaraningrat
(1985) menekankan bahwa pamali adalah bentuk mekanisme pengendalian sosial,
yang mencegah masyarakat bertindak menyimpang. Sedangkan Ajip Rosidi (1984) menulis bahwa larangan tradisional yang
diwariskan secara lisan, bertujuan menjaga keselarasan hidup dan menghormati
adat.
Sigmund
Freud (1913) dalam Totem
and Taboo menyatakan bahwa tabu adalah larangan primitif yang berhubungan
dengan hal sakral atau penuh kekuatan magis, dan melanggar tabu berarti
mengundang bencana. Sedangkan Emile
Durkheim (1915) melihat tabu sebagai pembeda antara yang sakral dan yang
profan. Tabu berfungsi menjaga batas agar masyarakat tidak melanggar wilayah
sakral. Senada juga, Bronislaw Malinowski
(1922) dalam studinya di Kepulauan Trobriand menyebut tabu sebagai
mekanisme sosial yang berfungsi menjaga keteraturan masyarakat, terutama dalam
ritual dan adat.
“Pantang Larang”
merupakan istilah Melayu untuk budaya yang melarang atau membatasi perilaku,
objek, atau topik tertentu karena dianggap sakral, tidak dapat diterima, atau
bertentangan dengan norma dan nilai masyarakat Melayu, serta yang terpenting
adalah pantang larang dibuat karena diyakini dapat mendatangkan akibat buruk,
yang disebut ‘Sumbang’ dan ‘Tak Codak’.
Harun
Mat Piah (2000) menjelaskan bahwa pantang larang adalah
norma budaya yang mengandung fungsi sosial untuk mendidik masyarakat agar patuh
pada aturan, menjaga kesopanan, dan melestarikan harmoni. Tenas Effendy (2004) menekankan bahwa pantang larang dalam adat
Melayu berfungsi sebagai pendidikan moral melalui simbol dan pesan tersembunyi.
Misalnya: “jangan menyapu di malam hari” yang secara praktis bermakna agar
tidak menyia-nyiakan tenaga karena cahaya terbatas. Sedangkan Tengku H.M. Lah Husny (1973) menulis ‘Hukum
pantang banyak sekali jenisnya, menurut kata orang-orang tua ada 44 macam. Pantang
ini bukan datang dari yang berkuasa, tapi adalah semacam dari Datu-Nini agar
jangan dilalui”.
Pantang larang Melayu diyakini dapat mendatangkan akibat buruk, yang
disebut ‘Sumbang’ dan ‘Tak Codak’. Dalam budaya Melayu, ‘Sumbang’ dan ‘Tak Codak’ merujuk pada perilaku, sikap, atau perkataan yang
dianggap melanggar norma sopan santun, adab, dan agama, sehingga menimbulkan
aib atau celaan bagi individu dan masyarakat. Tindakan yang ‘Sumbang’ dapat berupa perilaku yang
tidak pantas dilihat, sikap yang kasar, atau tutur kata yang tidak
baik. Istilah ini sering kali dikaitkan dengan pelanggaran pantang larang
yang bertujuan mendidik dan membentuk karakter mulia sesuai nilai-nilai dan
adat istiadat kemelayuan. Sedangkan ‘Tak
Codak’ merupakan istilah yang memiliki makna serupa dengan "tak
senonoh", yaitu tidak sopan, tidak pantas, atau tidak sesuai dengan
norma-norma kesopanan, cuma berdampak pada untung, tuah, dan seri tubuh.
Banyaknya jenis pantang
larang di budaya Melayu, semestinya membuat Orang Melayu menjadi ‘tahu diri’
dan ‘sedar diri’.
Tahu diri adalah kesadaran
diri akan meletakkan diri, tahu kemampuan, batasan, keadaan, dan posisi, sehingga
dapat bertindak sesuai, menempatkan diri secara proporsional dalam berbagai
situasi sosial. Sikap ini meliputi pemahaman objektif terhadap diri sendiri,
baik kelebihan maupun kekurangan, serta kemampuan untuk menerima dan menghargai
diri sendiri dalam menghadapi kehidupan. Sedangkan sedar diri atau istilah
kini adalah self-awareness, kemampuan
sadar akan diri. Kesadaran ini penting untuk pengembangan diri, menjaga emosi,
memahami orang lain, memahami semesta, dan membuat keputusan yang lebih baik.
Pantang larang dalam
kebudayaan Melayu begitu banyak, ada pantangan di laut, pantangan di hutan,
pantangan di darat, dan sebagainya. Misalnya di laut tidak boleh berbuat
sumbang dan tak codak di tali arus, contohnya jangan buang air, jangan bercarut
dan sebagainya, karena konon disitu bertahta mambang. Di hutan pun banyak
pantangan, misalnya tak boleh memanggil berteriak, takut disahut orang bunian,
serta banyak sekali contoh-contoh klasik. Berikut contoh sedikit pantang larang
Melayu sebagai khazanah masa silam yang pernah ada:
PANTANGAN UNTUK LELAKI
1. Dilarang bersiul dalam rumah, nanti ular masuk.
2. Dilarang kencing atas busut, dikatakan buruk kemaluan.
3. Dilarang mengintai orang mandi, nanti mata ketumbit.
4. Dilarang tidur di tengah padang, nanti emak mati.
5. Dilarang ketawa waktu Maghrib, nanti datang hantu.
6. Kalau tidak tahan berpanas, nanti tunangan dilarikan orang.
PANTANGAN UNTUK BAYI
1. Bayi tak boleh dikatakan gemuk, cuma katakan ’kur semangat’ karena
dikhawatirkan menjadi kurus.
2. Dilarang memicit mulut bayi, nanti bayi tidak selera makan.
3. Tak boleh meletakkan bayi atas lutut, nanti sakit perut.
4. Sisa makanan bayi tak boleh dimakan oleh ibu bapak, nanti jika besar suka
melawan.
5. Tak boleh dicium sewaktu tidur terutama di atas ubun-ubun kepala dan pada
pusatnya karena dikatakan pendek umur.
6. Kain popok tak boleh direndam, nanti kembung perut.
7. Sewaktu bayi sedang tidur, kadangkala kita melihat dia tersenyum, ketawa dan
ingin menangis. Jangan kejutkan karena dikatakan bayi sedang bermain dengan
urinya.
8. Tidak boleh menghembus mulutnya, nanti menjadi bisu.
9. Tidak boleh melihat bayi dari arah ubun-ubunnya, nanti matanya juling.
PANTANGAN SAAT MAKAN
1. Makan pedal ayam, akan mengantuk ketika bersanding,
2. Makan tidak basuh pinggan, nanti lambat dapat menantu.
3. Makan pisang kembar, akan beranak kembar besatu.
4. Makan waktu Maghrib, makan bersama hantu.
5. Makan sisa anak, anak akan degil.
6.. Tidur selepas makan, nanti perut buncit.
7. Makan sambil berjalan, dapat penyakit perut.
8. Bila makan, pinggan tak boleh diletak atas riba (pangkuan), nanti suami
diambil orang.
9. Jangan makan nasi di senduk, nanti payah rezeki.
10. Makan bertindih pinggan, akan beristeri dua.
11. Makan telur tembelang, mendapat penyakit barah.
12. Makan dalam pinggan sumbing, dapat anak bibir sumbing.
13. Makan dalam belanga, dapat anak berparas seperti orang sudah tua.
14.Makan berlunjur,akan jadi pemalas.
15.Makan sambil tidur-tiduran, payah dapat rezeki.
PANTANGAN SAAT TIDUR
1. Tidur di muka pintu, alamat dilangkahi hantu.
2. Tidur di atas pohon, nanti dimakan hantu langsuir.
3. Tidur di atas tikar sembahyang,nanti berkurap.
4. Tidur selepas makan, nanti ditindih hantu.
5. Tidur melekat nasi di kaki, nanti mimpi hantu.
6. tidur telungkup & menaikkan dua kaki, berarti mendoakan emak cepat mati
PANTANGAN BAGI PEREMPUAN
1. Dilarang menyanyi di dapur, nanti menikah dengan orang yang tua.
2. Dilarang menjahit pakaian di badan, nanti tidak lepas hutang.
3. Dilarang memakan leher ayam, nanti leher terkulai di pelaminan.
4. Pantang bangun kesiangan, nanti sukar mendapat jodoh.
5. Dilarang makan nasi kerak, nanti mendapat anak bodoh.
6. Dilarang mencari kutu ditangga, nanti kahwin dengan yang sudah tua.
7. Dilarang mencucuk jarum pada waktu malam, nanti didatangi sial hangalan.
8. Dilarang bercermin di depan cermin retak, nanti wajah pucat di malam
pertama.
9. Dilarang pakai baju basah, nanti badan berpanu.
10. Pantang berbual di tangga, nanti dipinang orang di serambi rumah saja.
11. Dilarang makan bertindih piring, nanti menjadi madu orang.
12. Tak boleh menyapu nasi pada waktu malam, nanti pendek rezeki.
13. Dilarang mengerat kuku waktu malam, nanti datang sial hangalan.
14. Dilarang makan bertukar piring, nanti kawin cerai.
15. Dilarang meletak piring di tapak tangan ketika makan, nanti akan merampas
suami orang.
PANTANGAN BAGI PEREMPUAN HAMIL
1. Dilarang menceritakan dan menghina orang cacat, karena anak yang bakal lahir
juga akan cacat.
2. Dilarang memukul dan menyiksa binatang, dikhawatirkan anak yang bakal lahir
tidak sempurna.
3. Dilarang memaku, memahat, mengail atau menyembelih binatang, anak yang bakal
lahit bibir terbelah atau mengalami kecacatan.
4. Dilarang cekcok dengan ibu mertua, akan mengalami kesulitan ketika
melahirkan anak.
5. Dilarang makan sotong, anak mungkin tercerut tali pusatnya.
6. Dilarang mencerca atau melihat sesuatu yang ganjil, dikhawatirkan akan bakal
terjadi.
7. Dilarang minum air tebu atau kelapa di awal kehamilan, anak akan gugur.
8. Dilarang melihat gerhana, anak mendapat tompok hitam atau bermata juling.
9. Dilarang melangkah kucing yang sedang tidur, mata anak tertutup seperti
kucing yang sedang tidur.
10. Dilarang menyusup di bawah jemuran, nanti anak akan bodoh.
11. Dilarang makan makanan yang berakar seperti pegaga, nanti terlekat uri.
12. Dilarang tidur waktu tengah hari, nanti kepala anak akan menjadi besar.
PANTANGAN BAGI ANAK-ANAK
1. Dilarang duduk atas bantal, nanti pantat berbisul.
2. Tak boleh memotong kuku waktu malam, nanti pendek umur.
3. Dilarang bersiul dalam rumah, nanti ular masuk.
4. Tak boleh menjulur lidah, nanti lidah terpotong.
5. Makan kepala ikan, nanti menjadi bodoh.
6. Dilarang mengangkat kaki ketika meniarap, nanti emak mati.
7. Tak boleh menunjuk pelangi, nanti jari bengkok.
8. Tak boleh makan dalam gelap, dikatakan makan dengan iblis.
9. Dilarang bermain atau keluar rumah waktu senja, nanti disurukkan hantu.
10. Tak boleh gigit kain, nanti gigi berulat.
11. Pedal ayam tak boleh dimakan, nanti susah bersunat.
12. Dilarang bercakap dalam kakus, nanti mata ketumbit.
13. Dilarang menunjuk kuburan, nanti jari putus.
14. Dilarang kencing berdiri, nanti ditarik hantu
15. Tak boleh berdiri tertindih kaki, dikatakan akan jauh rezeki.
PANTANGAN SAAT DUDUK
1. Tak boleh duduk atas bantal, nanti dapat bisul.
2. Tak boleh duduk atas tangga ketika Maghrib, nanti dirasuk hantu.
3. Tak boleh menggoyang kaki, nanti tak lepas hutang.
4. Tak boleh duduk atas lesung, nanti berkudis dubur
PANTANGAN DI HUTAN
1. Jangan tidur di tepi sungai, nanti dimakan hantu.
2. Dilarang pegang pohon merah, nanti badan menjadi gatal.
3. Jangan tidur di atas pohon jika tersesat, nanti dijatuhkan hantu.
4. Dilarang bercakap besar ketika di hutan, nanti mendapat bencana.
5. Pantang bersiul di hutan, nanti disambar langsuir.
6. Jangan berteriak di tengah hutan, nanti disahut bunian.
7. Jika terdengar sahutan, jangan dijawab, dikhuatiri suara hantu.
8. Jangan mengambil batu atau benda ganjil di hutan, takut berpenunggu.
9. Dilarang menegur sesuatu yang aneh atau ganjil dihutan, nanti dirasuk atau
dapat malang.
PANTANGAN DI SUNGAI
1. Jika nampak air berpusar, jangan hampiri, alamat buaya bergerak atau
mengiring.
2. Jika ikan toman membawa anak, jangan melintas di hadapannya, nanti dilompati
ke perut.
3. Jika terdengar suara semacam kerbau di tebing sungai, alamat ada buaya
mengawan.
4. Dilarang bawa limau purut utuh, nanti dimakan buaya.
5. Jika suara perempuan terdengar waktu Maghrib, alamat jembalang sedang
berpesta.
6. Jika kail disambar gondang (siput besar) , alamat rezeki mendatang.
7. Dilarang mengambil tikar hanyut, nanti digulung sanai
Komentar