Rabu, 04 Maret 2015

Lepat Anak Dara Dua Sebilik


Bahan luar :
2 cawan tepung beras
4 cawan santan
Garam sikit
Daun pisang

Bahan inti :
1/2 biji kelapa parut
1 ketul gula merah
2 air
Daun pandan
* tepung pulut (bancuh dengan air, 4:1) - untuk balutan inti.

Caranya :
Masakkan bahan-bahan inti hingga kering. Bulat-bulatkan dan ketepikan
Leperkan sedikit tepung pulut yang telah dibancuh dan masukkan inti kelapa. 
Bulatkan dan ketepikan

Bancuh tepung beras bersama santan dan garam, kacau separuh masak
Ambil dua sudu besar bancuhan tepung, letak atas daun pisang yang sudah dilayur. 
Letakkan dua biji tepung pulut berinti yang dibuat tadi dan tutup dengan dua sudu besar tepung.Tutup daun pisang dan lipat kedua-dua hujung seperti membuat lepat pisang.
Kukus 20 menit.
.



Nur Ainun


Nur Ainun binti Muhammad Siddik lahir tahun 1932, dan menikah dengan seorang musisi - Ahmad Fuad  pada tahun 1956
Karirnya di dunia musik dimulai ketika dirinya mengikuti Bintang Radio yang digelar di RRI tahun 1951. Bakat dan anugerah suara yang merdu membuatnya meraih tujuh kali bintang Radio berturut-turut. Setelah itu, Nur Ainun pun bergabung dalam grup musik Orkestra Sukma Murni
.
Sejak bergabung di Orkestra, debutnya di dunia musik semakin tersohor. Tidak hanya menyanyikan lagu orang lain seperti Keluhan Jiwa karya Muhammad Nasir, Nur Ainun juga mulai menciptakan lagu-lagu Melayu sendiri. Setidaknya ada 10 lagu ciptaannya yang popular di antaranya, Jangan Duduk Termenung, Bunga dalam Taman, Tak Putus Asa, dan yang lainnya.



Nurainun sang maestro ini, dimasanya sangat terkenal di wilayah Melayu, tidak saja di Sumatera, ia juga diundang hingga ke luar negeri. Ada beberapa lagu yang sempat dipopularkan Nurainun di eranya dalam rekaman bersama orkesnya, antara lain: Keluhan Jiwa, Tanjung Katung, Seri Mersing, Bahtera Merdeka, Berbudi, Berpisah, Bentan Telani, Damak, Dayang Senandung, Disebut Jangan Dikenang Jangan, Kasih Ibu, Kasih Terbayang, Kecewa, Kisah Dalam Kenangan, Kuala Deli, Lama Tak Jumpa, Nak Dara Merindu, Perasaan, Senyum Dalam Tangisan, Seri Deli, Seri Tamiang, Takdir, Umpan Jinak Di Air Tenang, Selayang Pandang, Laksamana Mati Dibunuh. *(Muhar)

Tuanku Luckman Sinar Basarshah II


Tengku  Luckman Sinar, SH lahir di Istana Serdang di Kotagaluh Perbauangan pada 27 Juli 1933. Beliau dinobatkan menjadi Tuanku Sultan Negeri Serdang, menggantikan abangdanya yang mangkat pada 28 Januari 2001 – Tuanku Abu Nawar Sharifu'll  Alam Shah al-Haj, pada 12 Juni 2002, dengan gelar Tuanku Luckman Sinar Basarshah II.

Tuanku Lukman Sinar Basharshah II ibni Marhum Sultan Sulaiman Sharifu’ll Alam Shah, dikenal sebagai seorang seniman, sejarahwan, dan penulis yang sangat aktif menerbitkan buku mengenai hal ihwal Melayu dan kebudayaan lainnya.

Ia menikah dengan bangsawan Deli - Tengku Darat ul-Qamar binti Tengku Muhammad Hidayat gelar Tengku Suri; dan memiliki putera puteri:  Tengku Lukman Basharuddin Shukri gelar Raja Muda Indera Diraja, Dr. Tengku Rabitta Cherise gelar Tengku Putri, Prof. Dr. Tengku Silvana Khairunnisa gelar Tengku Puan  Paramaswari, Tengku Eliza Nurhan gelar Tengku Puan Chandra Kirana, Dr.Tengku Thirhaya Zain gelar Tengku Puan Chandra Devi dan Tengku Myra Rozanna, M.Si /Tengku Mira Sinar gelar Tengku Puan Putri Bongsu.

Tuanku Luckman Sinar selain banyak menulis buku, makalah, dan mengisi seminar di dalam dan luar negeri, ia juga kembali menghidupkan kesenian senderatari tradisi Kesultanan Serdang, yaitu Makyong. Setelah kemangkatannya, puteri bungsu beliau -  Tengku Mira Sinar, terus menghidpkan apa yang pernah dihidupkan oleh Tuanku Luckman, baik berupa kesenian juga koleksi buku-buku Tuanku, yang dihimpun dalam sebuah Perpustakaan Tengku Luckman Sinar di Medan.



Tuanku Lukman Sinar Basharshah II ibni Marhum Sultan Sulaiman Sharifu’ll Alam mangkat pada 13 Januari 2011 di Malaysia. Selanjutnya Sultan Negeri Serdang dinobatkan kepada kemanakan beliau, yaitu Tuanku Achmad Thalaa Syariful Alamsyah ibni  Marhom Tuanku Abu Nawar Sharifu'll  Alam Shah al-Haj.

Letjen (Purn) TNI Achmad Tahir


Putra Perbaungan yang lahir di Kisaran, Asahan, 27 Juni 1924 – meninggal di Jakarta, 17 Agustus 2002 pada umur 78 tahun adalah mantan Panglima Divisi IV/TKR dan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi dalam Kabinet Pembangunan IV. Menikah dengan Rooslila, dikaruniai 6 anak; Gelora Surya Dharma, Hari Indra Utama, Yulia Saprita, Linda Amalia Sari Agum Gumelar, Adi Putra Darmawan, dan Chaerul Permata Cita. Ia adalah Sesepuh Puak Melayu Sumatera Utara. Putra Melayu ini dikenal memiliki garis genekologi dari Jawa.

Pejuang kemerdekaan Indonesia di masa Medan Area ini, telah diberi gelar Pangeran Seri Sekata Dharmawangsa oleh Majelis Adat Budaya Melayu (MABMI) di Istana Kesultanan Deli.

Tenas Effendy


Tengku Nasyaruddin Effendy atau lebih dikenal dengan nama Tenas Effendy, lahir di Kuala Panduk- Pelalawan, 9 November1936 – meninggal di Pekanbaru, 28 Pebruari 2015 pada umur 78 tahun. Ia merupakan budayawan dan sastrawan Melayu.

Sebagai seorang sastrawan, Tenas Effendy telah banyak membuat makalah, baik untuk simposium,lokakarya, diskusi, maupun seminar, yang berhubungan dengan Melayu, seperti Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand Selatan, Filipina Selatan, sampai Madagaskar. Effendy sangat menjunjung tinggi dan amat peduli dengan kemajuan dan perkembangan kebudayaan Melayu. Ia banyak pula menulis  baik berupa buku dan lainnya, tentang etnis Melayu sejak 1952.

Putra dari  Tengku Sayed Umar Muhammad – seorang sekretaris Sultan Hasyim dari Kerajaan Pelalawan ini, hidup dalam lingkungan etnis Melayu yang beradat resam dan berbahasa Melayu nan santun.



Prof. YUSRIL IHZA MAHENDRA


Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra bin Al-Ustadz Idris bin Haji Zainal Abidin bin Haji Ahmad bin Haji Tengku Thayib, lahir pada hari Selasa, tanggal 5 Pebruari 1956 di Kampung Lalang, Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur. Lahir sebagai anak yang ke enam dari sebelas bersaudara.

Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra adalah Pakar Hukum, politikus dan Intelektual Indonesia. Ia menjabat Menteri Sekretaris Negara Indonesia pada periode 20 Oktober 2004-8 Mei 2007.
Di bidang politik, dari tahun 1998 hingga 2005 ia menjabat sebagai Ketua Umum Partai Bulan Bintang. Yusril telah tiga kali menempati jabatan sebagai seorang menteri dalam kabinet pemerintahan Indonesia, yaitu Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (26 Agustus 2000-7 Februari 2001), Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Kabinet Gotong Royong(Agustus 2001-2004) dan terakhir Menteri Sekretaris Negara Kabinet Indonesia Bersatu (20 Oktober 2004-2007).

“Kami mewarisi semangat keagamaan, intelektual dan dinamika yang tak pernah padam dari semangat Melayu dan Islam. Zaman akan terus berubah dan berganti, generasi demi generasi akan datang dan pergi, namun semangat ini sekali-kali tak boleh lenyap ditelan masa”, begitu pesan Yusril Ihza Mahendra.