Kamis, 19 Februari 2009

Rumah Panggung Melayu


Rumah Melayu - Tebing Tinggi (Sumatera Utara). Rumah Tradisional Melayu ini kondisinya sudah cukup tua. Dahulu merupakan tempat kediaman Tengku Abin. Terletak di Bulian - Tebing Tinggi (photo: M Muhar Omtatok)
Rumah Melayu Batubara. Melayu Batubara adalah salah satu sub puak di Pesisir Timur Sumatera Utara (photo: M Muhar Omtatok)

Rumah Melayu Batubara (photo: M Muhar Omtatok)

Rumah Melayu di Pesisir Barat Sumatera (koleksi: M Muhar Omtatok)
Rumah Penduduk di Serapoh Asli - Tanjung Pura Langkat - Sumatera Utara. (koleksi: M Muhar Omtatok)
(koleksi: M Muhar Omtatok)



Rumah Melayu di Labuhan - Medan Sumatera Utara
(koleksi: M Muhar Omtatok)

Perkebunan Marendal - pinggiran kota Medan menuju Deli Serdang Sumatera Utara
(koleksi: M Muhar Omtatok)









Rumah-rumah tradisional Melayu telah diwarisi semenjak beratus tahun yang lalu. Gaya dan bentuk bangunannya dipengaruhi oleh cara hidup, ekonomi, alam persekitaran dan iklim.

Iklim adalah perkara yang penting yang mempengaruhi bentuk senibina. Negara kita mempunyai hawa yang panas dan hujan yang selalu turun dengan lebat. Rumah-rumah dan bangunan dibina dengan berpanggung atau bertiang. Rumah dibina demikian keranamemberi laluan atau pengedaran udara.

Rumah yang bertiang dapat mengelak daripada ditenggelami air apabila berlaku banjir. Bentuk bumbung yang curam yang dipanggil "lipat kajang" dapat memudahkan curahan air hujan. Lantai dan dinding rumah yang diperbuat daripada anyaman peluhan adalah untuk memudahkan pengedaran udara dan untuk mengurangkam rasa bahang panas.
Rumah yang awal yang digunakan oleh Melayu dipanggil "dangau" atau "teratak". Bentuk rumah tradisi ini adalah ringkas. Pada masa dahulu, tiang rumah adalah bulat dan diperbuat daripada anak-anak pokok kayu. seluruh rumah diperbuat daripada kayu dan bumbungnya daripada atap nipah atau rumbia.

Mendirikan rumah dilakukan dengan gotong royong, dengan terlebih dahulu melihat hari baik, dengan cara ‘ketiko/ketike’- ‘menengok langkah’. Setelah selesai dan ingin dihuni, diadakan kenduri dan tepung tawar.

Puri Seri Menanti di Kampong Semut - Tebing Tinggi - Sumatera Utara
(photo: M Muhar Omtatok)



KEINDAHAN SENI RAGAM HIAS MELAYU




oleh: M Muhar Omtatok

Saat memasuki sebuah bangunan arsitektur tradisional, di dalamnya kita akan mendapatkan adanya perlengkapan interior yang juga khas daerah setempat, termasuk pilarnya, ukiran daun pintu sebuah rumah, ornamen lubang angin di atas pintu kamar dan jendela, kursi dan meja serta detail arsitektur lain. Itulah Seni ragam hias atau ornamen yang merupakan warisan budaya tradisi, saat ini masih biasa di jumpai di seluruh pelosok tanah air, walau tidak terlestari seperti zamannya.

Ornamen ragam hias Melayu Sumatera Timur, selain sebagai nilai estetik pada sebuah bangunan arsitektur, juga kita temukan pada seni kriya bahkan pada makanan-makan tertentu yang di-tebuk (di-ukir); misalnya saja pada manisan tradisional yang disebut Halua. Dari Khazanah Melayu Sumatera, ada beberapa motif Ragam Hias yang digunakan dalam berbagai kepentingan. Pada sebuah kapal, lancang atau perahu dibuat ornamen khusus. Bahkan beberapa Ragam Hias juga mempunyai yang disejajarkan dengan Rajah Spiritual.


Buku Bemban merupakan motif Ragam Hias yang dianyam yang beragam. Ada yang sederhana seperti diatas hingga sarat hiasan. Mempunyai filsafat akan kebaikan dan kemakmuran.
Dalam Kuliner Melayu, mengenal manisan buah yang disebut Halua. Salah satu bahan adalah buah betik (pepaya0 yang dianyam menjadi motif buku bemban. Dahulu disajikan pada golongan bangsawan saja.


Motif Melayu ini disebut Sayap Layang-Layang. Dimaknai sebagai Simbol Kegagahan, Mampu Menghadapi Halangan & Rintangan, Penangkal Kejahatan dan Simbol Memperoleh Hasil Usaha yg maksimal. Karenanya Atap rumah (kajang angkap) orang Melayu serta haluan kapal, sering dipasang motif ini.


Motif Tapak Sulaiman adalah motif dasar di Melayu, yang bentuknya mengalami berbagai variasi, sebagai simbol kebaikan.


Ornamen ini bernama Siguntang Mahmeru, merupakan simbol kejayaan, Keabadian dan kemakmuran.


Walau di Melayu, ornamen hewan secara utuh sangat jarang bisa kita temukan, namun motif Naga Bekaluk di atas tampak utuh. Ini merupakan simbol kejantanan, keperkasaan dan percayadiri.




Itik Pulang Petang. Simbol kesabaran, kedisiplinan dan taat hukum.

Lebah Begantung. Pelambang kesetiaan, punya faedah yang banyak, rajin, tawar penyakit, begagan, beturai, bersyahadat, namun apa bila musuh menjual pantang tak dibeli dan selalu mendatangkan kebaikan.


Semut Beriring. Sebagai lambing kerajinan, gotong royong, tetap pendirian dan tahu diri.


Badak Balek. Simbol pagar diri



Selembayung. Orang Melayu meletakkannya di puncak rumah, sebagai simbol tangkal gaib, kemakmuran dan ketentraman.

Pucuk Rebung

Awan Larat. Motif ini bermakna Harmoni seia sekata