
oleh: M Muhar
Omtatok
Melayu secara
puak (etnis, suku), bukan dilihat dari faktor genekologi semata seperti
kebanyakan puak-puak lain. Di Malaysia, tetap mengaku berpuak Melayu walau
moyang mereka berpuak Jawa, Mandailing, Bugis, Keling dan lainnya. beberapa
tempat di Sumatera Utara, ada beberapa Komunitas keturunan Batak yang mengaku
“Orang Kampong”- Puak Melayu. Ini semua karena diikat oleh kesamaan agama yaitu
Islam, Bahasa dan Adat Resam Melayu.
Orang Melayu memegang
filsafat: “Berturai, Bergagan,
Bersyahadat”.
Berturai bermakna
mempunyai sopan santun baik bahasa dan perbuatan dan memegang teguh adat resam,
menghargai orang yang datang,serta menerima pembaharuan tamaddun yang senonoh.
“Usul
menunjukkan asal,
Bahasa
menunjukkan bangsa.
Taat
pada petuah,
Setia
pada sumpah,
Mati
pada janji,
Melarat
karena budi.
Hidup
dalam pekerti,
Mati
dalam budi”.
“Tak
cukup telapak tangan, nyiru kami tadahkan”.
“Apabila
meraut selodang buluh
Siapkan lidi buang miangnya
Apabila menjemput orang jauh
Siapkan nasi dengan hidangnya”.
“Sekali
air bah, sekali tepian berubah”.
Bergagan bermakna
keberanian dan kesanggupan menghadapi tantangan, harga diri dan kepiawaian.
“Kalau
sudah dimabuk pinang,
Daripada ke mulut biarlah ke hati
Kalau sudah maju ke gelanggang
Berpantang surut biarlah mati”.
Bermula
dari hulu, haruslah berujung pula ke hilir”.
“Apa
tanda si anak melayu
matinya ditengah gelanggang
tidurnya di puncak gelombang
makannya di tebing panjang
langkahnya menghentam bumi
lenggangnya menghempas semak
tangisnya terbang kelangit
esaknya ditelan bumi
yang tak kenalkan airmata
yang tak kenalkan tunduk kulai”.
Bersahadat bermakna
Orang Melayu disebut Melayu jika sudah mengucap kalimat syahadat, yaitu
mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasul panutan. Anak Melayu
lebih dahulu diperkenalkan mengaji al Qur’an, baru mengenal ilmu pengetahuan
yang lain. Kata “Laailaha Illallah Muhammadarosulullah” sebagai gerbang
keislaman, selalu dipakai Orang Melayu dalam berbagai amalan, karena melayu
percaya bahwa semua amalan akan tidak tertolak dalam pemahaman Islam jika
mengucap Laailaha Illallah Muhammadarosulullah
Makanya jika seorang
anak berkelakuan menyimpang dari kaedah yang diatur, maka ia disebut, “Macam
anak siarahan, Macam anak tak disyahadatkan”.
“Bergantung
kepada satu, berpegang kepada yang Esa”.
“untuk
apa meramu samak
kalau tidak dgn pangkalnya
untuk apa berilmu banyak
kalau tidak dengan amalnya”.
“Budak
jambi sdg menampi
Alahai budak tinggal sanggulnya
Banyak jampi perkara jampi
Allah jua letak kabulnya”.
Jadi Melayu adalah:
“Beragama Islam, beradat resam Melayu dan Berbahasa Melayu”.
Karena ikatan Islam
itulah, Orang melayu yang masih berpegang pada konsep tradisi namun akan takut
jika tidak disebut Islam.(Muhar Omtatok)
Komentar
Saya amat bersetuju sekali dengan huraian tuan tentang Melayu Malaysia yang mana Jawa, Mandailing, Bugis, Keling dan lainnya meletakkan diri mereka sebagai Melayu. Untuk supaya teman-teman di Indonesia lebih memahami biarlah membuat sedikit penambahan. Melayu Malaysia terdiri daripada Melayu Dagang (asal Indonesia) yang merupakan mayoritas ( 70 persen) Melayu Asal(Bukan orang asli/Sakai) yang terdiri daripada Melayu Kedah,Perlis,Kelantan/Patani dan Trengganu. Mereka ini dikatakan hanya berjumlah 20 persen dan Melayu Peranakan (Arab dan Keling)yang berjumlah 10 persen. Untuk pengetahuan semua puak-puak bersatu dan dilayan sebagai 1Melayu yang tidak dibeda-bedakan dan semua Melayu yang merupakan 50 persen daripada populasi Malaysia di beri taraf sebagai peribumi Malaysia.
Wasallam
-tunang/kekasih berpaling hati
-minyak pengasih
-pelaris niaga
-pelet
-pemikat
-buka aura
-santau sum power
-pelaris dalam galian
-santau angin
-santau tepuk bantal
-santau patung
-santau Siam
-santau di Kedah
-ilmu pengasih
-ilmu penunduk
-buka aura
Insha allah semua masalah bole selesai berkat ridho dan izin maha kuasa amin...
WhatsApp +62 887 4351 35870