Tanjung Kasau saat ini
merupakan wilayah penduduk dan perkebunanyang yang kini masuk dalam Kabupaten
Batubara dan berperinggan dengan Simalungun – Sumatera Utara. PT
Perkebunan Tanjung Kasau yang dikelola Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ini,
dengan lahan Hak Guna Usaha (HGU) Kebun Tanjung Kasau luasnya 2591 hektar.
Sejarah Tanjung Kasau
bermula dari Datuk Paduka Tuan, Raja Mansur Shah & Raja Ali Kadir berserta
rombongannya, tiba di salah satu daerah wilayah Batubara dan selanjutnya
membuka kampong disana. Raja Mansur Shah & Raja Ali Kadir adalah putra dari
Datuk Paduka Tuan yang berasal dari Bukit Gombak. Selanjutnya wilayah ini
menjadi makmur. Masyarakat pedalaman berbondong-bondong mengadu nasib di
wilayah ini dan diterima.
Portugis yang
berkedudukan di Malaka dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Pada 1511–164,
Portugis berhasil menaklukkan Malaka dan menjadikannya sebagai koloni
Portugis. Malaka kemudian menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan
Portugis di Asia Tenggara. Kemudian Portugis yang berkedudukan di Malaka
datang dan ingin menguasai Tanjung Kasau juga. Kedatangan dan ingin menguasai
oleh Portugis, menimbulkan peperangan. Kampung dibuat Tangga –tangga besi yang
dibakar sebagai upaya mengusir Portugis, dan berhasil. Sejak peristiwa
tersebut, kampong itu dikenal dengan nama Tangga Bosi. Kebesaran Aceh yang
memiliki legitimasi, membuat Raja Mansur Shah menemui Sultan Aceh, dan meminta
bantuan.
Aceh mengirim empat
Panglima, yaitu Puanglima Gugup, Puanglima Si Payung, Puanglima Mukin dan
Puanglima Maher. Panglima-panglima ini dilengkap persenjataan lengkap dan
memimpin pembuatan Benteng dengan lela (meriam). Sejak itu Portugis menyingkir.
Puanglima Maher dan Puanglima Mukin pulang ke Aceh, selanjutnya Raja Mansur
Shah dirajakan di Tangga Bosi. Putranya, Raja Adim membuat kampong Tanjung
Matoguk. Di masa Raja Adim ini, Raja Umar Baginda Saleh dari Padang ( saat ini
Tebingtinggi dan sekitarnya) mengadakan perjanjian perwatasan wilayah, termasuk
dengan Bedagai dan Tanjung.
Putra Raja Adim, yaitu
Raja Ahmad membuka kampong di Tanjung Bolon. Untuk mendapat pengakuan, Raja
Ahmad dengan menaiki kapal Gajah Ruku - sebuah kapal yang menandakan sebuah
prestise kala itu, menghadap Sultan Aceh. Sultan Aceh memberi legitimasi dan menabalkan
Raja Ahmad menjadi Raja Alam Perkasa (orang tempatan menyebut dengan dialek
Rajo Alam Perkaso), hingga Tanjung Bolon dinamakan Tanjung Perkaso atau Tanjung
Kaso, selanjutnya dilafalkan menjadi Tanjung Kasau.
Raja Alam Perkasa
mempunyai putra, yaitu Raja Bolon dan Raja Muda Indera Jati. Setelah Raja Alam
Perkasa mangkat, digantikan oleh Raja Bolon, dan Indera Jati menjadi Raja muda.
Raja Bolon selanjutnya membuka kampong Tanjung Meraja. Raja Bolon memilki 3
putera, penggantinya adalah Raja Sabda. Raja Sabda digantikan Raja Said
(membuat kampong Huta Usang). Raja Said memilki 5 putera. Putra pengganti Raja
Said adalah Raja Matsyah (Muhammadsyah).
Ketika Van Assen
menjadi Kontelir Asahan, Negeri Tanjung Kasau diambil menjadi bagian Hindia
Belanda. Saat itu Raja Matsyah diberi besluit 16 Oktober 1882. Kontelir Asahan
dan Batubara, Van Assen, tertanggal 16 Oktober 1882 menyebutkan bahwa, “Radja
Djintanali van een vorstelijk moeder: Radja Madsah van een orang ketjil. Radja
Djintanali is de broeder van Radja Matsah, een oprechte en geode Battakker,
Radja Matsah is better om te onderhandelen, daar hij goed Maleisch spreekt”. –
“Raja Jintan Ali berasal dari ibu yang turunan bangsawan Melayu sedangkan Raja
Matsyah beribukan orang kebanyakan (orang kecil). Raja Jintan Ali adalah
saudara dari Raja Matsyah, masih ada darah Battakker (maksudnya Simalungun)
yang tulus dan baik. Raja Matsyah pandai bernegosisasi karena mampu berbahasa
Melayu dengan fasih”.
Entah sebab apa, Raja
Matsyah (Muhammadsyah) tergantikan oleh Jintan Ali. Mungkin saja sebuah kudeta,
entahlah, yang pasti Jintan Ali ini membuat kampong Limau Kayu. Saat itu
merupakan kesempatan emas bagi pemerintah Hindia Belanda. Jintan Ali dan
pembesarnya dilantik oleh Kontelir Batubara, BA Kroesen.Tanjung Kasau di tahun
1888.
Raja Jintan Ali memilki
9 putera, saat usia tua, Raja Jintan Ali menyuruh putera tertuanya, Raja Morah,
untuk memangku kerajaan. Raja Morah membuat kampong baru, yaitu Mabar. Raja
Morah memilki 11 anak. Pada 1900, Raja Morah dijatuhkan belanda, lalu
digantikan oleh adiknya, Raja Marahudin, yang membangun kampong Suka. Raja
Marahudin memilki 6 anak. Dilanjutkan putra tertua dari Raja Morah menjadi raja
karena sudah akil balig walau Raja Marahudin belum mangkat, Raja Pemangku itu
bernama Raetal.
Raja Raetal mangkat
mendadak, lalu Mat Yassin gelar Datuk Bentara (menantu Raja Jintanali) menjadi
Pemangku hingga ia meninggaldunia, selama 11 tahun berkuasa. Kontelir Batubara,
Radersma, pada 1916 mencampuri Tanjung Kasau dengan mencalonkan mantan Jaksa
asal Bilah, yaitu Abdul Somad gelar Tengku Busu menjadi Pemangku Negeri
Tanjung. Dari sisi Tanjung Kasau, dihunjuk pula Raja Poso (garis turunan Raja
Morah) dan Raja Injar (garis turunan Puanglima Si Payung yang berasal dari Aceh
itu).
Dengan Besluit Gouverneur-General tahun 1920, Tanjung Kasau disatukan dengan Batubara, sama halnya dengan Tanjung, Sipare-Pare, dan Pagurawan. Lalu di Inderapura dibentuk pemerintahan kerajaan versi Pemerintahan Hindia Belanda, Tengku Abdul Somad (Abdullah Seman) alias Tengku Busu menanda tangani Korte Verklaring 21 Oktober 1920.
*(M Muhar Omtatok -
dari berbagai sumber dokumen)
Photo tahun 1949, dari kiri - kanan: Rosmalina (putri dari Hoofd Penghulu Bandar Tinggi - Pangulu Amat, Seorang Bangsawan Melayu temurun Kejeruan Hinai yang merantau ke Pagurawan, yang diangkatkan oleh Tuan Dista Bulan dalam acara adat menjadi leader di Bandar Tinggi), Tengku Syariah & Tengku Hindun (putri dari bangsawan Tanjung Kasau. Tengku Syariah turunan Raja Merah Muda, putri dari Tengku Hasan & Tengku Nur, Kakak dari Tengku Zulkarnain. Tengku Hindun menikah dengan saudagar besar Aceh). Berphoto di Tebingtinggi, setelah mengungsi akibat revolusi sosial tahun 1946, yang juga berimbas bagi Hoofd Penghulu Bandar Tinggi dan Bangsawan Tanjung Kasau.* (koleksi: Hj Rosmalina)
Komentar
terimakasih.mohon bantuannya pak.
deni hartanto 0852-6172-4472