Sabtu, 01 Juni 2019

Melayu Gemar Bergurau




Di setiap kampung-kampung yang didominasi etnis Melayu, kita sudah pasti akan menemukan orang-orang yang gemar berceritera lucu.

Manakala kita duduk di kedai kopi, saat malam berkumpul menjelang sebuah perhelatan, dan lainnya; ada saja muncul cerita cerita membuat gelak. 
Terkesan nyanyah, mentertawakan keadaan tanpa meratapi,  namun bernas, menciptakan keakraban, dan menghidupkan resam Melayu.

Yang sulit terbantahkan bahwa puak Melayu itu cerdas, tema cerita boleh muncul tanpa dirancang sebelumnya, dan satu sama lain bebas memberi perencah kisah yang tidak merusak alur & tetap jenaka.

Kita masih ingat kisah orang-orang yang membuat gelak terpingkal di seluruh negeri-negeri Orang Melayu,  seperti Pak Pandir atau Pak Belalang. 

Masyarakat Bengkalis yang hidup sekitar rentang tahun 1930-1975, akan tahu Yong Dollah.
Dari empunya ceritera, Yong Dollah bernama asli Abdullah bin Entong, ia akan berkisah di kedai kopi.  Yong Dollah tanpa gelak namun yang mendengarkan  ceritanya menjadi tertawa berjamaah. Kelakarnya muncul dalam kisah yang tiada berkesudahan.

Orang Melayu di Sumatera Timur dahulu pun mengenal Pak Andih,  yang digambarkan 'bodoh alang',  namun membawa gelak tak sudah-sudah pula. 

Di Medan,  pernah juga ada lelaki kurus bertelukbelanga, memakai kopiah terlentang sungsang, dan menyelempangkan kain sarung; dia lah Tok Alang. 

Sempat TVRI Medan memunculkan selorohnya setiap pekan hingga akhir tahun 1980-an . Dengan bercakap Melayu, Tok Alang begitu ditunggu masa itu.

Puak Melayu di Bagan Siapi Api mengenal 'Cito Ulong Temuik'. 
Di Siak & Pekanbaru ada Wak Atan yang diangkat menjadi cerita satir di suratkabar tempatan. 
Orang Melayu Palembang pun dikenal 'Pacak Bekelakar'. Seni cerita lucu Melayu Sumatera Selatan ini,  dikenal dengan sebutan  Kelakar Betok.  Entah kenapa memakai istilah  Betok (Ikan Puyu/Ikan Betik), yang pasti semua boleh tergelak tanpa harus 'bertegang insang'. 

Di Tebingtinggi Deli pula,  ada kisah Si Jonaha yang 'anti mainstream'  namun menghibur hingga orang gelak terkekeh. 

Masih banyak lagi Yung Dolah, Tok Alang,  atau orang-orang penghilang rungsing di rantau rantau Melayu lainnya. Yang memancing kebersamaan puak dalam suasana rehat namun sungguh berfaedah.


Sayangnya dewasa ini, jiwa jenaka orang kita sedang menyuruk, di tengah kepentingan hidup yang dianggap berat.* (M Muhar Omtatok)