KAMUS MELAYU SUMATERA UTARA (1)

 



Disusun oleh: M Muhar Omtatok

Abah: Abang, tutur bagi saudara lelaki yang lebih tua (dipergunakan di wilayah Deli, sebagian besar Melayu Sumatera Timur, dan kecuali Serdang menyubut Abang dengan kata Aban), Ayah (dipergunakan orang Melayu Langkat dari wilayah lain)

Aban: tutur bagi saudara lelaki yang lebih tua (dipergunakan bangsawan di wilayah Serdang, sebagian zuriat Wan di Tebingtinggi, dan beberapa tempat).

Abang: tutur bagi orang laki-laki yang lebih tua atau tidak dikenal, tutur punah bagi kakak perempuan di kalangan bangsawan Langkat dahulu.

Abu: sisa yang tinggal setelah suatu barang mengalami pembakaran lengkap, kalah dalam permainan. ‘Tak jera pelanduk di~i (Tidak kapok kancil dikalahkan – seseorang yang tidak mau kalah),  ‘Kalah jadi abu, menang jadi arang’ (sama-sama merugi).

Aca: anca dalam pertandingan..

Acap: sering.

Acan: mengusik seseorang (dengan tujuan bergurau dll),

Ada: hadir, telah sedia, mempunyai, sungguh. ‘Kalau tak ada berada, takkan tempua bersarang rendah’ (kalau tidak karena ada sesuatu hal, tidak mungkin hal itu terjadi).

Aja: gelar bangsawan turunan datuk (Melayu Sunggal); panggilan kehormatan bangsawan di zuriat tertentu di Tebingtinggi.

Ajang: kepunyaan, gawean

Akang: tutur untuk saudara perempuan yang lebih tua (khusus wilayah Serdang dan sekitarnya).

Akak: kakak, tutur untuk saudara perempuan yang lebih tua,

Atak: kakak, tutur untuk saudara perempuan yang lebih tua.

Akuan: makhluk gaib atau keilmuan gaib yang menjadi sandaran, perewangan

Alif: huruf pertama aksara Arab Melayu. ~ Berondok: permainan kanak-kanak dengan bersembunyi, ~ Jongkok: permainan kanak-kanak dengan berjongkok jika dikejar  penjaga, ~bataliun:  permainan kanak-kanak dengan penanda adalah tumpukan batu sebanyak 6 atau 7 buah, ~Cendong:  permainan kanak-kanak dengan bersembunyi dan menjadikan satu patokan untuk pos penanda

Alu: alat penumbuk berbentuk kayu panjang pasangan lesung, antan

Ambung: angkat, melambungkan, keranjang untuk mengangkat yang diletakkan di belakang.

Ampedal: kantong perut unggas (ayam, burung, dsb) tempat pencernaan makanan sebelum makanan tiba ke dalam usus.

Anak: keturunan langsung atau anak dari saudara laki-laki kandung , sesuatu yang masih kecil, bagian sesuatu benda yang paling kecil. ~pungut: anak adopsi. ~susuan: anak yang disusui baik oleh ibu kandungnya atau tidak. ~angkat: anak adopsi.  ~mata: bulatan kecil di tengah-tengah bola mata. ~bulan: seseorang yang tiba-tiba murung atau marah. ~beru: pihak alur mempelai wanita (dikenal di kalangan Datuk Empat Suku di Deli, Serdang dan di sebagian Langkat). ~rambut: rambut-rambut pendek yang tumbuh di tepi rambut. ~kemun: anak dari saudara/famili, ~kemenakan: anak dari saudara perempuan. ~sewali: anak saudara sewali/senasab, ~njing: anak kandung dari orang yang kita nikahi. ~gampang: anak di luar nikah. Ber~: mempunyai anak, melahirkan.

Anca: rintangan, kerugian karena kekeliruan.

Ancuk: setubuh; me~ bersetubuh

Andam: cukur. ~surai anak rambut di dahi yg dipepat dan diatur baik-baik

Andung: nenek

Angit = bau hangus

Antan: alat untuk menumbuk padi dsb; alu; ~ patah lesung hilang: pb tertimpa berbagai musibah (kecelakaan; kesusahan); spt ~ pencungkil duri:  pb pekerjaan atau usaha yg sia-sia

Aok: ya, jawaban iya (dipergunakan untuk sebaya atau di bawah, tidak berlaku untuk bangsawan)

Apo: apa. Diucapkan hanya pada masyarakat berdialek ‘o’.  “~ dikhobar kinin, Incek?”

Atok/datok: kakek/Nenek

Aur:  rumpun bambu yang sering jadi watas, jenis bamboo berduri

Awas: bumbu gulai

Ayah: orangtua lelaki , saudara lelaki yang lebih muda dari orangtua.

Ambai: jaring yg dipasang pd belat dsb: pencari ikan menahan -- nya; meng·am·bai v menangkap ikan dng ambai; 

am·bai·an n 1 hasil mengambai (ikan, udang, dsb); 2 tempat mengambai; bercucuran; tepercik-percik: ia pergi dng air mata ~; meng·am·bai-am·bai·kan v memercik-mercikkan (air) 

Ambun: seperti embun; lembut (sesuatu yang digambarkan baik atau menarik)

Ampu: meng·am·pu v menahan di bawah (dng telapak tangan); menyokong dr bawah (supaya tidak runtuh): para hamba sahaya ~ pakaian raja; ki mengangkat; menyan-jung: siapa pandai ~ nya akan mendapat segala sesuatu darinya; meng·am·pu·kan v memerintah (negeri, kerajaan): sepuluh tahun lamanya ia ~ negeri itu; peng·am·pu n 1 penyangga; penyokong; penopang: panggung darurat itu roboh krn ~ nya patah; (orang) yg memerintah (negeri, kerajaan, dsb); orang yg menjaga keselamatan orang lain; wali; orang tua; pembimbing; ki orang yg mengangkat-angkat (suka menyanjung) seseorang; 

~ susu kain bebat penyangga payudara

 Andang: obor yg dibuat dr daun nyiur yg kering

Bedegap = kuat, tegap.

Begajul = Bandel, orang yang bergaul ala pasaran.

Belacan = terasi, bahan makanan dari pada udang atau sejenis yang ditumbuk lumat.

Bengal = keras kepala

Betik = papaya

Bilis = jenis ikan seukuran teri, teri, kecil halus, hampir padam (pelita), malap, sakit merah.

 

Bomoh = dukun, tabib, pawang.

Buluh = bambu. menebas ~serumpun: pb merusak seluruh nama keluarga, macam ~ diperun: ki ramai dan cepat (tt orang bercakap-cakap). ~akar: seperti buluh betung; ~ apus: aur kuning; Gigantochloa apus; ~ betung: bambu yg besar; Dendrocalamus asper; ~cina buluh kecil yg biasa dipakai untuk pagar;Bambusa hama; ~ dekut suling untuk mengadakan bunyi kut (untuk memanggil merpati dsb); ~ duri bambu yg pd buku-buku batang dan rantingnya, mempunyai duri-duri, Bambusa blumeana; ~ gading buluh yg tidak berapa besar, warna batang dan daunnya kekuning-kuningan; Bambusa vulgaris; ~ kuning buluh gading; ~ pelang buluh yg kulitnya belang-belang hitam; Gigantochloa wraji; ~kasap: dikenal juga dengan ~dinding, Schizostachyum zollingeri; ~ minyak: ~ gading, ~ aro, ~ temalang; ~peleting: buluh untuk penggulung benang dalam alat tenun;~sembilang: Dendrocalamus giganteus Munro; ~batu; ~tumpat/~batu:  Dendrocalamus strictur (Roxb) Ness; ~lemang: bambu tipis untuk wadah pembakar lemang, disebut juga ~nipis, ~padi, ~urat, ~rusa, Schizostachyum grandle. ~-~: n pembuluh, sesuatu yg menyerupai ruas buluh (panjang bulat dan berongga spt pipa air), ~perindu: seruling yang bersuara menghipnotis.

Bahtera: Perahu besar

Beb: vagina

Belat: bilah bambu yg dijalin dng ijuk atau rotan, dipakai untuk mengurung ikan di laut atau di sungai; kerai; bidai; spt ikan dl -- , pb tidak dapat melepaskan diri lagi (dr tangan musuh); 

-- angkit-angkit bidai; papan kecil untuk membalut tulang yg patah dsb; 

mem·be·lat v membalut dng belat: ia - tangan yg patah

Bidai: batas atau tempat berhenti dl beberapa permainan; jalinan bilah (rotan, bambu) sbg kerai (untuk tikar, tirai penutup pintu, belat, dsb); jalinan bilah bambu (kulit kayu randu dsb) untuk membalut tangan patah dsb; ber·bi·dai-bi·dai babak belur; mem·bi·dai v membalut (tangan patah dsb) dng bidai

Biduk: perahu kecil yg dipakai untuk menangkap ikan atau mengangkat barang-barang di sungai, biasanya muatannya satu orang; 

-- lalu kiambang bertaut, pb lekas berbaik atau berkumpul kembali (spt perselisihan antara sanak keluarga); -- tiris menanti karam, pb sudah tidak tertolong lagi; ada -- serempu pula, pb tidak pernah merasa puas, selalu menginginkan yg lain; lain -- , lain di galang, pb jawaban yg bersalahan dng pertanyaan (tidak menjawab barang apa yg ditanyakan); tertumbuk -- dikelokkan, tertumbuk kata dipikiri, pb kalau mendapat kesukaran dsb hendaklah selalu berikhtiar untuk menghindari atau mengatasinya; ber·bi·duk v menggunakan biduk; naik biduk; bersampan; 

ber·bi·duk-bi·duk v berekreasi (bersenang-senang) dng naik biduk; bersampan-sampan; berdayung

Bubul: bisul berlubang pd tumit orang atau pd kuku kuda (ada beberapa jenis spt -- bubu, -- gantang, -- galai); mem·bu·bul v memperbaiki atau menambal jala, jaring, dsb: nelayan itu sedang asyik - jaring dan – pukat; naik; membubung; keluar bersama-sama banyak-banyak.

Bubus: beterbangan ke luar dng ramai; keluar beramai-ramai. -- tumbang bentuk perkawinan antara orang-orang yg mempunyai hubungan kekerabatan yg relatif dekat

Bah: sama dengan Abah, air ~ air besar, air meluap.

Baju kurung: pakaian rancangan yang longgar pada lubang lengan, perut, dan dada. Pada saat dikenakan, bagian paling bawah baju kurung sejajar dengan pangkal paha, tetapi untuk kasus yang jarang ada pula yang memanjang hingga sejajar dengan lutut.

Balang: toples, botol berleher panjang dan sempit, nama sampan

Balau: bingung, nama pohon miri keranji, pasak perahu.

Bancuh: campur,  aduk. Mem~: v mencampur dan mengacaukan (semen dan pasir dsb), mengaduk, mengocok (kartu)

Bang: Abang, Adzan, pengujar dialek ‘o’: Obang untuk adzan.

Barah: bengkak yg mengandung nanah ; bisul; -- batu barah yg tumbuhnya di bawah kulit; -- bir barah yg 

tumbuhnya di dubur; -- sisip barah yg tumbuhnya di bawah tulang rusuk; 

mem·ba·rah v menjadi barah (bernanah)

Baung:  ikan sungai yg besar sekali, tidak bersisik, spt limbat atau ikan sembilang; ikan darat,Mystus nemurus; 

spt ikan -- dekat pemandian, pb amat rakus (segala sesuatu yg ada dimakan); spt -- dipukul, menjerit-jerit; 

-- akar ikan baung yg bulat panjang; Mystus planiceps, Maeronus nigriceps; -- batuikan baung, Amblyceps mangois; -- gantang ikan baung yg bentuknya bulat pendek; -- kunyit ikan baung yg kulitnya kekuning-kuningan; tanduk --melengkung sedikit spt pisang; engap-engap – sesak nafas, terengah-engah

Bawang: bawang merah

Bawar: Keris panjang penabalan Sultan

Bedagai: salah satu wilayah yang dahulu adalah kerajaan kecil di Sumatera Timur, nama pohon.

Bedebah: celaka (sebagai makian)

Begiyan: begitu (diucapkan pengujar dialek ‘e’), sebagian dialek menjadi: begiyon

Belanga: Kuali besar biasanya dari tanah

Bele: bela, pelihara, rawat, apresiasi (e lemah, diucapkan pengujar dialek ‘e’, bila  dialek ‘o’ menjadi: Bolo)

Belon: lingkaran (diucapkan dgn e kuat)

Bemban: tumbuhan menyerupai rotan, batangnya biasa dianyam untuk dijadikan bakul, tikar, bidai, dsb; Donax cannaeformis; lembut spt buah -- , pb tidak kaku; spt buah -- masak, pb air mata yg jatuh berderai-derai. alat penangkap ikan menyerupai bubu, bertali yg diikatkan pd tongkat. ikan sungai, Ompok Bimaculatus

Benai: dapat kesusahan, hajap (diucapkan di wilayah Melayu dialek ‘e’)

Benang: tali halus yg dipintal dr kapas (sutra dsb) dipakai untuk menjahit atau menenun; melanggar ~ hitam:pb melanggar pantangan, melanggar adat resam. menegakkan ~ basah: pb melakukan pekerjaan yg mustahil dapat dilaksanakan. Tinggi se~: sombong. sehari selembar ~ , lama-lama menjadi sehelai kain: pb pekerjaan sulit yg dikerjakan dng penuh kesabaran, lama-lama akan berhasil juga. tak makan~ : pb tidak masuk akal; tidak benar; 

~ arang: benang yg dilumas dng arang atau jelaga, digunakan untuk membuat garis pd kayu; ~ emas: benang halus berwarna kuning keemasan (untuk menyulam dsb); ~ gelasan benang layang-layang yg dilapisi adonan serbuk halus gelas kaca dan bahan perekat agar kuat dan tidak mudah putus; ~ kusut:  benang yg berbelitan tidak teratur;  ki perkara yg muskil untuk dipecahkan (diselesaikan). ~lungsin: benang yg membujur pd barang tenunan; ~ makao: benang emas yg berpilin atau yg tidak; ~ nenas benang yg terbuat dr serat daun nanas; ~ pakan: benang yg dimasukkan melintang pd benang lungsin (ketika menenun kain); ~sela: bahan tertentu pembenjernih air gula untuk halua; ~ pancarona kl benang yg terpilin dr lima (atau tiga) warna; ~ raja: bahasa bangsawan untuk menyebut pelangi; bianglala; ~tiga, ~tujuh: benang 3 atau 7 yang dipiln menjadi satu; ~penangguhan: pilinan ~tiga, pancarona atau tujuh yang dipergunakan dalam ilmu perdukunan.

mem~: v 1 menyerupai benang; 2 ki bersambung-sambung tidak putus-putus; beraturan

Bendul: balok kayu yg dipasang melintang pd tiang rumah untuk menyangga lantai, balai~: balai di istana tempat raja bermusyawarah tidak resmi

bibirnya setebal ~ , ki bibirnya sangat tebal; lurus macam ~ , pb sangat jujur; pak si -- , ki orang yg picik pandangannya atau pandir; 

~tingkap: rangka jendela; ~ pintu: 1 balok yg dipasang melintang pd bagian bawah pintu; ambang pintu; 2 balok yg dipasang sebelah atas atau bawah pintu untuk penguat; merantau ke hujung ~:ki bagi seseorang yang merantau dan belum mendapat hasil sudah kembali pulang.

Bengkong: kain pelilit pinggang

Berai: berpecah-pecah tidak keruan. Cerai~: Berpisah dan tidak tahu kesudahannya

Berondok: bersembunyi. “Mengkala engko ~ , tang mana peh amba boleh tahu”.

Betina: perempuan

Bidai: jalinan untuk kerajinan tangan

Biji: isi buah (yg apabila ditanam dapat tumbuh). se~: satu biji, sebuah, menunjukan apapun yang bermakna satu (bahasa kebanyakan). ~mata: ~kelentit: daging atau gumpal jaringan kecil yg terdapat pd ujung lubang vulva (lubang pukas); klitoris; coles feminimus,

Bini: istri

Binjai :  tanaman yg buahnya menyerupai mangga, rasanya asam, tetapi nyaman, Mangifera caesia; salah satu kota di sekitar Langkat

Birah: talas yg besar dan gatal dsb; Alocasia indica (ada bermacam-macam, spt -- air, Aglonema marantifolium, -- hitam, Alocasia danudata); 2 a ki gatal; spt -- tidak berurat, pb sangat malas (sebentar-sebentar berbaring dsb); spt -- tumbuh di tepi lesung, pb lekas subur (besar); ke·bi·rah·an n kegatalan; gatal

Biri: cemburu

Bosak: penuh lain (dipergunakan bagi pengujar dialek ‘o’)

Bubu: alat untuk menangkap ikan yg dibuat dr saga atau bambu yg dianyam, dipasang dl air (ikan dapat masuk, tetapi tidak dapat keluar lagi), jenisnya bermacam-macam, yaitu --batang, -- jantung, dan -- tadah;  mem·bu·bu v 1 berbentuk bubu; menyerupai bubu; 2 menangkap ikan dng bubu

Bujing: kenyang (dipergunakan di wilayah Bedagai sekitarnya), ke~an: kekenyangan

Buku: tempat pertemuan dua ruas (jari, buluh, tebu); bagian yg keras pd pertemuan dua ruas (buluh, tebu); kata penggolong benda berupa bongkahan atau gumpalan kecil (spt garam, gula, tanah, sabun); tampang (lempeng): tembakau tiga --; 

bertemu ruas dng -- , pb sesuai benar; serasi; mengadu -- jari (mengadu -- lima), pbbertinju; berkelahi; mengadu -- lidah, pb berbantah; bertengkar mulut; pilih-pilih ruas, terpilih pd -- (terkena -- buluh), pb mendapat yg buruk krn terlalu memilih; -- benang kayu tempat memintal benang; gelendong benang; -- dl hati sesuatu yg selalu terasa dl hati; 

ber·bu·ku v 1 mempunyai buku: buluh -; 2 berbongkah (bergumpal) kecil-kecil: gula itu - krn kena air; 

mem·bu·ku v 1 menjadi gumpal kecil-kecil: aduklah terus adonan supaya jangan -;2 ki mengganggu perasaan: diceritakannya semua yg - dl hatinya;  ter·bu·ku n membuku; per·bu·ku·an n sendi; persendian; buku bemban: antara ruas batang bemban, jenis anyaman berjuntai

Bulian: kayu yg keras dan kuat serta tahan lama; kayu besi; Eusyderoxylon zwageri, nama wilayah di Tebingtinggi

Bulus: te~ terpeleset ke lubang

Bunga kantan: kincung/kecombrang hutan

Bungkuk: melengkung punggungnya; ‘~baru betul ( buta baru celik)’: pb orang hina (miskin) yg menjadi mulia (kaya) sehingga berbuat yg bukan-bukan; ‘~ sejengkal tidak terkedang: pb tidak mau mendengar kata orang; keras kepala; ‘udang tak tahu ~ ny:, pb tidak tahu akan kekurangan dirinya; ~ sabut bungkuk spt sabut buah kelapa (tt orang tua yg sudah bungkuk); ~udang: gaya orang yang bungkuk pada tulang belakang walau belum tua; mem~ v menunduk dng mengelukkan punggung; Iye ~ membagi tabik kepade Encek Guru iye (Dia mem~ member hormat kepada gurunya); mem~-~: merunduk-runduk; ter~-~v dng membungkuk-bungkuk, letih

Bungur: pohon yg berbunga ungu, merah muda, atau putih, kayunya dipakai untuk tiang rumah dsb; Langerstroemia speciosa

Buni: bunyi, pohon berunai

Bunting: sudah berisi bakal buah atau bakal bunga (tumbuh-tumbuhan)

Burit: belakang. ~an: bagian belakang (pada kapal dll)

Burus: diare, mencret, Te~ teberauk: mencret-mencret parah hingga air yang keluar

Butuh: zakar

Butang = kancing

 

Calar = barut/parut, baret, goresan luka

Cekau = kelahi

Cencaluk = sejenis sambal acar berbahan dasar udang rebon yang terfermentasi

Cedak: tudung penutup dari pandan mengkuang

Codak: tak codak = tidak beradab, tidak santun, tidak punya aturan, tidak sesuai kaidah (dipergunakan di Tebingtinggi dan wilayah dialeh ‘o’ di sekitarnya).

Carut: keji, maki. ~capai: carut marut, ber~: memaki

Cawan: cangkir

Cekak Musang: pakaian pria berkerah lingkup.

Cekapung: sejenis buah yang bisa dimanisi, berukuran kecil hijau.

Cekik: pegang dan cengkram leher sehingga yg dipegang dan dicengkram tidak dapat bernapas, makan (sangat kasar). ~nanah: teramat sangat pelit untuk orang lain dan dirinya sendiri

Celaru: kalut, tidak sistematis.

Celatuk: jenis burung yang membuat sarang dengan melubangi batang pohon. ~: bercakap-cakap

Celik: terbuka (tt mata),  matanya sudah ~:mampu melihat; tidak buta;  ki sadar; insaf; men·~·kan :v membuka (mata),  ki menjadikan melihat, ki membukakan (menyadarkan, menginsafkan

Cendawan: jamur (tumbuhan tidak berdaun, dan membiak dng spora) yg besar, umumnya berbentuk payung, banyak macamnya spt: -- bulan merah, -- batang, -- telinga; -- kuping; 

sbg -- dibasuh (disesah), ki pucat lesi; sbg -- tumbuh, ki banyak sekali; 

-- batang cendawan yg tumbuh pd batang kayu yg telah lapuk; -- bulancendawan yg berwarna putih dan besar; -- telinga cendawan yg bentuknya spt telinga; 

ber·cen·da·wan v ditumbuhi cendawan; berkulat; bulukan

Cendong: Pos atau patokan penanda dalam permainan kanak-kanak

Ceno: merasa sudah bertutur kata yang baik, namun justru membuat orang yang mendengar tidak nyaman.

Cerai: pisah. ~susu: sudah berhenti menyusu; sudah disapih; ~tembilang : perkawinan yang bercerai mati

Cicit: anak dari cucu

Cika: sejenis kepiting yang bila masih anak sering di dalam kerang mengakibatkan penyakit muntah-muntah dan sakit perut.

Cina buta: orang yg menikah setelah itu bercerai dapat kawin lagi dengan bekas suami-istrinya yang telah tiga kali mentalaknya, muhalil

Cindai = selendang sutra

Comel = imut-imut

 

Dedah = buka, terbuka, membuka

Degil = nakal, bandel

Destar: ikat kepala pada lelaki  biasanya berhias

Durung: berupa jaring dari benang, tidak setebal benang untuk sulangat, bentuknya melingkar, dan ukurannya kecil, tidak seperti sulangat yang berukuran besar. Durung digunakan sebagai tangguk satu tangan sambil berjalan di air, atau ketika berperahu sambil menggunakan durung. Kalau ada ikan menggelepar di dalam durung, maka durung diangkat secepat dan sekuat tenaga agar ikan tidak lepas kembali ke air. Karena durung berukuran kecil, maka sekali mengangkat durung, paling satu atau beberapa ekor ikan yang dapat ditangkap. Durung sering digunakan untuk menangkap udang, sejenis udang berukuran lebih kecil dan biasa tinggal di sungai kecil atau di genangan air di seputar sungai kecil, menangkap ikan di kolam yang sudah dikuras airnya.

 

Gasal = ganjil

Gerubuk = lemari makan di dapur

Gubal Sagu = makanan dari sagu yang digumpalkan

Guli = kelereng

Geruguh: penangkap ikan dsb dari bambu yang berbentuk kuntuk

Gorap: perahu layar yg dilengkapi kayu-kayu yg berfungsi sbg pelampung; 

go·rap-go·rap n gorap

Gubang: jenis perahu layar; takik-takik pd pohon untuk tumpuan memanjat;  sebuah tari bersenandung dari pesisir Asahan, labuhan batu sekitarnya

Guguh: v, meng·gu·guh; memukul (tabuh); mengetuk (pintu dsb); geruguh: penangkap ikan dsb dari bambu yang berbentuk kuntuk, pemasang  geruguh akan mengguguh air agar ikan mengarah ke geruguh

Guntang: n pelampung pd pancing; bagian perkakas tenun yg berbentuk torak yg di dalamnya berisi benang; alat penangkat belut, ketam atau kepiting yang pad sepotong bambu digantungi beberapa kail

Getip: seperti dicubit namun sangat sedikit

Gelugur: tumbuhan buah penghasil asam keeping atau asam potong untuk bumbu masakan.

Gebuk: timbikar dari tanah liat atau sejenisnya.

 

Habuk = debu (bukan abu arang hasil pembakaran)

Hambus: enyah, berhambus= pergilah

Hodoh: sudah buruk juga bodoh.

 

Jolok = mengambil sesuatu dengan tongkat panjang/galah

 

Kanun = meriam kecil, gerombolan/pasukan angkatan laut, hukum

Kasut = terompah/sendal

Kedekut = kikir, sangat pelit

Kemaruk = rakus

Koret = sisa

 

Kude-kude = tempat duduk rendah, dingkelik

 

Lanun = Perampok di laut, bajak laut

Lapik = alas tikar

Lasak = tak diam

 

Lempeng sagu = sejenis makanan dari sagu yang dibuat pipih/dadar

Lokek = pelit (belum mencapai tahap kedekut)

Longkang = parit/got/comberan

 

Lucah = keji/kejam, kotor, tidak senonoh

 

Marwah = harga diri

Menyanyah = mengada-ada, berbicara tidak menentu

Montel = gemuk

Congkak: permainan dengan papan kayu yang berlubang berhadap-hadapan, lubang kecil masing-masing 5,7 atau 9, dan dua lubang besar dengan kulit lokan (biji-bijian dsb)

Cucu: anak dari anak

cudang : tabung bambu tempat menyimpan air yg telah dimasak untuk dibawa ke ladang

 

Daduh: timang, menidurkan dengan bernyanyi atau bersuara dengan bernada.

Dasun: bawang putih. ~tunggal: bawang putih tunggal

Datu: gelar nasab ke atas setelah Onyang (Muyang) – Atok (Datok) – Ayah (Bapa – Entu)

Datuk: Gelar kebangsawanan lelaki di bawah Tengku; Gelar kebangsawanan tertinggi setingkat Tengku di Batubara; gelar pemimpin otonom di wilayah berbatas dua sungai; gelar kebangsawanan datuk empat suku

Dedet: Men~: berbicara tiada henti dan isi pembicaraan tidak bermutu

Deli: salah satu kesultanan yang pernah ada yang melikupi kota Medan dan sekitarnya (e diucapkan dengan e lemah).

Di: pada; tak ~aku: bukan aku

Diang; ber~ mendekati api atau sumber panas krn tidak tahan udara dingin

Domal: man~ suka mendengarkan pembicaraan orang lain (dipergunakan bagi pengujar dialek ‘o’)

Dondong: sejenis belut sungai

Dukung: gendong. Daun ~anak: meniran

Duli: secara bahasa berarti Debu di telapak kaki. Secara istilah menjadi perangkai madah bagi "yang mulia", "menjunjung", "Tuanku" dll, yang ditujukan untuk Sultan.

Dupa: luban (kemenyan, setanggi, dsb) yg apabila dibakar asapnya berbau harum; 

men·du·pai v mengasapi dng membakar dupa; 

pe·du·pa·an n 1 tempat dupa; 2 anglo (kecil) tempat membakar dupa

Elok: baik, oke, bagus.  “Khobar odan ~ ~ sajo” (Melayu Batubara, kabar saya baik-baik saja)

Emak: ibu

Embai: ibu

Encik: panggian kehormatan pada pria dan wanita  kebanyakan yang mempunyai akses terhadap nilai adat resam kebangsawan

Ende (dari akar Bunde): Ibunda (Tutur anak bangsawan setingkat Tuanku, Tengku, Raja, atau Datuk besar), dialek ‘o’ menyebut: Ondo.

 

Beta: saya (hanya diucapkan Raja atau Sultan)

Engko: Engkau

Entah-entah: anak dari piut

Entu (dari akar Tengku) : Ayahanda (Tutur anak bangsawan setingkat Tuanku, Tengku, Raja, atau Datuk besar), dialek ‘o’ menyebut: Ontu.

Gaduh:  rusuh (hati, keadaan), ber~: heboh, berkelahi

Gagah: tunggang, tampan. Meng~i: menunggang

 

Gambuh: berjangkit, sejenis tarian tradisional.

Ganggang: memanaskan sesuatu dekat api

Gebuk: wadah seperti periuk setengah bulat yang biasanya terbuat dari tanah liat, jika di istana gebuk berbentuk artistik dan awalnya dibuat dari emas. Maniti Gobuk: ritual menginjak gebuk yang diperuntukkan untuk pengobatan dsb pada masyarakat Melayu pesisir dari  Bedagai hingga Kualuh

Gedempol: gemuk sintal

Mustahak = penting, perlu, wajib, harus

 

 

Nyanyok = agak pikun

Nyiur = kelapa pesisir

 

Pelasah = lusuh.

Pelesuh: agak malas hingga lusuh.

Pelik = susah, rumit, sulit

Penyamun = Perampok di darat dan di laut

Perigi = sumur

Pinggan = piring

Piring = piring kecil.

Pondok-pondok (bukan "pondok" dalam satu kata saja) = rumah-rumahan tanpa dinding

Puan = perempuan terhormat, sebagian tempat memaknai sebagai cerana tempat sirih

 

 

Rengut = cemberut

Resam = adat istiadat, peraturan adat yang dipakai turun temurun, tabiat yang beradat Melayu.

Gelak: tawa

Gelang: hiasan pengikat tangan, kaki dsb. ~kaki: gelang pengikat dikaki; ~tapang: gelang rantai di pergelangan; ~kana: gelang besar padu dan tebal; ~ikal; gelang di lengan yang dipakai diluar baju; ~keroncung: gelang rantai berbentuk bola-bola kecil yang di dalamnya berguli kecil

Gelebuk: sejenis buah liar yang bisa dibuat manisan. Sering berada dipinggir sungai dengan buah matang berwarna kuning, tekstur buah berpasir.

Geletek: meng~ centil

Geling: pengetam padi,ani-ani

Gendit: anyaman tempat azimat yang diletakkan di pinggang

Gerenyam: meng~ berasa semacam geli disekujur atau sebagian tubuh, berberasa senyar (spt minum air soda atau siku terantuk meja, lemari, dsb),  bergerak-gerak spt riak.  ‘usah meng~ kali kelakuan awak tu, cube lah elok-elok duduk ‘ (jangan over acting sikap anda, coba duduk dengan tertib),  ‘aih menggeronyam botul pe-el budak sebijik ni, macam dio  pulak nan ondak dikawinkan, bebulu podal menengoknyo’ (waduh, genit sekali kelakuan anak ini, seperti hendak minta menikah, tidak suka saya melihatnya).

Gering: sakit (diucapkan untuk bangsawan seperti raja atau sultan)

Gobek: lesung silinder penumbuk kudapan sirih;

Godam: Kapak besar tumpul untuk membelah kayu secara kasar sebelum dibelah dengan kapak

Goring-goring: gelang keroncung

Gulai:  biasanya sayur atau lauk berkuah santan dan diberi kunyit serta bumbu khusus. ~ladang: Gulai ayam kampung dengan bumbu yang umumnya ada di lading; ~lemak: gulai kental yang dimasak khas

Hala: arah, tujuan

Halua: manisan buah, sayur dan lainnya khas Melayu di Sumatera Timur yang tahan bertahun-tahun, biasa disajikan saat Idul Fitri dan sajian nasi hadap-hadapan. ‘Ende Rosmalina tang Tebingtinggi, pacak sunggoh membuat halue” (Ibu Rosmalina di Tebingtinggi, piawai sekali membuat manisan halua).  ~Betik, terdiri dari ~ Pucuk Betik (dibuat dari pucuk Batang dan Daun Pepaya),~ Buku Bemban (dibuat dari Daging Buah Pepaya yang dibuat seperti tali runjai, ujungnya disimpul khusus, dan setiap tali dihiasi daging pepaya yang dibentuk kelopak, kuntum dan ujungnya ditutup dengan bentuk cempaka) , ~ Selimpat (dibuat dari lembaran Daging Buah Pepaya, kira-kira seukuran dua jari tangan sebanyak 2 lembar yang satu sama lain ditautkan hingga berekor empat), ~ Tebuk Betik (dibuat dari daging Buah Pepaya yang diukir), ~ Bunga Betik (dibuat dari bunga Betina Pepaya), ~ Buah Muda Betik (dibuat dari buah Pepaya yang masih muda, masih bisa dikepal). ~Meregat, dari buah Kolang Kaling. ~Lada, terbuat dari buah Cabai Merah dan Hijau yang dibuang bijinya. ~Paria, terbuat dari buah Paria (Pare) utuh dan dibuang biji. Pala, terbuat dari buah Pala yang dikupas dan dibentuk seperti bunga. Mawar, terbuat dari bunga Mawar. Gelugur, terbuat dari Buah Gelugur yang dipotong sesuai ruas dan ditebuk (ukir). Cekapung, terbuat dari buah Cekapung. elebuk, terbuat dari buah Gelebuk. Renda, terbuat dari buah Renda. Kundur, terbuat dari Kundur (bligo)

Hang: Tuan; ‘Tang mane Hang duduk?’ (dimana Tuan tinggal?), ‘bepohon kami bile begian pe, kirenye Hang Ahmad bolehlah bagi pituah barang sekerat boh’ (Jika demikian kami bermohon, kiranya Tuan Ahmad bisalah memberikan nasihat)

Hangalan: halangan tubuh (berhubungan dengan super natural)

Hilir: bagian sungai sebelah muara, lawan hulu

Hugup: Gerah karena panasnya cuaca

 

Hulu: pangkal -ujung  (mis sungai), kepala, pegangan (mis. Pisau). Kalang hulu: Bantal

Hundak handik: berjalan bolak balik tak tentu tujuan

Iya: dia

Jantan: lelaki

Jelata: bukan bangsawan

Jelebau: sejenis kura-kura besar yang di hidup di air tawar.

Jembut: bulu di sekitar alat kelamin

Jemput: mengambil sedikit biasanya dengan jari. ~~: Kue dari bahan campuran pisang, tepung, kelapa dan gula yang digoreng

Jeput: undang, kesuatu tempat dengan orang lain terlebih dahulu mendatangi dan membawanya serta, penuh. “~an ikhlas tene ambe tujuke, biarlah Incek berkenan tuk hadir boh” (Undangan ini saya tujukan, semoga saudara berkenan hadir), “Bila hendak betandang ke rumah Ulong Usup, ~ ambe tang kedai Cik Latifah karang” (Kalau mau berkunjung ke rumah Sulung Usup, saya nanti ada di warung Ibu Latifah), “Iye harus menjage emak semalam ~” (Iya harus menjaga ibu semalam penuh).

Ji: kata, bicara

Jojok: benci pada kelakuan seseorang yang dinilai tidak senonoh. (dipergunakan oleh pengujar dialek ‘o’). ~tonat: benci pada kelakuan seseorang yang dinilai tidak senonoh hingga melihat wajahnyapun benci juga. ‘Jojok tonat odan menengok muko anak sikelerah tu, raso ondak muntah ceceh odan’ (Benci sekali saya melihat wajah anak kurang ajar itu, seperti mau keluar isi perut saya).

Jom: ayo kita pergi, mari (digunakan di beberapa tempat di Langkat)

Jorong: bulat panjang: pinggan --; 2 n tempat sirih yg bangunnya bulat panjang; 

-- padi lumbung padi

Juju: antri, orang atau kendaraan yang memadati suatu tempat. “Ramai ber~ di perhelatan itu”

Jujut: meletakkan makanan di rongga mulut tanpa dikunyah namun diisap-isap saja (biasanya dilakukan kanak-kanak). men ~ pancing: menarik tali pancing; ber~-~an v bertarik-tarikan; tarik-menarik (tali dsb); renggut-merenggut (rambut dsb):

Julang:  menggendong di atas bahu

Juling: letak hitam mata yang tidak di tengah-tengah benar.  ~air : agak juling sedikit; ~bahasa: (keadaan) agak juling; ~itik: memandang dengan kepala miring sedikit; men~: v mengerling, melirik

Jumput: menarik kain seperti mencubit

Ka’: sama dengan Akak/kakak

Kacau: campur aduk sehingga tidak terbeda-bedakan lagi. ~abu: berantakan

Kacip: gunting yg tajam sebelah dan sendinya ada di ujung (perkakas untuk membelah pinang, gambir, dsb)

Kakak: tutur untuk perempuan yang lebih tua. Lebih familiar disapa Akak

Kalimumur: ketombe

Kami: yg berbicara bersama dng orang lain (tidak termasuk yg diajak berbicara),  yg berbicara (digunakan oleh orang besar, msl raja)

Kampak: kapak

Kancah: Kuali besar

Kandil: sejenis lampu yang bersegi

Kandung: ikatan sedarah. ~an: kantung peranakan.

Kapok: tempat menyimpan padi di bawah rumah

Kat, dekat: di. Hanya dipergunakan disebahagian Langkat

Katil: tempat tidur

Kawan: teman

Ke: kata depan untuk menandai arah atau tujuan, kumpulan, kan. ‘ade ke engko perikse?’ (dialek ‘e’: adakah engkau faham?)

Kebaya Panjang: pakaian wanita bangsawan

Keboleian:  perut sebah karena kenyang

Kecik: Kecil

Kedang: rentang, ulur (tt tangan dsb); me·nge·dang·kan v mengulurkan tangan dsb lurus-lurus; meluruskan (apa-apa yg bengkok): melangkahkan kaki ke kanan sambil ~ tangan yg kiri;  pe·nge·dang n sesuatu yg dipakai untuk meluruskan (merentangkan); pelurus; perentang

Keje: Kerja (diucapkan pengujar dialek ‘e’, bila ngengukar dialek ‘o’ menjadi: kojo)

Kelian: engkau jamak (diucapkan yang lebih tua kepada yang muda)

Kelih: lihat

Kelih: lihat (dipergunakan oleh pengujar dialek ‘e’)

Keling: pendatang  India . kerak~: jenis panganan berbalur gula

Keluk: sesuatu yang melengkung, kelok. ~lekuk: perbuatan serong, curang

Kemih: buang air kecil, kencing

Kemih: kencing

Kempuhunan: kempunan, teramat sangat berkeinginan

Kendit: anyaman tempat azimat yang diletakkan di pinggang

Kenduri: perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, minta berkat, dsb; selamatan

Kepala kain: bagian tenunan atau motif pada sarung yang berbeda dengan motif di bagian lain pada sarung tersebut. Perempuan memakai sarung dengan kepala kain diarahkan pada bagian depan tubuh, lelaki memakai sarung dengan kepala kain diarahkan pada bagian belakang tubuh.

Kepoh: kandang ayam

Kerepai: sejenis musang, garangan. Di Langkat disebut Cerapai

Kerukut: gelang tangan

Ketam: kepiting berkaki enam dan bersepit, hidup di lumpur di tepi pantai, sungai, parit, atau di pematang sawah, serut kayu

Ketumpuran: cercaan kepada seseorang yang tidak bisa diberi hati lagi merugikan

Kincung: kecombrang, Etlingera elatior

Kita: pronomina persona pertama jamak, yg berbicara bersama dng orang lain termasuk yg diajak bicara, orang~ batak: suku batak

Ko: ya, diucapkan tanda persetujuan atau sahutan kepada bangsawan. Bunyinya seperti mengucapkan kata ko pada kopi

Kubung: binatang sejenis kucing atau pukang yang tinggal di pohon ke pohon , bersayap mirip kalilawar; Galcopithecus volans

Kuntai: jenis pantun

Laboh: jatuh

Lada kutu: cabai rawit

Ladam: besi pelapis tapak kuda; tapal kuda

Lade padi: Cabai rawit (dipergunakan oleh pengujar dialek ‘e’)

Lado jintan: Cabai rawit (dipergunakan oleh pengujar dialek ‘o’)

Lagak: gaya yang tampan atau cantik

Laki: suami

Lampai=kecil panjang, ramping

Umbai: meluruskan yang kusut

Ripuk: rusak

Lancang 1: perahu layar yang sangat laju, dipakai sebagai kapal perang kerajaan pada zaman dahulu. Menghanyut~: sesuatu yang menyerupai lancang yang diisi hidangan dan syarat tertentu untuk rangkaian ritual membuang puaka dan sebagainya

Lancang 2: sikap tidak tahu adat, kurang sopan terhadap orang tua dsb

Lang suir: jenis hantu seperti Leak pada masyarakat Bali, bisa pula mengubah wujud seperti elang dan lainnya

Langkat: pohon famili Meliaceae; salah satu kesultanan yang kini menjadi kabupaten Langkat dan sebagian kabupaten Aceh Tamiang; waktu tiga hari lagi dr sekarang; ~: sulam timbul

Langkau: langkah,lewat  me~i v melampaui; melewati (melewatkan): krn tidak hati-hati menyalin, dia ~ satu baris; 

ter·lang·kaui v terlewat; tidak turut diperhatikan (dibaca dsb): tidak ada satu huruf pun yg ~ , semua dibaca dng teliti me~: melangkah

Layur: me~ v  memanaskan di atas (dekat) api supaya layu, hangat, dsb); memanggang: 

Lebuh: jalan, ~raya: jalan raya

Lela: Meriam yang bisa berputar, gerak-gerik tangan dan sebagainya yang elok, tingkah laku atau gerak-gerik yang elok, indah dan menyenangkan. ~ manja: anak dara yang gemulai dan menyenangkan. ~rambang meriam yang mulutnya bercorong

Lemau: makanan yang sudah masuk angin (pada kerupuk, biskuit dsb), amam. ~ bisa dikiaskan ke manusia yang bermakna: tidak bergairah dan tidak bersemangat

Lembu: sapi

Lentang-lentung:  berbunyi spt bunyi tong, kaleng atau wadah sejenis yang dipukul. ~ bunyi gobeknye (sedang menumbuk kudapan sirih)

Leong: jatuh melayang dan melambai-lambai

Lesuh: malas. Pelesuh: malas untuk membersihkan atau membenahi diri

Lesung: lumpang kayu panjang (untuk menumbuk padi dsb); ~ mencari alu, pb perempuan yang kepingin mencari laki-laki; antan patah, -- hilang, pbkemalangan yg bertimbun-timbun; ke mana dialih, -- berdedak juga, pb sesuatu yg memang merugikan (menyusahkan), di mana pun akan merugikan juga;menumbuk di -- , bertanak di periuk, pb adat itu berdasar pd kebiasaan yg sudah semestinya; sebuah -- ada seekor ayam jantannya (atau pemimpinnya), pb tiap-tiap kaum ada seorang penghulunya atau seorang cerdik pandainya yg akan melindungi kaum itu dr kejahatan orang lain;  ~pipi; lekukan pada kulit yang terbentuk pada pipi beberapa orang, terutama ketika mereka tersenyum

Lipan: hewan arthropoda yang tergolong dari kelas Chilopoda dan upafilum Myriapoda, hewan metameric yang memiliki sepasang kaki di setiap ruas tubuhnya. Hewan ini termasuk hewan yang berbisa, dan termasuk hewan nokturnal. Anyam~: jenis anyaman bersilang panjang, biasa terbuat dari pandan untuk menutup keranda atau menghias mulut gebuk pada ritual maniti gobuk.

Liplap: tidak punya pendirian

Litak:  letih lunglai yang biasanya karena kelaparan atau karena kesibukkan hingga mengubah ritma jadwal keseharian.

Locak, Lecak:  tanah lembek dan berair, buruk muka. Penjaga dalam permainan kanak-kanak yang buruk dalam bertugas hingga terus berjaga (diistilahkan dengan: jaga telur busuk)

Lonjong: berbentuk spt kerucut; runjung, bulat panjang,  bulat

Loyo: me~ mual

Lukah: alat untuk menangkap ikan (spt bubu) yg dipasang di dl air yg tidak berapa dalam; -- nya mengena, ki tipu dayanya berhasil; menahan -- di penggentingan, pb mencari untung pd waktu ada kerusuhan dsb; menyandang – tiga, pb melakukan pekerjaan yg sulit meskipun tidak berat; me·lu·kah v menangkap ikan dng lukah; ~gilo: tari ritual yang menggunakan ~jantan (~berbusana pria), ~betina (~berbusana wanita), ~budak-budak (lukah kanak-kanak)

Lumpang: perkakas yg dibuat dr kayu atau batu yg berlekuk di tengahnya untuk menumbuk, lebih kecil dari lesung

Lumus: berlumuran. Tungkus ~ = bekerja keras tanpa memandang gaya penampilan lagi

 

Zuriat = anak cucu keturunan

Lungah: bentuk hidung yang lobangnya tampak menaik

Makrifat: kenal kaji. Putus~: menyatu dengan ilmu

Malung: belut laut

Mana: kata tanya untuk menanyakan keberadaan salah seorang atau salah satu benda atau hal dr suatu kelompok; ~kan/maneke: adakah

Mangkat: wafat (bagi raja atau sultan)

Mangkuk: mangkok

Mani: sperma

Masai: kusut tidak terurus

Masam: rasa asam

Masin: asin, rasa garam. Ikan~: ikan asin, Gulai~: salah satu jenis gulai

Maya: apa

Maya: apa. Umum diucapkan ‘maye’ pada masyarakat yang berdialek ‘e’. “~ dikhabar kinin, Incek?”

Melukut: pecahan beras, menir

Mempelam: Mangga

Mendai: baik, oke, oke. Dikenal hanya bagi pengujar dialek ‘e’.  “Khabar ambe nen ~ ~ je” (kabar saya baik-baik saja)

Mengampit: mendengarkan orang lain berbicara tanpa sepengetahuan orang yang berbicara, menguping

Menyempului: menyajikan sesuatu sajian yang terkesan berlebihan, hingga orang yang mendapat sajian tersebut merasa tidak terhargai

Merawa: Umbul-umbul, panji

Merawal: Bendera

Mergat: enau; aren; Arenga pinnata. Buah~: kolang kaling

Meriam: senjata berat yang larasnya besar dan panjang, pelurunya besar, sering diberi roda untuk memudahkan pengangkutannya. ~anggur: pecahan besi untuk peluru meriam; ~buluh: meriam mainan yang dibuat dari bambu, gertak sambal. ~katak: mortar.

Misai: kumis

Motan: serius

Mpelai: suami, pengantin  lelaki, lawan dari Mpuan

Mpu: pangkal, tumpuan. ~an: wanita atau istri.

Muar: jenis keladi yang gatal (tidak dimakan). Pb Macam birah keladi ~: seseorang yang sangat genit

Mufti: ulama Istana

Muh: ayo kita pergi, mari

Mumang: karena sebab sesuatu hingga mudah berdiri

Murah: gampang, lancar

Muyang: kakek/nenek dari orangtua kita, leluhur

Nabu: biji buah (durian, nangka, cempedak) dan daging buah

Nadir: tidak lazim, sejenis perahu. Me~: berbicara di luar realita dan kelaziman

Nalar: sering, berkesinambungan

Namu: bertemu di luar  di rumah atau di luar tempat yang biasa. Biasanya dipergunakan bukan untuk manusia. “Tang kuale tu lah ~ sampan-sampan dari berbagai negeri” (Di kuala itulah bertemu sampan-sampan dari berbagai daerah), “Usah teconggok tang pandau tu, kerane dah ~ hantu-hantu magrib ni” (Jangan terduduk di rawa itu, karena magrib ini hantu-hantu akan berkumpul).

Nenek: Nenek (dipergunakan di wilayah bedagai, tebingtinggi, asahan hingga labuhan batu)

Ngan, ngang: dan

Ni(n): ini (dekat) Ni(n) sering terucap: nie(n). derajat komperatifnya adalah: ‘Ni(n): ini - Yu(n): itu (agak jauh) - Nu(n): itu (jauh)’

Nini: gelar nasab ke atas setelah Datu – Onyang (Muyang) – Atok (Datok)

Nu(n): itu (jauh). derajat komperatifnya adalah: ‘Ni(n): ini - Yu(n): itu (agak jauh) - Nu(n): itu (jauh)’

Nyanyang: tidak tenang hati; gelisah; resah

Nyanyuk: tidak jernih pikirannya akibatnya bisa berbicara dan berbuat tidak sistematis, pelupa dsb

Odan: saya . hanya dipergunakan di wilayah Batubara dan sebahagian Pangkalan Dodek & Tebingtinggi

Onyang: kakek/nenek dari orangtua kita

Orang kaya (OK): anak lelaki datuk yang kelak mewariskan gelar ini juga kepada anak turunannya; orang tertentu yang berperan tertentu terhadap kesultanan atau kerajaan yang kemudian diberi gelaran

Pacal: bukan golongan bangsawan namun menikah atau melakukan kekerabatan dengan bangsawan.

Padang: tanah yg datar dan luas; satu wilayah yang dahulu adalah kerajaan kecil di wilayah kota Tebingtinggi dan sekitarnya

Padma: Seroja

Palar: sangat berharap mendapatkan

Pancut: memancar (memancur) keluar karena tekanan

Pandak: alas duduk raja bersulam tekat emas, keris pendek, nama timang-timangan untuk anak (perempuan) ke lima

Panggang: diletakkan atau dimasak di atas bara api

Pantun: bentuk puisi Melayu, tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yg bersajak (a-b-a-b atau jarang a-a-a-a), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi;  peribahasa sindiran;  ark jawab (msl pd tuduhan); ~berkait rangkaian pantun yg sambung-menyambung, msl larik kedua dan keempat bait pertama muncul lagi sbg larik pertama dan ketiga bait berikutnya; pantun rantai; ~ kilat pantun yg hanya terdiri atas dua baris, bersajak a-a, masing-masing merupakan sampiran dan isi; karmina; ~ rantai pantun berkait; ber~: v menyanyikan (membawakan) pantun bersambut-sambutan; se~: sama persis, seumpama; me·man·tuni v menyindir dng pantun; me·man·tun·kan v mengarang (menyatakan) dl bentuk pantun; pe·man·tun n pengarang pantun; orang yg berpantun.

Patik: secara bahasa berarti bayi Anjing yang masih comel, secara istilah bermakna Saya. Kata ini dipergunakan sebagai makna saya, menjadi fungsi yang teramat sopan lagi merendah.

Pauh: semayam gaib; tumbuhan yang batangnya berupa pohon tegak tumbuh di daerah tropis, tinggi antara l0—13 m, berwarna hijau kekuning-kuningan, beraneka ragam bentuknya, enak dimakan, Mangifera indica. pipinya bak ~dilayang (pipinya amat elok).  ~janggi: kelapa laut, jenis kelapa yang sangat besar, Lodoicea maldivica. Temu~: tumbuhan seperti pohon kunyit yang dilalap, Curcuma mangga. Tasik tali arus ~ sijenggi: tempat bersemayam makhluk gaib tertentu di laut

Pedal: kantong perut unggas (ayam, burung, dsb) tempat pencernaan makanan sebelum makanan tiba ke dalam usus. berbulu~: kesal

Pelam: mangga

Pelanduk: kancil

Pelesit:  belalang gaib, sejenis makhluk halus, kemungkinannya dari golongan jin/syaitan, yang dipelihara oleh seseorang, biasanya wanita bagi tujuan memudaratkan musuh, pelesit dipercayai diberi makan darah dari jari tangan tuannya. Hantu pelesit dikatakan mampu menjelma sebagai sejenis belalang pelesit, belalang kecil yang mempunyai kepala berbentuk tajam dan tirus, dan masuk kerumah mangsa. Pelesit mengeluarkan suara memekakkan telinga. “Ngape iye nak jadi biduan, suare ie peh macam ~”. Hulu gambus Melayu Sumatera Timur yang berbentuk belalang.

Pending: perhiasan kepala sabuk dari logam berukir

Peniti: tusuk kebaya baju panjang atau tusuk yang berfungsi seperti kancing

Penyalang: keris mirip sundang namun tidak melebar

Pepat: rata (krn dikerat, dipangkas, didabung tt gigi, dipenggal puncaknya, dsb), penuh; genap; tidak kurang sedikit pun. kukunya dikerat ~; giginya ~: tiga hari ~. ~ kuku spt bulan tiga hari, pb (amat elok bentuk atau tokohnya); ~ di luar, rancung di dalam, pb (baik (suci pd lahirnya, tetapi batinnya jahat) . ber~ v sudah dipepat. Me~ mengerat) sampai rata: ~ kuku.

Percut: menyembur; salah satu wilayah yang dulu adalah kerajaan kecil/kejeruan

Perencah: campuran: -- gulai, bahan penyedap gulai

Pesuk: cekung, lekuk

Pesuna: perbuatan yang bisa berdampak merugikan. ‘Tak baik orang pegendang, pegendang kulit rusa. Tak baik orang petandang, petandang bawa pesuna’ (pantun, Tidak baik sering bertandang ke rumah tetangga, karena akan bertampak tidak baik nantinya)

Pinggan: piring

Piuh: mencubit orang dengan geram

Piut: anak dari cicit

Pontoh: gelang ikal yang terpakai di lengan

Puaka: makhluk gaib penunggu (biasanya bisa turun temurun ke anak cucu). Kena~:  penyakit yang ditimbulkan karena puaka yang dahulu dipelihara leluhur dan pindah ke tubuh turunannya, biasanya diobati dengan ritual menghanyut lancing

Puji: rasa pengakuan dan penghargaan yang tulus akan kebaikan atau keunggulan seseorang atau sesuatu

Pukas: vagina. Ber~: telanjang, ber~-~an: bermaki-makian

Puki: kemaluan perempuan, kata kasar untuk vagina

Pulas: memutar biasanya dengan tangan seperti mencubit

Punai: burung yg bulu kepala dan lehernya berwarna biru keabu-abuan, punggung dan sayap bagian atas berwarna cokelat tua kemerah-merahan, sedangkan bagian sayap yg lain berwarna hitam; Treron Curvirostra; ki untuk menyebut penis

Pura: kota atau negeri, wadah tempat menyimpan uang, celengan

Purun:  jenis tumbuhan rumput besar yang tumbuh liar di dekat air atau rawa. Tikar~: tikar terbuat dari anyaman daun purun.

Pusat: pusar di perut

Raja:  anak bangsawan dari Bilah, Panai, kualuh, Kota Pinang serta title martabat setingkat Tengku di Tebingtinggi; kepala sebuah wilayah organisatoris yang tetap memegang adat resam, Menurut Sultan Deli Tuanku Amaluddin (surat yang ditujukan pada gubernur Sumatera Timur, 1933) bahwa jika seorang perempuan bergelar Tengku menikah dengan seorang bangsawan asli (Raden dari Jawa, Sutan dari Pagaruyung) maka anak-anaknya bergelar raja.

Ramban: pencarian daun-daun atau buah-buahan di hutan atau ladang untuk keperluan memasak dan sebagainya

Rampah: titian yg menghubungkan kapal dng dermaga

Rampak: rimbun

Jung: sejenis sampan

Pangkai: berbeda pendapat

Rancap: onani, masturbasi.

Rancung:  runcing dan tajam (spt kalam). Me~: v meraut (mengasah) supaya runcing: ~ kalam;  

Ranggit: gantung, kait

Puadai: sesuatu yang digelar untuk tempat duduk/laluan dari pembesar

 

Rasan: agak basi

Reban: kandang ayam

Rebat: hutan. Me~: membuat halangan agar jangan dilalui

Rengas: pohon yg merah kayunya, getahnya sangat tajam, jika getahnya tersentuh, dapat menyebabkan kulit melepuh, getahnya dapat juga dijadikan cat pernis atau minyak kayu dsb; Gluta renghas

Rentaka: Meriam kecil

Risik: raba, periksa, selidik secara sembunyi-sembunyi. Me~: menyelidik secara diam-diam,  upacara menyelidiki seorang dara untuk kelak dipinang dan dinikahi. Pe~: orang yang merisik; tepak pe~: Tepak sirih dalam upacara adat merisik

Rungkai: membongkar

Rungsing: mendongkol, jengkel

Sahaya: saya, diucapkan juga Saye (diucapkan bagi non bangsawan), Hamba~: budak belian

Saka: gula merah yang masih bisa meleleh, pemeliharaan makhluk halus seperti pelesit

Sampar: sampah yang berkumpul di bagian tengah sungai atau lainnya seperti membentuk daratan, jenis penyakit

Sampin: kain samping yang dipakai antara baju dengan celana pada busana teluk belanga. Bunga sampin: Simpulan kain yang dibentuk membulat seperti bunga yang terletak pada bagian kiri (jika bagian kanan melambangkan duka cita)

Sang: sejenis pohon palma yang berdaun lebar dan panjang hingga 6meter, Johannestijsmania altifrons. Kata sandang yang menyertai nama selain manusia (sama seperti fungsi kata Hang, hanya saja Hang untuk manusia)

Sanggak: wadah tempat ayam atau sejenisnya untuk bertelur

Sanggul: gelung rambut perempuan di atas atau di belakang kepala; kundai; konde; ~ ayam mengeram: sanggul di puncak kepala; ~bulat: sanggul di belakang kepala sebelah atas; ~ gantung: sanggul yg tergantung di tengkuk atau di kuduk; ~ lintang sanggul yg melintang dr kiri ke kanan di atas kepala; ~ lipat pandan: sanggul lintang di belakang kepala, terdiri atas dua bagian dan diikat di tengah-tengah; ~  semat: sanggul tempel

Saputangan: kain persegi empat sebagai penyeka

Sasau: kurang pikir; sasar. me·nya·sau v makan banyak-banyak

Segan: malas, malu-malu. Penyegan: pemalu, malas-malasan. Lepat segan: nama kue yang terbuat dari campuran ketan, parutan kelapa dan gula

Seladang: lembu atau kerbau liar tak berkandang, selantai dan rata,  betis yang rata,  

Selap/Nyelap = kumat kelakuannya, berlebihan

Seluar = celana

Sejumbang: semutar, kain pelilit kepala yang dipakai lelaki

Sementung = cemberut

Sengak = sombong/angkuh

Seraga: bantal besar bersulam untuk singgasana atau pengantin dll

Seronok = perasaan menyenangkan dan membawa gembira

Sotong = cumi-cumi, gurita

Sudu = sendok

Suluh = obor

Selampai: saputangan

Selang: lantai dapur yang papannya dijarang-jarangkan

Selar: tanda ~ cap atau tanda yang dibakar dahulu sebelum digunakan; menyelar: membubuh tanda dengan besi panas: penternak itu ~ lembu peliharaan iye. Selar: nama jenis ikan laut (Atule mate)

Seludang: kulit pemalut mayang pinang, kelapa dsb atau penutup ruas bambu, sampan yg lancip pd ujungnya dan rata pd buritannya spt bentuk seludang; ‘sampan mancung;~ menolakkan mayang’: pb memperlihatkan atau kelihatan kecantikannya (isi hatinya, kesombongannya, dsb)

Sembam: panggangan ikan atau yang lainnya tanpa bumbu saat dipanggang

Sembilang: ikan laut jenis Plotosus, siripnya berbisa; lele laut;  -- betul, Plotosus canius; -- karang, Plotosus anguillaris

Senangin: ikan laut yg enak rasanya; Eletheroma tetradactylum

Senduk: sendok berukuran besar (untuk mengambil nasi ke piring)

Sengal: berasa nyeri (pegal, kaku) pd sendi-sendi tulang:  -- kaki; -- tangan;  n penyakit tulang; encok; rematik; sengal tulang; -- pinggang penyakit nyeri pinggang; lumbago; -- tulang penyakit pd tulang; rematik, encok

Senget: miring, condong

Senyar:  berasa geranyam di tangan dsb (ketika siku terantuk benda keras); berasa geranyam di lidah (bila makan kulit jeruk atau minuman yg beralkohol)

Seraga: lis penutup, Padma seraga: Kain yang bercorak seroja dengan ujung-ujungnya berhias

Serdang: tumbuhan palem yg hidup di tanah bencah dan daunnya dapat dibuat atap;Pholidocarpus sumatrana. Nama salah satu kesultanan; ~bedagai: nama kabupaten yang beribukota di Sungai Rampah

Seroja: teratai

Serut: alat untuk melicinkan kayu; ketam

Setanggi: wewangian dari berbahan bahan seperti kemenyan yang dibakar untuk mengambil efek wangi dari pembakarannya -- itu semerbak menyebarkan harumnya; -- ladan lidi berlapis dupa yg dibakar orang Cina kalau memuja; hio

Siarahan: anak yang tidak disiplin

Sidat: gelang di lengan atas

Sigi: obor berbahan bakar damar; menyigi: member penerangan dengan obor damar

 

Tamadun = peradaban

Tambul = makanan ringan

Tayang = tampar pelan, membawa sesuatu dengan hati-hati

Telajak = terlewat

Tembilang/Taji/Baji = alat untuk melobang tanah

Tempias = percikan air

Tempoyak = makanan dari durian yang diasamkan, pekasam durian.

Teruk = parah, susah, sulit

Tetampan: selampai yang biasanya berwarna kuning biasanya diletakkan di bahu ketika menghadap raja atau membawa benda atau regalia raja atau bangsawan.

Tesasol = tersalah cakap/bicara

Tingkap = jendela

Tungkus: terbenam, tenggelam

Sanggan: alas pelengkap adat

Sahap: penutup, penudung, tudung sahap: kain berhias penutup jamuan santap atau benda adat.

Sijenggi: salah satu lokasi makhluk gaib penghuni kumparan air, 'tusuk tasik tali arus pauh sijenggi'

Sipi: tidak mengenai sasaran; luput ( tembakan, pukulan, dsb); tidak tepat: “betul belah dua, tiada ~” , belah dua benar; tepat sekali; 

“biar ~ (asal) jangan sesat”,  jika telah menderita kerugian (kekalahan, kesusahan, dsb) hendaknya diusahakan supaya jangan terlampau menderita; biar rugi sedikit, asal jangan rugi banyak; 

me·nyi·pi v menyerempet; mengenai tepinya; tidak tepat benar mengenai sasaran;

Siterenah: seseorang yang baru memiliki sesuatu benda atau keadaan, hingga ia berbuat sesuatu yang membuat ketidak nyamanan orang yang melihatnya. “Aih si latifah tu ~ sangat, baru pun punya handphone, dah macam bekutu kutengok”.

Sudu: sendok

Sundang: keris yang bilahnya lebar seperti  pedang

Sunggam: bentuk gigi yang maju, tonggos

Sungil:  adalah gigi depan tersusun keluar pinggir bibir, tongos (dipergunakan disebagian kecil daerah, secara umum menyebut dengan: sunggam)

Sunting: hiasan (bunga dsb) yg dicocokkan di rambut atau sanggul; ~ hati ki anak kesayangan; ~ malai hiasan rambut yg dipasang di belakang telinga

Surai: anak rambut, bulu yang tumbuh di tengkuk atau dahi, ucapan sopan untuk rambut, biasanya diucapkan dihadapan bangsawan

Surang: seorang, sendiri

Suruk: bersembunyi yang biasanya dengan cara menyeluduk atau menyusup dengan cara merangkak atau membungkuk

Syabas: seruan untuk menyetujui pernyataan yang bagus atau baik

Ta’un: perangai yang tidak beradab

Taktian: nama burung

Tali: barang yg berutas-utas panjang. ~arus:  pertemuan dua arus di laut yang dianggap berpenghuni gaib

Tang, tentang: di

Tangas: ber·ta·ngas v memanaskan diri dng uap; mandi dng uap (diuapi supaya berkeringat); me·na·ngas v memanaskan dng uap; menguapi; mengukus; pe·na·ngas n alat untuk menangas atau bertangas; pe·na·ngas·an n proses, cara, perbuatan menangas

Te: Tidak

Tegap: tegap, besar, kokoh. Togap hongkang:  cukup besar (pengujar di Bedagai sekitarnya)

Telangkai: pembawa acara atau perantara dl upacara adat perkawinan (juga dl perundingan)

Telempap: telapak tangan hingga telapak jari

Teluk Belanga: Pakaian pria bangsawan berkerah membulat

Teluk: bagian laut yang menjorok ke darat

Telur: benda bercangkang yg mengandung zat hidup bakal anak yg dihasilkan oleh binatang (ayam, itik, burung, ular, cicak, dsb),  bakal anak. bulat~: oval; muke gadis tu bulat~. ~terubuk: telur ikan terubuk, ~tembelang: telur ayam yang tak menjadi anak, bila bimakan orang yang belum menikah dikatakan bisa terkena penyakit barah. Bunga~: telur pada pulut balai

Teman: orang yang menemani atau membantu dalam bekerja atau perjalanan

Tembelang: telur yang dierami yang sudah dingin dan tidak dapat menetas.

tampak ~nya: pb kelihatan kebusukannya (kekurangannya, kejahatan, dsb), pecah~:  pertengkaran (biasanya suami istri)

Tenan, Tena: tadi, tak lama sebelum ini. (dipergunakan dalam bahasa Melayu dialek 'e') 

Tengku: gelar kebangsawanan untuk laki-laki dan perempuan yang diteruskan dari garis ayah karena ada ikatan darah kepada raja atau sultan, kerabat, yang leluhurnya dahulu memiliki hak otonomi dan sebagainya; Pemimpin atau guru yang terikat pada kebertahanan akhlak Islam dan adat.

Tengok: lihat, datang untuk melihat

Tepak: . ~sirih: wadah diperbuat dari logam atau kayu untuk menyimpan bahan-bahan yang digunakan dalam kudapan makan sirih. Masyarakat Melayu membedakan antara tepak sirih berbentuk bujur sebagi puan dan yang berbentuk empat segi bujur sebagi tepak, yang berbentuk bulat disebut cerana.

Tepos: pipih kurang berisi (biasanya untuk bentuk pantat)

Teraju:  timbangan yg menggunakan dua buah piringan yg digantungkan dng rantai (tali) pd kedua ujung lengannya; neraca; tali perentang kemah; tali (rantai) untuk menggantungkan lampu dsb;  benang pd layang-layang yg diikatkan di sebelah atas dan bawahnya hingga cantik terbangnya; ki kekuasaan tertinggi; pucuk pimpinan

Terubuk: ikan laut Clupea (Alosa), telurnya juga menjadi masakan khusus

Tibun: Jatuh. Maya pe musabab  incik yo ~ tang parit ?

Tilam: kasur

Tingkip: punah

Tiri: bukan darah daging sendiri (dipakai dl gabungan kata, spt ibu ~ , anak ~ )

Tirus: tipis, tidak membengkak

Togan: mentaksasi dengan cermat

Tuah: keberuntungan. Buang~: menolak keberuntungan, ~diri, ~badan. “~ ada, celaka menanti”: tidak

Tuam: yg dipakai untuk menghangatkan bagian tubuh yg nyeri (spt abu hangat dibungkus dl kain, air panas dl botol); demah; ber·tu·am v menghangatkan bagian tubuh yg nyeri (dng tuam); berdemah; me·nu·am v 1 mengenakan tuam pd; 2 menghangatkan tubuh dng tuam; 3mengurut bagian tubuh yg sakit dng tuam; me·nu·ami v menuam

Tuan: panggian kehormatan pada pria yang ditokohkan akan nilai agama atau adat resam; ~guru: peminpin spiritual Islam; ~kali: ulama yang bertugas menikahkan dan sebagainya

Tuanku: sebutan terhadap Sultan atau Raja.

Daku: saya (diucapkan oleh  pembesar), kata ~ melahirkan aku

Hambe: saya, diucapkan juga Ambe (diucapkan bagi non bangsawan)

Tuju: pergi ke, arah

Tunu: bakar

Tungap: suap (kasar)

Udang: binatang tidak bertulang, hidup dl air, berkulit keras, berkaki sepuluh, berekor pendek, dan bersepit dua, pd kaki depannya; Crustacea. ‘~dalam tangguk’: sangat gelisah (susah dsb); ‘’~ hendak mengatai ikan’:  tidak insaf akan aibnya sendiri; ‘pekisik-an~’ :  terlalu lama berdandan/bersiap,~ tak tahu di bungkuknya, pb tidak tahu akan cacat dan celanya diri sendiri; ber~ di balik batu, pb ada suatu maksud yg tersembunyi; bak ~ disembab, ki merah sekali (krn malu dsb);

~ batu: udang air tawar, berwarna hijau tua kekuning-kuningan, tanduk moncong sangat pendek, kira-kira setengah kepala; Macrobrachium lar; 

~ beras: udang kecil keluarga Caridina, hidup di air tawar dan payau, berbulu di ujung sepit; 

~ bulu: udang air tawar, hidup pd 250—2000 m di atas permukaan laut, memiliki tanduk kepala yg sangat kuat, bergerigi 10—11 pd bagian atas dan 5 gerigi pd bagian bawah; Macrobrachium pilimanus; 

~ dugul udang konsumsi yg memiliki nilai ekonomi tinggi berwarna cokelat kebiru-biruan, panjang 20 cm;Melapenaeus monoceros; 

~galah: udang besar dan panjang, hidup di sungai dan rawa, terutama di daerah yg masih dipengaruhi pasang surut; Macrobium rosen berghii; 

~ geragau: udang kecil-kecil, biasa dibuat terasi dsb; 

~ kecepai: udang (terutama yg kecil-kecil) yg dikeringkan,rebon 

~ kering: udang yg dikeringkan; ebi; 

~ lubuk: udang yg hidup di dl lubuk; 

~ rimau: udang yg memiliki nilai ekonomi tinggi, berwarna cokelat kemerah-merahan, kadang-kadang kebiru-biruan, terutama pd permukaan bawah ruas keenam, bentuk badan ramping, ekor membentang spt kipas, panjangnya 22 cm; Penalus Semisulcatus; 

~rusa: udang air tawar, panjangnya 20 cm; berwarna hijau tua, bergaris-garis; 

~ pasir: udang yg banyak dijumpai di perairan pantai berlumpur, berwarna cokelat, bagian ekor cokelat kuning-kekuningan, kepala gepeng, ekor spt kipas; Penaeus orientalis; 

-- peci udang yg banyak dijumpai di daerah pertambakan, berwarna cokelat muda kekuning-kuningan, terutama pd kaki dan ekor, panjangnya 25 cm, tanduk kepala berbentuk segitiga; Penaeus merguiensis; 

~ pepai udang yg kecil-kecil; 

~basah: udang yg masih segar,

~sungai: udang-udang yg hidup di sungai; 

~ datuk: udang yg ukuran badannya lebih besar dp udang biasa, dr jenis dan kualitas unggul; Penaeus monodon

 

Ukup: wangi-wangian yg dibakar (spt dupa, setanggi) untuk mengasapi pakaian supaya harum baunya;  wangi-wangian: air -- , air wangi-wangian; 

ber·u·kup 1 v mengasapi diri dng membakar setanggi, kemenyan, dsb; 2 a sudah diasapi dng ukup: kain ~; 

meng·u·kupi v 1 mengasapi dng setanggi, dupa, dsb; 2 mendupai; membakar dupa; 

Ukup·an n 1 hasil mengukup; sesuatu yg diukup; 2 wangi-wangian (setanggi dsb) untuk mengukup; 

per·u·kup·an n hal berukup; 

peng·u·kup n 1 alat untuk mengukup; 2 orang yg mengukup; 

peng·u·kup·an n proses, cara, perbuatan mengukupi

Ulam: lalapan, daun-daun atau batang muda mentah yang dimakan dengan nasi

Ulih: oleh

Ulu: kepala (head), pangkal

Ulun: abdi, saya. 'ulun janji' (saya berjanji dan berikrar mentabalkan raja)

Uncang: pundi-pundi, kantongan tempat uang dan lainnya yang biasanya terbuat dari kain

Unke: sejenis Siamang

Upat, mengupat: membicarakan kekurangan orang lain tanpa sepengetahuan orang yang dibicarakan. Kebalikan dari kata puji

Urang yo: mereka

Wan: salah satu gelar bangsawan Melayu, gelar kebangsawanan untuk lelaki maupun wanita dari seorang yang ber-ibu Tengku dengan ayah dari golongan berbeda maka anak turunannya mewarisi gelar ini. Gelar ini akan hilang bila seorang wanita bergelar ~ menikahi pria berderajat lebih rendah

Yu(n): itu (agak jauh). derajat komperatifnya adalah: ‘Ni(n): ini - Yu(n): itu (agak jauh) - Nu(n): itu (jauh)’

 

 

 


Komentar