Jumat, 10 April 2015

Tengkoe Mansoer Adil Mansoer

Mengenal Tengkoe Mansoer Adil Mansoer sama dengan mengenal data sejarah. Bukan cuma karena ia menetap di Negeri Belanda, tapi Tengkoe Mansoer Adil Mansoer mempunyai kepedulian besar terhadap upaya pengumpulan data tertulis sejarah Indonesia yang banyak tercatat dan tersimpan di Belanda.

Bangsawan Melayu Sumatera Timur yang bermukim di Negeri Belanda ini, yang di masa mudanya gemar bermain sepak bola, volly serta catur, banyak mengkoleksi surat kabar lampau yang pernah diterbitkan di zaman Hindia Belanda serta buku-buku budaya dan sejarah, terutama soalan khazanah Melayu.

Musisi yang pernah tergabung dalam kumpulan band yang genre musik hawai, country, jazz, keroncong  ini pula, tetap mengikuti perkembangan Puak Melayu di Sumatera meski ia jauh dari kampung halaman. Ia bahkan sedang berupaya menulis sebuah buku tentang Kesultanan Asahan.

Tengkoe Mansoer Adil Mansoer lahir di Medan, 28 Mei 1948.  Putera ketiga dari Tengku Aswani bin Tengku Hafas dan Tengku Sariah binti Dr. T. Mansoer - Asahan. Kedua Atoknya merupakan tokoh penting di Sumatera Timur, Dr. T. Mansoer  adalah Wali Negara Sumatera Timur, penggagas lahirnya Universitas Sumatera Utara yang saat itu adalah Perguruan Tinggi Kedokteran;  sedangkan Tengku Hafas bin Tengku Ismail  adalah Kepala Departemen Dalam Negeri – Negara Sumatera Timur pada 1948. Ia menikah dengan Jolanda pada 10 September 1976, dikaruniai satu putera dan empat puteri, dan saat ini ia telah memiliki dua orang cucu.


Tengkoe Mansoer Adil Mansoer menempuh pendidikan dasar berawal di  Sekolah Belanda Oranjeschool Medan. Namun saat naik kelas III, suasana politik antara Indonesia dan Negeri Belanda tampak tidak harmonis, sehingga sekolah Oranjeschool ditutup. Segala sesuatu yang berbau Belanda, baik bahasa atau juga buku-buku pelajaran berbahasa Belanda dilarang.  

“Buku-buku  pendidikan bahasa Belanda terpaksa dibakar dan banyak guru-guru kami diharuskan berangkat meninggalkan Indonesia dalam 24 jam, hanya satu koper boleh dibawa; uang tak boleh diambil dari bank. Bahkan tak dapat mengucapkan selamat tinggal pada mereka yang dikenal dan dekat di hati mereka”, ujar Tengkoe Mansoer Adil Mansoer.

Setelah peristiwa penutupan sekolah tersebut, Tengkoe Mansoer Adil Mansoer kecil, dimasukkan ke Sekolah St. Joseph di kota Medan. Namun sistem pendidikan di sekolah ini mewajibkan seluruh murid untuk mengikuti misa di gereja. Karenanya, Tengkoe terpaksa dipindahkan lagi ke kelas IV di Perguruan Kristen Immanuel jalan Djokja - Medan, yang tak jauh dari rumah orangtuanya.

“Tetapi politik Soekarno belum membawa suasana damai juga. Revolusi kembali diteruskan. Indonesia lebih mencari hubungan dengan negara-negara komunis, seperti Uni Soviet - Rusia, China, Hungaria dan lain-lain.
Semua orang-orang Belanda yang masih bekerja di Indonesia harus pergi, akhirnya orang-orang putih berangkat kecuali orang-orang komunis. Perebutan Irian Barat, Pemberontakan Kolonel Simbolon, PRRI/Permesta, RMS, serta zaman permusuhan suku terhadap suku”, jelas Tengkoe Mansoer Adil Mansoer.

“Kita dihina dengan sebutan Belanda Tempe atau juga sebutan Feodal. Kelaparan terjadi di banyak pulau-pulau kecil dan besar. Gula hampir tak ada, beras sulit didapatkan”, jelas Tengkoe Mansoer Adil Mansoer lagi.

“Saya lalu masuk SMP, tahun 1960, Indoktrinasi di sekolah dilancarkan ala komunis. Saat upacara bendera pada hari senin, semua murid berbaju putih, berbaris di depan sekolah sambil mendengar pidato-pidato  tentang kaum imperialis dan kolonialis, tentang Irian Barat milik Indonesia. Hari sabtu berbaju putih lagi. Upacara penurunan bendera dan lagi-lagi pidato seperti tersebut”.

“Kalau sirene diperdengarkan, mobil-mobil  wajib berhenti di bawah pohon. Rumah-rumah harus gelap karena militer memerintahkan agar listrik dipadamkan. Halaman harus ditanami ubi, jagung dan sejenisnya. Suasana sangat tertekan seperti atmosfir zaman perang”, kenang Tengkoe Mansoer Adil Mansoer.

“Setiap hari jumahat kami berziarah ke makam Atok Mansoer di halaman samping Mesjid Raya. Karena Bunda masih terbayang suasana kekejaman Revolusi Sosial 1946. Bunda teramat  takut akan terulang lagi. Akhirnya, dimintalah  petuah kehadapan Sultan Asahan - Tuanku Saibun. Serta diminta nasihat dan pertolongan kawan-kawan, seperti Hamzah – seorang hakim, Pak Suwarno – orang imigrasi, dan lain-lainnya”.

“Kami disarankan berlibur ke Malaysia. Namun saat di lapangan terbang, kami tak boleh berangkat. Untunglah tetangga kami, Letkol Zain Hamid, pada waktu itu ia pembesar militer di Medan dan berada di Ambon untuk menyiapkan perang Irian Barat. Untunglah ia memberitahukan wakilnya agar kami diusahakan untuk berangkat”.

“Setelah wakil dari Letkol Zain Hamid mengupayakan, kami langsung masuk ke kapal terbang tujuan Singapura. Disana kami  dihalangi lagi, alasannya berpaspor Indonesia tak mendapat izin meneruskan perjalanan ke Malaysia, sebab Soekarno hendak mengganyang Malaya”.

“Bunda begitu bingung, takut disuruh pulang kembali. Bunda membuka tasnya, difikir bapak-bapak yang menghalangi tersebut Bunda ingin memberinya uang, biasalah di Indonesia.  Tapi Bunda mengambil passport yang lain di dalam tas, Bunda punya juga passport Belanda. Maka kami pun dengan penuh susah payah akhirnya dapat berangkat”, demikian Tengkoe Mansoer Adil Mansoer mengenang masa-masa pahit itu.

Dari Malaysia akhirnya mereka menuju Belanda. Disana Tengkoe melanjutkan pendidikan di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) setingkat SMP, kemudian HBS (Hogere Burger School atau Hoogere Burgerschool) setingkat SMA. Karena sudah berumur 22 tahun saat menyelesaikan sekolah, ia masuk wajib militer, karena sudah mendapat kewarganegaraan Belanda.

Ia ditawarkan untuk menjadi Opsir cadangan, Namun ia menolak, dengan pertimbangan karena 24 bulan dalam dinas, lalu menjadi Opsir rendah ditambah 18 bulan, telah menyita usianya, ditambah lagi ia lebih memilih bidang lain dalam meniti karier.

Sesudah 37 tahun bekerja pada perusahan industri, sejak tahun 2013 ia pensiun. Saat ini selain aktif dalam pengumpulan data sejarah dan budaya Melayu, Lelaki hitam manis yang fasih berbahasa Melayu nan santun bertutur ini, bergabung di dalam perkumpulan Indonesia di Kota Alkmaar, di Provinsi Noord Holland.


Tentang perhatian beliau terhadap keberadaaan etnis Melayu di Sumatera Timur (Provinsi Sumatera Utara), Tengkoe Mansoer Adil Mansoer menuliskan pendapat dan masukannya sebagai berikut:

Yang terpenting adalah persatuan dan kesatuan gerakan-gerakan Melayu di Medan dan sekitarnya. Walaupun berbeda pandangan atau urusan, tetapi semangat dan hasrat mesti sama. Tak perlu yang satu merasa  lebih baik dari pada yang lain.

Kalau kaum Melayu hendak membangkit, mulailah dengan kembali menghidupkan upacara-upacara adat Melayu, misalnya Adat Turun, Ke Sungai atau Pesta Mupus, Ayun-ayun (untuk upacara ini dahulu ditenun kain songket untuk mengayun anak bayi itu), Mandi-mandi, Tepung Tawar dan lainnya".


“Publikasi dan dokumentasi  tentang khazanah adat budaya Melayu menjadi penting untuk mengekalkan resam Melayu. Karenanya diperlukan publikasi televisi baik dalam dan luar negeri, atau membuat film sendiri (indie) yang boleh menjadi publikasi dan dokumentasi hingga ke luar negeri, supaya dunia tahu adat dan upacara-upacara Melayu sekaligus memperkenalkan kain songket yang dipakai, baju panjang dan teluk belanga.

Pada waktu kejayaan Sumatera Timur, sering ada kontes memakai Baju Panjang Melayu yang terindah. Hal ini perlu diulang, agar generasi muda Melayu memahami dan diajarkan adat budayanya, seperti melipat tengkuluk atau memakai bengkung dan kain samping dalam bentuk workshop. Juga dikenalkan tokoh-tokoh Melayu yang memimpin dahulu seperti Sultan-Sultan pejuang, Dr Tengku Mansoer, Tengku Hafas, Tengku Dzulkarnain, Tengku Bahrioen,seniman dan budayawan Melayu, serta yang lainnya.

Guna menghidupkan keparawisataan, adat budaya Melayu sangat layak disajikan untuk wisatawan, agar mereka menceritakan tentang upacara-upacara itu kepada yang lain. Warisan songket dapat menjadi objek wisata saat menenun, serta songket dijadikan cendera mata bagi wisatawan, bahkan boleh dibuat shawl atau selendang berbahan songket. Budaya pencak silat dan tarian Melayu ditampilkan menyambut tetamu di lapangan terbang dan hotel. Permainan Layang layang wau bulan atau gasing menjadi objek wisata dan dibuat pula latihan membuat layang-layang berbagai jenis pula. Organisasi Melayu harus berperan nyata untuk memperkenalkan khazanah Melayu, segaligus sebagai penyelenggaranya.

Jika mau memajukan Melayu, banyak yang dapat dilakukan untuk mengangkat batang terendam. Tiada yang tak mungkin jika mau berbuat”.
 *(M Muhar Omtatok)




Sabtu, 07 Maret 2015

KUIH PACIS

photo ilustrasi

Bahan-bahan: 
2 cawan Tepung Gandum
3 cawan Santan dari 1 Kelapa 
3 butir Ayam Kampung 
3 sdm cairan Mentega 
4 sdm Susu 
1 ons Gula Pasir 
1/2 dt Garam 
Vanili 

Cara membuat: 
1. Telur dikocok hingga kembang, maukkan santan, mentega cair, Vanili, Garam, dan Tepung Roti. Aduk rata 
2. Cetakan Pacis yang sudah didiang di atas tungku diolesi dengan mentega 
3. Tuang adonan dalam bulatan-bulatan cetakan, tutup 
4. Setelah setengah masak, bubuhi 1/2 sdt Gula Pasir, tutup hingga tanak 

KUIH CARA


Bahan-bahan: 
3 cawan Tepung Gandum
4 1/2 cawan Santan dari 1 butir Kelapa 
4 butir Telur Ayam Kampung 
3 sdm Mentega 
1/2 sdt Garam 
2 ons Daging (untuk Kuih berlauk, boleh juga tidak dipakai)
Pala 
Merica 
Daun Sup 
1 sdm Bawang Goreng 

Cara membuat: 
1. Kocok telur 
2. Masukkan telur bersama tepung dan garam ke dalam santan, aduk 
3. Cincang daging hingga halus, tumis dengan mentega. Masukkan bawang, daun sup, pala dan merica 
4. Masukkan adonan ke dalam cetakan Pacis yang sudah dipanaskan diatas tungku. 
5. Lalu masukkan adonan daging cincang. 

TENGGULI


Tengguli Durian sedap dimakan dengan Pulut Kukus ataupun Roti Tawar. Tak Jarang juga yang gemar makan Tengguli Durian dengan Roti Kelatak, Roti Jala ataupun juga Lemang Pulut. Disebut juga Serawa Durian

Bahan-bahan: 
2 buah Durian Tembaga 
3 cawan Santan dari 1 Kelapa 
1/2 tepek Gula Merah 
1/2 sdt Garam 
Kayu Manis 

Cara membuat: 
1. Saring Gula Merah yang sudah dimasak dengan air 
2. Masukkan seluruh nabu Durian, Santan, Kayu manis dan Garam 
3. Aduk hingga kental 

Jumat, 06 Maret 2015

KUIH DADAR KETAYAP


Bahan Kulit: 
1 cawan tepung gandum 
1 cawan air perasan pandan + pandan wangi/suji untuk pewarna hijau 
[ Tumbuk 5 helai daun Pandan/Pandan suji + 1 cawan air dan tapiskan] 
1/2 cawan santan/susu segar 
1 biji telur 
secubit garam 

Bahan inti: 
150 g gula merah, iris-iris 
3 sudu gula biasa 
1/2 cawan air kelapa muda 
½ biji kelapa parut belum tua 
Pandan 

Cara membuat: 
1. Untuk inti, masukkan semua bahan inti ke dalam periuk. 
2. Kemudian masak hingga tanak. 
3. Untuk kulitnya, masukkan semua bahan di dalam mangkuk. Kacau sebati dan tapiskan 
4. Panaskan kuali yang datar yang telah dilengser dengan sedikit minyak. 
5. Tuangkan sesenduk adunan ini dan lenggang-lenggangkan kuali tadi, supaya adunan rata dan nipis. 
6. Setelah masak, angkat dan ketepikan. 
7. Masukkan inti di tengah-tengahnya. 
8. Kemudian lipatkan bahagian kiri dan kanan lalu gulungkan kemas-kemas. 
9. Lakukan sehingga selesai dan hidangkan. 

KUIH SERI MUKA (GADING GALUH)


Bahan Bawah: 
2 cawan pulut - rendam 2 jam, santan, sedikit garam. 
Rebus pulut dengan santan cair dan garam, bila agak kering, kukus sampai masak, sambil diberi santan pekat/kental & bila SUdah masak tekan pulut tersebut untuk memadatkannya pada talam. 

Bahan Atasnya: 
1 3/4 cawan tepung gandum, 1/4 cawan tepung ubi/Kanji, 1/2 cawan gula merah, 1/4 cawan gula pasir, 3 biji telur ayam kampong atau 2 biji telur itik, 4 cawan santan pekat, sedikit garam 
Bancuh sEmua bahan di atas, Tapis dan tuang atas pulut tadi. Kukus la dalam 45 menit. Potong-potong setelah tak panas lagi. 

Talam Ubi


Kuih Paria



Bahan kulit : 
• 125 gram Tepung Pulut 
• 1 sudu/sdm Tepung Kanji
• 100 ml Santan hangat dari ¼ butir kelapa 
• Garam secukupnya 
• 1 sudu Minyak makan / Mentega 
• Air perasan daun Pandan + Pandan warna (bahasa jawa: Suji) untuk pewarna hijau dan pewangi 
• Manggar (Bunga Kelapa) secukupnya 

Bahan Isi (inti) : 
• ½ butir Kelapa sedang, parut halus memanjang 
• 100 gram Gula merah, sisir 
• 50 gram Gula pasir 
• 150 ml Air 
• 2 helai Daun Pandan 

Cara membuat : 
1. Untuk bahan inti, Rebus gula merah, boleh tambah gula pasir, air, sedikit garam dan daun pandan sebagai pewangi. Rebus hingga gula larut. Angkat dan saring. 
Setelah air gula dingin, masukkan kelapa, masak diatas api kecil sambil diaduk hingga air habis. Angkat dan biarkan uap panasnya hilang. Sisihkan. 

2. Campur tepung Pulut, tepung kanji, garam sedikit dan minyak hingga rata. Tuang santan sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga adonan dapat dibentuk. 
3. Tambahakan adonan dengan air perasan daun pandan warna , aduk rata. Ambil ½ sudu adonan dan pipihkan di atas daun pisang yang lebih besar sedikit dari ukuran bentukan kue. Isi inti diatasnya. 
4. Bentuk bulat memanjang, rapikan, dan jepit adonan dengan bunga kelapa, pilin perlahan untuk membentuk tekstur bak buah paria . Jika tidak ada bunga kelapa bahan lain boleh digunakan untuk  goresan seperti buah paria, misalnya menggunakan garpu. 
5. Panaskan kukusan, kukus adonan yang sudah diletakkan diatas daun pisang tadi hingga tanak dan mengkilat. Angkat dan hidangkan. 

BUBUR PEDAS - Melayu Sumatera Timur




Apabila datang bulan puasa,  makanan berbuka puasa dianggap begitu penting sejak dahulu.  Dimasaklah Makanan tradisional. 

Adalah Bubur Pedas,  sebuah makanan khas Melayu yang ditanak pada bulan Ramadhan.  Bubur Pedas atau dialek lain menyebutnya dengan Bubur Podas, dikenal dalam tradisi kuliner Melayu Sumatera Utara,  Melayu Kalimantan Barat,  atau daerah lain.

Bubur Pedas Melayu di Sumut agak berbeda tampilannya dengan Bubur Pedas di Kalbar ,  agaknya karena perencah yang berbeda. 

Di Sumut pun,  tampilan dan ragam bahan juga sedikit agak berbeda antara Melayu 'maya maye'  dengan Melayu 'apo mengapo'. Kita lihat saja Bubur Pedas di Tanjungpura &  Medan,  dengan Bubur Podas di Bedagai,  Batubara &  Tanjungbalai.

Di pinggiran Kota Medan ke arah Tanjung Selamat sekitarnya (dulu Kedatukkan Sunggal), ada pula varian Bubur Pahit,  sejenis bubur pedas dengan perencah dan bahan yang lebih sederhana.

Berikut ini resep Bubur Pedas dengan bahan sederhana ala Tebingtinggi Sumatera Utara:

Bahan-bahan:

1 Kg Beras yang sudah dicuci bersih dan direndam beberapa saat dan ditiriskan,
3 ons Kentang,
Umbi-Umbian di potong-potong kotak kecil,
1 kerat Ikan Masin (Kakap,dll),
1 ekor Ikan Bawal dll,
½ Kg Ketam,
1/2 Kg Kerang, bari-bari, gonggong, & sejenisnya,
3 ons Udang Basah,
1 ons Udang Pukul,
1 helai Daun Kunyit muda, dirajang halus.
7 helai Daun Limau Purut muda, dirajang halus.
4 buah Bawang, diiris.
Merica,
Pala,
Garam.

Bumbu Bubur Pedas (disebut Awas),
inilah bahan-bahannya:
A.
2 iris Temu Pauh (Temu Mangga),
2 iris Temu Kunci,
2 iris Lempuyang,
2 iris Temu Hitam,
Serai,
Kunyit,
Halia,
2 muk beras.

B.
½ sudu Jintan Manis,
½ sudu Jintan Putih,
2 sudu Ketumbar.

C.
2 helai Daun Kunyit,
Beberapa helai Daun Buas-Buas,
Pucuk Daun Jambu Biji,
Daun Tapak Leman,
Daun Mengkudu,
Daun Ati-ati/ Daun Bangun-Bangun,
Daun Sekentut.

D.
1 ons Kacang Hijau,
1 ons Jagung. 

Cara Membuat Bumbu :
Rendang (sangrai/gongseng) bahan A,
lalu tumbuk hingga halus.
Bahan B disangrai  dan ditumbuk, ayak. Bahan C ditumbuk hingga sangat halus. Bahan D, Disangrai dan buang kulit ari. Tumbuk kasar. Campur seluruh bahan sebagai Bumbu Bubur Pedas.

Cara Membuat Bubur Pedas:
Potong kentang sebesar 3 dadu. Rebus ketam (kepiting), sisihkan air perebusannya, ambil daging ketam. Udang dikupas dan potong seukuran 2 ruas jari. Panggang bawal dan ambil dagingnya. Ikan masin disembam.
Ambil air 4 cawan, tambahkan air rebusan ketam, masukkan beras, Bumbu Bubur Pedas, serta bahan lain, lalu rebus hingga hingga menjadi bubur.

Bagi Orang Melayu di Sumatera Utara, Bubur pedas pantang dimakan bercampur daging (lembu dll). 
Bubur Pedas dimakan bersama Anyang Pakis. 
*(Muhar Omtatok

GULAI MASAM IKAN

 Ikan Mayung
 Ikan Sembilang
Ikan Termenung/Gembung

Bahan-bahan:
1 kg ikan Pari/Mayung/Gembung/Kepala Kakap/Sembilang/Senangin, potong jika terlalu besar
2 kuntum bunga Kincung
2 potong Asam Gelugur (Asam Potong )
1 genggam daun Kesum/daun Cendohom & Kemangi
12 buah Cabai Merah
5 biji Bawang
1 ruas jari Kunyit, Lengkuas, Halia
1 batang Serai
1 helai Daun Kunyit
garam secukupnya

Cara membuat:
Bersihkan ikan dengan garam dan asam. Lengkuas dan Serai dimemarkan. Tumbuk halus bumbu. Masukkan semua bumbu dalam 4 cawan air, masak sampai mendidih. Masukkan ikan, kincung, kesum, kemangi dan daun kunyit. Jika hendak lebih masam, boleh tambahkan Asam Belimbing atau Tomat setelah tanak. Bila hendak kental, Bumbu Gulai Masam ditambah 4 butir kemiri atau Kelapa bakar ditumbuk hingga dapat 4 sudu tumbukan.

GULAI LEMAK LABU - CENDAWAN KUKUR



Bahan-bahan:
1 buah tua ukuran sedang Labu Lemak
1 mangkuk Cendawan Kukuran
½ genggam Udang Pukul
5 biji Bawang
9 biji Cabai Kutu (Rawit )
1 batang Serai
1 ruas jari Kunyit
Secukupnya Lengkuas & Halia
7 cawan Santan dari 1 butir Kelapa
Garam
1 helai Daun Kunyit

Cara Membuat:
Kupas dan potong labu. Cendawan Kukuran dicuci bersih dan bilas berkali-kali, tiriskan. Bumbu digiling halus, serai dan lengkuas dimemarkan. Masukkan santan dalam belanga, lalu setelah hangat masukkan bumbu, udang, Serai, Lenguas dan Daun kunyit, hingga mendidih. Tambahkan garam. Lalu masukkan cendawan kukuran, aduk-aduk, lalu masukkan Labu. Aduk pelan hingga tanak.

ANYANG PAKU / PEGAGA - Melayu Sumatera Timur



Bahan-bahan:
2 Ikat Paku (Pakis) / 1 ikat Pegaga
8 buah Cabai
9 buah Bawang
Ketumbar
½ butir Kelapa
1 genggam Udang kupas
1 batang Serai
½ ruas Lengkuas
1 ruas Halia
1 buah Limau Sundai
Garam

Cara Membuatnya:
Paku diangin-anginkan lalu dipotong-potong, ambil daun dan batang lunaknya, rebus pada air mendidih, tiriskan hingga kering. Jika memakang Daun Pegaga, Rajang daun pegaga dan tangkainya. Gongseng parutan kelapa hingga coklat muda, lalu giling halus dan tambahkan garam. Iris bulat 4 buah Cabai dan 3 buah Bawang. Selebihnya bahan digiling dan terakhir turut digiling rebusan udang kupas. Aduk seluruh bahan dengan perasan limau sundai.

ANYANG AYAM - Melayu Sumatera Timur


Bahan - Bahan:
1 ekor Ayam , balur dengan dasun yang sudah digiling, panggang dan potong-potong
1 butir Kelapa (tidak muda dan belum tua), parut, gongseng hingga kecoklatan.
1 genggam Udang kering kupas disangrai
1,5 ruas Halia
1/4 ruas Lengkuas
3 batang Serai, ambil hati serai – yaitu bagian kelopak dalamnya
1 sudu Ketumbar
Lada Padi (Cabe Rawit) secukupnya
Semua bahan diatas dihaluskan.
1gelas ( 200ml) santan kental dari 1 butir kelapa tua, diperas dengan air masak.
8 butir Bawang Merah dirajang halus.
Ditambah rajangan cabai secukupnyaGaram
Limai nipis, ambil dagingnya

Cara penyajian:
- Campur bahan-bahan.
- Ayam yang telah dipotong2 siram dengan campuran bahan-bahan tersebut,
- Taburi dengan rajangan bawang dan cabai.
- Anyang Ayam siap dihidangkan. Ayang Ayam ini boleh juga dicampur potongan Jantung pisang yang telah dikukus.

Kuih Kaswi


Bahan:
a. Tepung gandum 1 cawan
b. Tepung sagu 1 cawan
c. Gula merah 2 cawan
d. Garam halus secukupnya
e. Air 4-5 cawan atau secukupnya (tergantung ingin keras atau lunak)
f. 1/2 sudu kecil air kapur (air + secubit kapur)

Bahan untuk luar:
1     Kelapa yang masih agak muda diparut (ambil putih saja),  tambahkan garam secukupnya

Cara membuatnya:
1- Campurkan semua bahan  kecuali air dan kapur.
2- Tuang air sedikit demi sedikit sambil kacau perlahan-lahan. Masukkan air kapur, kacau lagi.
3- Tuang bancuhan ke dalam tempat pengukus yang telah disapukan sedikit minyak.
4- Didihkan kukusan, lalu masukkan daun pandan dikukusan.
5- Kukus bahan selama 20 menit,  lalu angkat
6- Sejukkan sebelum dikeluarkan dari acuan.
7- Potong potong lalu salut dengan bahan kelapa parut.