Menghadap Tuan orang mulia,
Petanda kasih lagi pun sayang;
Makan sirih budaya lama,
Penanda adat warisan puyang
Bertepak kami berkayu kurai.
Kaum semenda datang merapat;
Berkapur sirih tanda berturai,
Kaum nan jauh menjadi dekat
Oleh: M Muhar Omtatok
Tradisi makan sirih
atau sireh merupakan warisan budaya masa silam, lebih dari 3000 tahun yang
lampau atau di zaman Neolitik, hingga saat ini. Budaya makan sirih hidup di
Asia Tenggara.
Pada mayarakat Suku Melayu, selain untuk dimakan sirih sebagai lambang adat
resam dan adat istiadat Melayu yang telah menjadi suatu kepastian di dalam
beberapa upacara adat kaum di rantau-rantau Melayu. Dari Upacara Pernikahan
hingga Pengobatan tradisi.
Dalam kehidupan orang Melayu,
Berkapur Sirih merupakan tradisi
makan sirih yang diramu dengan kapur, gambir dan pinang. Tradisi makan sirih
merupakan warisan budaya masa silam, ratusan tahun yang lampau hingga saat ini.
Budaya makan sirih hidup di Asia Tenggara. Pendukung budaya ini terdiri dari
berbagai golongan, meliputi masyarakat kelas bawah, pembesar negara, serta
kalangan istana.
Sirih untuk dimakan
didalam adat resam puak Melayu diletakkan di dalam tempat yang disebut Tepak
Sirih dan Cerana atau Puan. Tepak terbuat dari kayu berukir, dalam suasana adat
tepak dibungkus kain berhias. Ada pula tepak yang berukir terbuat dari logam
tertentu. Tepak Sirih Melayu adalah benda adat yang digunakan dalam budaya
Melayu untuk menyajikan sirih, pinang, kacu (gambir dan kapur), ada juga
perlengkapan lain sesuai adat, seperti tembakau dan cengkih, menjadi tanda
besar hati dalam upacara adat atau penyambutan tamu.
‘Sirih Junjung’ dihias cantik sebagai sebahagian barang hantaran
pengantin dan juga ‘Sirih Penyeri’
kepada pengantin perempuan. Selain itu di dalam upacara resmi kebesaran istana
dan kerajaan juga, Sirih Junjung memainkan peranan penting, sirih menjadi
penyeri majelis dan mengepalai sesuatu perarakan yang diadakan.
Tepak Sirih Melayu memiliki ciri khas, yaitu bentuknya yang kotak persegi panjang dengan atau tanpa tutup, terbuat dari logam seperti perak atau kuningan, dan dihiasi dengan ukiran khas Melayu. Di dalamnya terdapat wadah bernama cembul, ada juga yang ditambah kacip pemotong pinang, terkadang ada juga gobek penumbuk sirih.
Cerana
atau Puan adalah benda adat Melayu sebagai wadah tempat sirih
dan lainnya, bentuknya bulat atau bujur seperti semberit. ada juga cerana biduk
yang berbentuk seperti sampan. Cerana disebut Puan karena dipakai perempuan
bangsawan saja, dan tak boleh umum seperti Tepak.
Cembul merupakan wadah
kecil yang terdapat dalam sebuah tepak sirih, yang berfungsi untuk menyimpan
berbagai bahan yang digunakan dalam tradisi makan sirih, seperti pinang, kapur,
gambir, dan tembakau.
Gobek
adalah tempat penumbuk sirih yang telah dilengkapi dengan kapur, gambir,
pinang, dan cengkeh.
Kacip
adalah alat untuk memotong buah pinang, terbuat dari besi dan kombinasi perak,
motif burung atau sejenisnya.
Ketur
adalah tempat berludah. Orang yang memakan sirih pasti akan sering mengeluarkan
ludah yang berwarna merah, pekat.
Di dalam tradisi makan
sirih sering disebut dengan ramuan berkapur sirih, yang biasanya dilengkapi
dengan sirih, pinang, gambir, tembakau dan kapur. Semua ramuan atau bahan yang
digunakan dalam berkapur sirih memiliki makna dan falsafah tersendiri, yang mana
sirih memiliki lambang sifat rendah hati, memberi, serta selalu memuliakan
orang. Makna ini ditafsirkan dari cara tumbuh sirih yang memanjat pada
para-para,batang pohon sakat, atau batang pohon api-api yang digemarinya, tanpa
merusakkan batang atau apapun tempat ia hidup.
Kapur yang memberi lambang hati yang putih bersih dan serta tulus, tetapi jika
keadaan memaksa, ia akan berubah menjadi lebih agresif dan marah.
Gambir memiliki rasa pahit melambangkan kecekalan atau keteguhan hati. Makna
diperoleh dari warna daun gambir kekuning kuningan. Dimaknai bahwa sebelum
mencapai sesuatu, kita harus sabar melakukan proses untuk mencapainya.
Pinang melambangkan keturunan orang yang baik budi pekerti, jujur,serta
memiliki derajat tinggi. Bersedia melakukan suatu pekerjaan dengan hati terbuka
dan bersungguh sungguh. Makna ini ditarik dari sifat pohon pinang yang tinggi
lurus keatas serta mempunyai buah yang lebat dalam setandan.
Tembakau melambangkan hati yang tabah dan bersedia berkorban dalam segala hal.
Ini karena daun tembakau memiliki rasa yang pahit dan memabukkan bila diiris
halus sebagai tembakau,dan tahan lama disimpan.
Dalam buku Butir Butir
Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatera Timur dituliskan: Sirih - Pohon yang
bersifat memanjat yang perlu akan sandaran tetapi tidak merusak tempatnya
menyandar. Rasa daunnya pedas berarti berani. Sirih juga jadi penawar. Dapatlah
sirih ini diartikan : dengan sadar merendahkan diri dan sengaja memuliakan
orang lain, sedangkan dia sendiri sebenarnya adalah seorang pemberani dan
penawar.
Kapur didapat setelah kerang/batu kapur dibakar dan diairi. Rupanya putih
bersih, sifatnya hangat dan medecupkan (membakar). Rasanya payau. Dapatlah
kapur itu diartikan: Menyatakan hati putih bersih terhadap sesuatu yang
dihadapi, tapi jika perlu dapat pula marah dan melukai, tahan dilebur untuk
tujuan yang baik.
Gambir atau kacu
diperoleh setelah melalui beberapa usaha dalam perebusan dan penyaringan daun
gambir. Rupanya agak kekuning-kuningan, sifatnya "penyamak" rasanya
sepat (kelat) dan agak kepahitan. Dapatlah gambir ini diartikan: Menyatakan
keuletan (keliatan) dan penguatkan sesuatu.
Pinang tumbuhnya lurus keatas dan berbuah banyak dan setandan. Rupa pinang yang
dikupas agak bulat, sifatnya keras dan "penyamak", rasanya kelat.
Jika dibelah nampak hatinya (pulurnya) yang agak keputihan. Dapatlah pinang itu
diartikan: Menyatakan turunan orang baik baik (tinggi dan lurus) yang bersedia
dibelah untuk berbuat membersihkan sesuatu dengan hati yang terbuka dan dengan
segala kesunguhan.
Daun tembakau diiris-iris dan dikeringkan untuk tahan lama disimpan dan setiap
waktu dapat dipergunakan, Rasanya pahit dan sifatnya memabukkan. Dapatlah
tembakau ini diartikan: Menyatakan tahan segala-galanya dan jika perlu bersedia
berkorban. Dengan pendek kata: serba judi, buruk atau baik, guna membuang yang
jahat.
Menurut penulis, jika sirih disorongkan orang kepada kita, maka dapatlah
diartikan sebagai berikut: Orang-orang yang menyorongkan sirih itu seolah-olah
berkata; “Wahai Tuan, dengan kesungguhan dan kerendahan hati, saya menghormati
Tuan, yang moga moga membawa kebaikan. Tetapi janganlah Tuan anggap rendah atas
diri saya disebabkan perbuatan saya ini, oleh sebab jika perlu, saya dapat
mempertahankan derajad saya kalau Tuan langgar. Terserahlah kepada Tuan utk
memilih ‘hendak buruk’ atau ‘hendak baik’ untuk saya ‘serba jadi’ “. Memakan
sirih sekapur yang disorongkan orang berarti perdamaian dan persahabatan.
Tepak Tuan si kayu jati,
Tepak kami kayu meranti;
Tepak datang tepak menanti,
Mohon santap pula sirih kami
Sirih Tuan bercembul lima,
Indah berukir kepala naga;
Sirih Tuan kami terima,
Biar disantap sanak keluarga
Komentar