Kamis, 01 Februari 2018

Kampung Melayu Jakarta


Kongsi Niaga atau Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC) yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perniagaan di Asia. Disebut Hindia Timur karena ada pula Geoctroyeerde Westindische Compagnie yang merupakan persekutuan dagang untuk kawasan Hindia Barat. Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia sekaligus merupakan perusahaan pertama yang mengeluarkan sistem pembagian saham.

Terkabar bahwa pada tahun 1619 saat VOC mulai menaklukan Jayakarta,  di masa VOC itu lah awal berhimpunnya orang-orang beretnis Melayu. 


Menurut pemerhati sejarah yang juga pendiri Komunitas Historia Indonesia, Asep Kembali, leluhur Kampung Melayu memang merupakan etnis melayu yang berasal dari utara Selat Malaka, utara Pulau Sumatera, Singapura, Malaysia dan sekitarnya.

Adalah Wan Abdul Bagus, seorang kapitan pasukan Suku Melayu yang berperan besar di masa VOC berniaga di Nusantara pada akhir abad 17 dan awal abad 18. 
Beliau juga dikenal sebagai pendiri Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur di Batavia atau Jakarta sekarang.


Wan Abdul Bagus adalah seorang Puak Melayu yang lahir di Pattani (kini Pattani menjadi wilayah Melayu di Selatan Thailand), yang merupakan putera dari seorang Melayu  bernama Encik Bagus.

Di masa VOC,  Wan Abdul Bagus dikenali juga sebagai kepala pasukan atau kapitan  yang membantu timbal balik  dengan alasan dan kepentingan masing-masing bagi VOC dan pihak Wan Abdul Bagus.

Mengenai kampung tempat orang-orang Melayu tinggal, Menurut Heuken, Kapitan Wan Abdul Bagus-lah yang “mendirikan Kampung Melayu di Meester (Cornelis).”

Menurut Alwi Shahab dalam Betawi Queen of the East (2004), di daerah yang sekarang bernama Kampung Melayu, dulu tinggal pasukan melayu pimpinan Kapitan Wan Abdul Bagus. Agak ke selatan lagi, ada bawahan Wan Abdul Bagus bernama Encek Awang asal Sumatera yang tinggal bersama pasukannya. Encek Awang dan orang-orang Melayu itulah yang menjadi cikal-bakal daerah bernama Cek Awang (kini dikenal menjadi Cawang).

Wan Abdul Bagus meninggal pada usia tua di tahun 1716. Seharusnya jabatan kapitan beralih kepada puteranya yang bernama Wan Muhammad dari istri pertama,  ditambah lagi Wan Muhammad juga sudah menikah dengan perempuan bangsawan bergelar Syarifah,  namun Wan Muhammad wafat sebelum ayahnya berpulang. 
Akhirnya jabatan Kapitan beralih kepada Wan Abdullah,  anak Wan Abdul Bagus dari istri orang kebanyakan. 

Kapitan Wan Abdullah saat menjabat banyak berbeda langkah terhadap VOC.  Hingga setelah ia,  tidak tercatat lagi ada kapitan disitu dari etnis Melayu. *(muhar)